"Qi belajar lagi!" suara Rea yang memintanya untuk belajar lagi membuatnya mau tidak mau berjalan menuju Rea dan Carra yang sedang membaca buku. Padahal tadi dia sedang memandang ke bawah lapangan mencari Hega yang entah dimana.
Ia duduk bersila di depan Carra dan Rea. "Hega di ruangan berapa sih?" tanyanya tertuju pada kedua sahabatnya.
"15, sama Argo," jawab Carra tanpa mengalihkan atensinya dari buku biologi yang ia baca. Hari pertama sudah disuguhkan dengan biologi, okelah. Daripada Fisika.
Qia mengangguk sebagai jawaban, lalu membuka buku. Mengingat kembali materi yang ia pelajari semalam.
Hingga kedatangan seseorang eh dua orang membuat ketiganya berhenti sejenak dari buku biologi dan beralih ke arah dua orang itu.
Ketika mendengar salah satunya memanggilnya, Qia pun mendongak dan segera berdiri.
"Gue mau nitip ini sama lo!" ujar yang tadi memanggilnya sambil menyodorkan sebuah jaket bomber yang begitu familiar di matanya.
Qia menerimanya dengan ragu. "Buat siapa dan dari siapa?" tanyanya.
"Buat Elang." Benar sekali ternyata tebakannya, kalau jaket ini punya Elang.
"Dari?"
"Dia pasti tau," Cewek itu tersenyum kecil sebelum kembali berkata, "Tolong sampaikan terima kasih dan jangan datang lagi."
Kemudian kedua cewek itu melenggang pergi.
"Dia siapa?" tanya Qia kembali duduk bersila di depan sahabatnya.
"Rona sama Helen," jawab Rea namun matanya sudah kembali fokus dengan buku, maklum anak pararel. Diantara ketiganya Rea memang yang paling pintar, ia sering menduduki peringkat 4 pararel. Meski bukan satu tapi empat juga bagus karena Qia dan Carra peringkat tujuh puluhan. Lumayan.
"Anak kelas mana, kok lo tau?" tanyanya lagi.
Rea menutup bukunya rapat lalu memasukannya ke dalam tas. "11 IPS 1, Rona tetangga gue," jawabnya lalu berdiri diikuti oleh kedua sahabatnya. Karena bel masuk ruang ulangan sudah berbunyi jadi mereka harus menyudahi acara belajarnya.
"Oh, tapi setiap gue ke rumah lo nggak pernah liat dia tuh," celetuk Qia.
Carra? Dia sedari tadi sedang menghafalkan materi makanya diam. Lihat saja mulutnya sedari tadi komat-kamit, bahkan dia tidak peduli dengan bahasan sahabatnya. Biologi lebih penting.
"Dia anaknya rumahan banget, jarang keluar. Gue juga tahu dia tetangga gue waktu awal masuk kelas 11, pulang bareng." Rea menjelaskan bagaimana ia dapat mengenal Rona. Yang ternyata satu kompleks, hanya selang 3 rumah dari kediamannya.
Qia mengangguk paham. Lalu ketiganya memasuki ruangan yang sama, ya memang sudah jodoh mungkin mereka bertiga. Selalu bersama kapan pun dan dimana pun. xixixi
.
.Hega, Argo, dan Bagas sedang duduk di bangku kantin. Mereka dan siswa lain baru menyelesaikan ulangan. Mungkin belum semua karena Sofyan dan Rasya juga belum menampakan batang hidungnya. Mereka berbeda ruangan ujian.
"Sopyan sama Asya mana sih?" tanya Bagas setelah menyesap es jeruknya. Dia memang suka memanggil orang sesukanya, katanya lebih terkesan dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IK HOU VAN JOU [Selesai]
Teen FictionPerihal cinta dalam diam yang disimpan rapi oleh Aqia Kirania Beatarisa. Tapi, siapa yang tahu jika kesialannya di hari itu membuat perasaannya ternyata terbalaskan. "Senja dan kamu jelas berbeda, apalagi jika menyangkut kesukaan. Kamu lebih saya...