Bab 3 | Antisipasi

478 87 6
                                    

Aku masih tidak percaya soal gosip yang baru saja kubaca tadi. Ini gila! Sekuat itukah efek yang ditimbulkan jika berurusan dengan laki-laki tersebut? Sungguh aku tidak pernah menduga kalau kebohonganku kali ini bisa menyebar dengan begitu cepat.

Kalau begini caranya, aku musti gimana lagi dong? Pasti kehidupan perkuliahanku tidak akan bisa tenang. Sepertinya mulai besok aku harus menyiapkan amunisi apapun itu supaya bisa tetap selamat dari kejaran pasukan rahim anget.

"Heh! Ngelamun aja lo," kata Rara sembari menyenggol lenganku. Aksinya tersebut telah sukses membuyarkan lamunanku.

Aku berdecak sekilas sebelum akhirnya berkata, "Apaan sih, Ra?! Gue lagi mikir, nih!"

"Mikir apaan? Otak oneng kayak gitu," ejeknya yang terdengar menjengkelkan.

"Ck! Setidaknya bantu gue kek! Supaya aman pas berangkat kuliah besok."

"Idih, ogah! Males banget gue."

"Ya udah, kalo lo males bantuin gue, gak usah julid."

"Siapa juga yang julid sama lo?!" balasnya sembari menjulurkan lidah. Untungnya aku masih memiliki stok kesabaran yang berlebih. Kalau tidak, mungkin gadis mungil ini sudah habis ditanganku.

Beberapa menit kemudian aku kembali sibuk dengan pikiranku sendiri. Hingga dia kembali menyenggol lenganku. "Eh, lo kok bisa tiba-tiba masuk akun gosip kampus? Sorry, maksud gue, lo kok bisa tiba-tiba digosipin pacaran sama kating hits itu?"

"Hah?! Dia termasuk hits ya?"

"Yah, kabuh deh onengnya! Iya, dia populer banget tau!. Dia itu aktif di organisasi kampus sama punya semacam band gitu. Band-nya juga sering manggung pas acara festival musik. Oh ya, seinget gue pas seminar nasional kemarin dia yang nyanyi tuh! Masak lo gak nyadar?"

"Gue gak tau, Ra."

"Ya sih, lo mana tau soal gitu-gituan! Orang lo aja males pake kacamata pas waktu ikut seminar. Gak kelihatan 'kan jadinya!"

Aku tersenyum kecut setelah mendengar ucapannya.

"Udah sekarang mending lo cerita ke gue mumpung gratis."

Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya mulai bercerita padanya. "Jadi, tadi itu di kantin gue diganggu sama Friska. Dia ngejek gue kalo gue gak bakal pernah punya pacar. Ya, gue sebel dong! Akhirnya gue tunjukkin tuh foto pacar gue."

"Emang beneran itu pacar lo?"

"Nggak," jawabku singkat yang sedetik kemudian sukses dihadiahi Rara sebuah pukulan kecil di kepalaku.

"Bener banget, kalo gak oneng bukan lo namanya!" cibirnya.

"Ya 'kan daripada gue diolok-olok Friska, mending gue coba bohongin dia."

"Oke, lupain yang tadi. Sekarang lanjutin lagi cerita lo! Jadi, lo berberhasil bohongin dia?"

"Berhasil dong! Awalnya tuh gue coba milih akun Nistagram yang sekiranya yang punya itu cowok ganteng. Baru deh gue tunjukkin ke Friska. Eh, dia malah langsung percaya gitu aja, tapi sayang banget momennya gak pas sama Kak Brian yang baru aja tiba di kantin. Nah, si Friska akhirnya nyuruh gue buat buktiin semua."

"Buktiin apa? Buktiin kalo lo adalah pacarnya Kak Brian gitu?"

Aku mengangguk lalu melanjutkan kembali ucapanku. "Iya, tapi itu semua gara-gara ulah si Friska. Tiba-tiba aja dia nyeret gue buat tanya langsung ke orangnya. Untung dijawab sama Kak Brian kalo gue itu pacarnya. Dia juga minta tolong jangan gangguin gue lagi."

"Lah, Kak Brian baik banget dong kalo gitu?!"

"Enggak!" elakku dengan cepat. "Dia itu serem banget sumpah! Merinding gue!" imbuhkuku seraya bergidik ngeri.

Space | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang