Bab 11 | Diamnya Ian

303 52 12
                                    

Aku kembali berkuliah seperti biasanya. Semuanya berjalan dengan normal. Walaupun tugas datang terus-menerus tanpa henti. Tak apalah, namanya juga menuntut ilmu. Momen semacam ini pasti yang paling dikangeni saat sudah lulus nanti.

Hubunganku dengan Kak Brian juga berjalan lancar. Meskipun akhir-akhir ini intensitas pertemuan kami mulai berkurang. Kali ini dia tak lagi diam-diam menghilang tanpa memberi kabar. Malahan lelaki itu sendiri yang lebih sering mengirimiku pesan.

Dia mau begini, langsung laporan. Dia mau begitu, langsung laporan. Serasa aku ini security saja yang jika setiap ada tamu yang datang harus membuat laporan terlebih dahulu. Contohnya seperti saat ini, baru saja dia mengirimiku pesan bahwa dirinya yang sedang dilanda rasa bosan ketika menunggu giliran praktikum.

Katanya, antrian masuk laboratorium masih panjang. Tidak hanya itu juga, dia bahkan curhat padaku kalau dia sudah mengantuk sedari tadi.

Aku sudah menyarankan agar dia pulang saja. Lalu nanti dia bisa balik lagi ke kampus, tapi lelaki itu tetap ngotot dan gak mau menurut. Dia bilang tanggung sekali kalau pulang sekarang, keburu waktunya habis di jalan. Padahal sebenarnya jarak antara rumahnya dengan kampus juga tidak terlalu jauh.

Ya, sudahlah. Suka-suka dia saja!

Berbeda lagi denganku yang saat ini sedang menunggu rapat UKM dimulai. Agenda rapat kali ini membahas persiapan acara seminar yang akan diadakan Sabtu besok. Rapat ini adalah rapat terkahir bagi panitia seminar.

Tanggung jawabku kali ini tidak begitu berat. Tidak seperti ketika diriku menjadi bendahara diklat kemarin. Kali ini aku memegang posisi sebagai koordinator devisi konsumsi. Sebenarnya, aku sering ditempatkan di devisi ini. Bisa dibilang aku sudah langganan, begitupun juga dengan Rara.

Teman-teman panitia yang lain sudah sangat hafal, kalau kami paling pintar mengatur urusan konsumsi. Entah itu konsumsi untuk para peserta seminar, tamu undangan, panitia, pemateri, hingga Pak Wakil Rektor. Terkadang jika bukan aku yang menjadi koodinatornya, maka Rara yang maju untuk menggantikanku.

Ketua Umum hingga Ketua Pelaksana seminar sering menilai kinerja divisi konsumsi kupegang adalah yang paling memuaskan. Aku sendiri juga sangat enjoy kalau masuk ke dalam devisi ini. Kurang tahu mengapa jadi seperti itu, tapi yang jelas kalau ada satu anggota yang sudah pernah join ke devisi lain. Lalu mereka mencoba sekali saja untuk join ke divisi konsumsi. Proker selanjutnya mereka gak mau pindah devisi lagi atau tetap stay di devisi ini.

Mungkin alasan terbesar mereka adalah karena kerja divisi ini paling mudah. Namun, kalian jangan salah menilai karena kami divisi konsumsi isi kerjanya tidak hanya berleha-leha saja. Cukup berat juga tanggung jawabnya.

Bayangkan saja, jika jam sepuluh pagi pesanan nasi kotak belum siap diambil. Lalu ada tamu undangan yang meninggalkan aula sebelum jam sepuluh, padahal saat itu acara belum berakhir. Apakah kami gak tambah kelabakan?

Bisa-bisa ini menjadi bahan evaluasi di akhir acara nanti. Bukannya kami takut mendapat teguran keras atau semacamnya, tapi kami merasa malu kalau tugas dan tanggung jawab ini tidak dilaksanakan dengan baik.

Itu masih contoh kecil, karena masih ada contoh-contoh yang lain dan tak bisa diduga. Serta bisa terjadi kapan saja selama hari-H saat kita menjadi panitia.

***


Hari Sabtu telah tiba, saatnya bangun pagi. Pukul 06.00 aku dan Rara harus sudah stay di kampus. Jadi, kami memutuskan berboncengan naik sepeda bersama. Sekalian mengambil konsumsi nasi kotak untuk Pak Wakil Rektor, pemateri, dan beberapa tamu undangan lainnya.

Ketika rapat terakhir kemarin, aku sudah membagi jobdesk untuk masing-masing anggota agar mereka bisa mengambil pesanan berupa nasi, roti, buah, kue basah, dan air mineral. Kebetulan aku dan Rara kebagian mengambil pesanan nasi kotak, karena tempat pengambilan nasi kotak ini searah dengan kampus jika berangkat dari kosan.

Space | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang