Pagi ini, aku mendapatkan berita buruk dari Kak Brian. Dia mengatakan kalau saat ini dirinya sedang sakit. Kemungkinan lelaki itu terlalu bersemangat mengikuti diklat kemarin. Hingga badannya kecapaian dan menjadi demam.
Apesnya lagi, sekarang dia sedang sendirian di rumah karena papanya ada tugas ke luar kota. Sedangkan mamanya juga sedang ada urusan dengan pekerjaannya. Padahal hari ini adalah hari Minggu. Malang sekali nasib anak tunggal yang satu ini.
Rekan satu bandnya tidak bisa datang untuk menengoknya, karena Bang Jevan harus bimbingan proposal di rumah dosennya. Kak Sigit dan Kak Wisnu kebetulan juga sedang menikmati waktu istirahat. Kebetulan mereka berdua juga turut berpartisipasi sebagai panitia diklat sama seperti Ian. Terakhir Dion sedang mengantar mamanya ke rumah sang nenek yang ada di Madiun.
Otomatis yang dapat diandalkan lelaki itu sekarang hanyalah aku seorang. Sebenarnya aku tak keberatan untuk menjenguknya. Apalagi aku harus ke rumahnya. Aku merasa tak enak kalau berkunjung ke rumah orang yang situasinya hanya ada kami berdua–lelaki dan perempuan. Namun, Kak Brian mengatakan saat ini di rumahnya, ia tak sepenuhnya sendirian.
Lelaki itu sedang ditemani oleh Mbok Yum–pembantu yang bekerja di rumahnya. Tidak hanya itu, ada Pak Yono–suami Mbok Yum–yang turut bekerja sebagai tukang kebun. Setelah menyimak cerita lengkap dari Kak Brian tadi, aku akhirnya tak perlu khawatir lagi dan memutuskan mau datang ke sana.
Sekarang yang kubutuhkan adalah membelikan dia bubur ayam serta obat parasetamol. Sebenarnya aku tak terlalu pandai memasak. Apalagi memasak bubur, karena aku sendiri tidak suka memakan bubur.
Hal pertama yang kulakukan setelah mengunci kamar kos adalah berjalan keluar gang, lalu menuju apotek. Kebetulan apotek tersebut letaknya berada tepat di samping kiri gang. Selanjutnya aku pergi ke penjual bubur ayam yang tak jauh dari apotek. Lebih tepatnya seratus meter ke arah Barat.
Sebelumnya aku sudah berdiskusi dengan lelaki itu tentang kendaraan yang akan kunaiki saat hendak pergi ke rumahnya nanti. Awalnya aku mengusulkan ingin naik angkot saja, karena aku lebih nyaman naik kendaraan umum yang satu itu ketimbang yang lain.
Hanya saja Kak Brian tetap ngotot inginnya aku naik Gocek saja. Ia beralasan kalau antara jalan raya dengan gang masuk ke rumahnya terbilang cukup jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki.
Aku memang pada dasarnya adalah orang yang gaptek, jadi hampir gak pernah memesan yang namanya Gocek. Akhirnya kutolak usulan tersebut. Saat ia tahu alasanku, dia malah dengan jahatnya menertawaiku. Katanya, aku itu memang definisi cupu yang sebenarnya.
Gak sopan banget pacarku yang satu ini, ceweknya malah dikatain cupu. Padahal dia lagi sakit, sempet-sempetnya mengejek orang!
Akhirnya perdebatan kami usai, setelah dengan baiknya dia mengorderkan Gocek untukku.
Beberapa saat setelah aku memesan bubur ayam, Kak Brian bilang kalau si bang Gocek sudah sampai di sekitar warung bubur ayam. Jadi setelah pesananku selesai dibuat, aku segera membayarnya.
Aku lantas pergi untuk mencari si bang Gocek yang dimaksud Kak Brian. Untungnya si abang gampang sekali dicari karena dia memakai jaket berwarna hijau yang ikonik itu.
***
Perjalananku ke rumah Ka Brian tidaklah jauh. Hanya perlu memakan waktu sekitar lima belas menit saja, aku sudah sampai di depan rumahnya. Sekilas kupandangi rumah ini, aku langsung dibuat menganga olehnya.Gila! Besar sekali rumahnya! Besarnya bahkan hampir menyaingi luas lapangan golf yang ada di belakang rumah.
Setelah puas mengamati rumah ini, kini aku dibuat bingung. Bagaimana aku bisa masuk ke dalam, ya? Oh iya, aku baru ingat fungsi bel rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Space | Youngk DAY6
Hayran Kurgu[Book 1] Febyona Azara atau akrab disapa Ona hanyalah seseorang yang berstatus sebagai mahasiswi biasa. Selama ini ia hanya berfokus pada obsesinya untuk mengejar gelar sarjana. Bahkan saking fokusnya, dia tak sadar kalau hidupnya selalu dihabiskan...