Bab 28 | Liburan

158 30 1
                                    

Ujian tengah semester baru saja kulalui dengan lancar. Untungnya mata kuliah pada semester ini tidak begitu berat seperti pada semester kemarin. Kebanyakan ujianku kali ini bersifat take home, jadi aku bisa mengerjakannya sambil bersantai di kamar.

Meskipun begitu sekalipun itu ujian tulis, aku juga tak terlalu banyak belajar. Karena inti materinya sama saja. Pasti tidak jauh-jauh dari rancangan penyusunan silabus, RPP, media, dan tetek bengeknya.

Selama ini diriku disibukkan dengan urusan perkuliahan. Hubunganku dengan Kak Brian berjalan lancar. Meskipun sampai sekarang aku masih berusaha untuk membuang jauh-jauh rasa tidak percaya diriku. Semoga saja aku bisa melaluinya. Walaupun hal itu terasa sangat sulit bagiku.

Kemarin adalah hari terakhirku mengikuti ujian. Sedangkan Kak Brian baru selesai hari ini. Maka dari itu setelah kelasnya berakhir, dia hendak mengajakku pergi berbelanja. Rencananya kami akan membeli beberapa bahan makanan untuk acara barbeque besok.

Acara barbeque ini merupakan agenda utama dari rencana liburan kami bersama Fivetune. Aku pikir, rencana dadakan kemarin akan jadi wacana saja. Ternyata Bang Jevan benar-benar berniat mengajak kami liburan bersama.

Dia bahkan sudah menyiapkan sebuah vila untuk kami tempati nanti. Kata Kak Brian, vila tersebut merupakan vila pribadi milik keluarga Bang Jevan sendiri. Sehingga kami tidak perlu repot-repot patungan untuk menyewa tempat menginap. Ditambah lagi Kak Brian yang akhirnya ikhlas menanggung semua kebutuhan makanan. Maka dengan kata lain, liburan kali ini benar-benar tidak dipungut biaya apapun alias gratis!

***


Saat ini aku sedang menunggu  Kak Brian untuk menjemputku di kosan. Tadi pagi dia sudah mengabariku, bahwa kelasnya berakhir sekitar pukul 09.30. Namun, hingga saat ini lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya. Padahal ini sudah lewat lima belas menit dari waktu yang ia janjikan.

"By, maaf ya kalo aku telat. Tadi aku ada urusan sebentar sama dosenku," jelasnya dengan penuh penyesalan. Untung saja alasannya kali ini masih bisa kumaklumi.

"Iya, gak papa. Tapi urusannya udah selesai 'kan?" tanyaku sembari memakai sabuk pengaman.

"Udah dong, Ian gitu loh! Mahasiswa terajin seantero kampus," balasnya dengan sombong.

"Wes kumat narsise!"

Lelaki itu lantas menyengir lebar.

"Ayo cepet berangkat, keburu panas nanti."

"Siap, Ndoro!" balasnya yang kemudian langsung tancap gas.

***


Sesampainya di supermarket terdekat, kami langsung berburu bahan makanan. Dimulai dari daging, sosis, pentol, sayur-mayur, dan bebarapa bumbu-bumbu yang kemungkinan kami butuhkan pada esok hari. Tak lupa juga beberapa bungkus snack juga turut ikut masuk ke dalam keranjang belanjaan.

Aku baru tahu ternyata Kak Brian lebih ahli dalam milih bahan makanan ketimbang diriku yang notabenenya seorang perempuan. Sepertinya ini merupakan efek dari seringnya ia mengantar mama pergi berbelanja.

Berbeda sekali denganku yang mana kalau milih barang hanya berpedoman pada tanggal kadaluarsa saja. Jika hitungan tanggalnya masih jauh, itu berarti masih aman untuk dikonsumsi.

Walaupun begitu bukan berarti aku tak pernah menemani mami pergi ke pasar. Kami juga terbilang sering berbelanja bersama. Hanya saja, tugasku cuman jadi kuli panggul alias bertugas sebagai si pembawa barang.

***


Sepertinya semua list belanjaan kami sudah terpenuhi. Saatnya kami membayarnya di kasir. Untung saja antriannya tidak begitu panjang, sehingga kami dapat menghemat waktu.

Space | Youngk DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang