Liburan semester telah tiba, kini aku akhirnya memutuskan kembali ke rumah. Mencoba melupakan permasalahan yang sampai saat masih belum menemukan titik terangnya. Sekaligus untuk menenangkan diri sejenak di sana.
Namun, realita selalu berbanding terbalik dengan ekspektasi. Bukannya menghibur diri, tetapi aku malah terus mengurung diri di kamar. Sempat beberapa kali mami membujukku untuk makan, tapi aku tetap saja menolaknya.
Selama beberapa minggu di sini, keadaanku masih sama seperti sebelumnya. Aku masih sering memantau Kak Brian dari jauh. Dia nampak bahagia sekali selama mengikuti kegiatan KKN. Bahkan senyumannya manis itu selalu hadir kala dia bersama dengan sahabatnya.
Bukannya aku membatasi hubungan mereka. Lagi pula lelaki itu mengatakan status mereka hanyalah sahabat saja. Namun, aku agak keberatan dengan sikap gadis itu. Sebab aku sanksi sekali kalau Alyana menginginkan hal yang lebih dari sekedar sahabat.
***
Hari demi hari aku selalu dirundung rasa cemas. Aku khawatir kalau Kak Brian benar-benar merasa bosan denganku. Hingga akhirnya dia memilih pergi dan berpaling pada gadis itu.
Hampir di setiap postingan feed Nista kelompok KKN yang diketuai olehnya, aku sering menjupai komentar jahat yang ditujukan padaku. Mereka masih merendahkanku serta membandingkanku dengan gadis itu.
Perasaan-perasaan buruk semakin menumpuk dalam benakku. Hingga membuatku akhirnya tertekan. Aku sudah tak tahan lagi. Aku ingin bebas. Aku tak peduli kalau harus pergi meninggalkan orang yang kusayangi. Ini demi diriku, biarkan saja kali ini aku sedikit egois, yang terpenting adalah rasa sakitku harus sembuh terlebih dahulu.
Jalan terbaik dan satu-satunya yang kupilih adalah melepaskan lelaki itu. Siap atau tidak, aku harus belajar mulainya dari sekarang. Belajar untuk menjalani keseharianku tanpanya. Belajar untuk memulai aktivitas tanpa bergantung lagi padanya. Serta belajar menghapus kenangan indah yang kami ukir sebelumnya.
Aku yakin kalau dia tanpaku, dia pasti akan baik-baik saja. Sama seperti sebelum aku hadir dalam hidupnya. Atau dia bisa menemukan kebahagiaan yang lain, contohnya seperti bersama gadis itu, mungkin?
***
Tepat di minggu kelima KKN, Kak Brian akhirnya pulang. Aku sudah menunggu momen seperti ini. Bahkan aku sudah menata hatiku supaya tak terlalu sakit ketika melepaskannya nanti. Semoga dia benar-benar menghargai keputusanku.Sekarang aku sudah bersiap mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya. Sebuah pesan berisi tentang ajakan berbicara empat mata. Namun, belum sempat aku mengirim pesan tersebut. Ternyata ia lebih dulu mengirimkan pesan padaku.
Ian🦊
| By, ayo kita ketemuanAku
Okey |
Mau di mana? |Ian 🦊
| Kamu keluar aja sekarang
| Aku tunggu di mobilAku terlonjak kaget saat membaca balasan pesan darinya. Dengan cepat aku langsung meloncat dari atas kasur, lalu mengintip keadaan di luar sana dari balik kaca jendela. Ternyata memang benar, samar-samar aku bisa melihat sebuah mobilnya yang telah terparkir di depan gerbang kosan.
Segera kuraih cardigan yang tergantung di belakang pintu. Serta tak lupa aku membawa serta handphone-ku di tangan.
Setelah memastikan pintu kamarku terkunci dengan benar, aku langsung keluar dari gerbang kosan. Sebelum aku membuka pintu mobil, sejenak kutarik napas dalam-dalam. Lalu menghembuskan secara perlahan.
Sekarang aku berhasil duduk di sampingnya. Namun, sayang sekali aku tak berani menatapnya. Ini aneh. Entah mengapa perasaanku tiba-tiba kembali goyah, cuman hanya karena diriku kembali bertemu dengannya setelah sekian lama. Bahkan rasa rindu yang sebelumnya kutekan kuat-kuat, kini malah mencuat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Space | Youngk DAY6
Fanfic[Book 1] Febyona Azara atau akrab disapa Ona hanyalah seseorang yang berstatus sebagai mahasiswi biasa. Selama ini ia hanya berfokus pada obsesinya untuk mengejar gelar sarjana. Bahkan saking fokusnya, dia tak sadar kalau hidupnya selalu dihabiskan...