Entah mimpi apa aku semalam, tiba-tiba diriku langsung dihadapkan dengan kenyataan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Semua ini berawal dari kebodohanku. Dengan percaya dirinya aku mengaku bahwa pemilik akun Nistagram itu adalah pacarku. Sekarang aku harus menanggung karmanya, sebab secara kebetulan orang tersebut tiba-tiba muncul di hadapanku. Tidak, lebih tepatnya salah satu dari laki-laki yang sempat menggemparkan seisi kantin ini adalah laki-laki yang sama dengan pemilik akun itu.
"Heh, cupu! Ayo buktiin kalo lo pacarnya Kak Brian," kata Friska yang seketika itu langsung membuyarkan lamunanku.
"Se–sekarang, Fris?" tanyaku dengan ragu-ragu.
"Ya iyalah! Masak tahun depan?! Bentar, lo kok tiba-tiba takut gitu? Apa lo emang sengaja bohong ya?!"
"Gak kok!" elakku dengan cepat.
"Terus kenapa lo musti takut gitu?" sahut Zea.
Sejenak kugigit bibir bawahku cemas. Sekarang aku harus cepat-cepat memutar otak supaya bisa mencari alasan agar kebohonganku tidak mudah terbongkar. Jika tidak, mau ditaruh mana mukaku ini?
"Ah, lama lo. Sini!" kata Friska. Sedetik kemudian ia langsung menarik tanganku dan membawaku mendekati kerumanan orang-orang yang ada di sudut sana. Sedangkan di belakang ada Vio dan Zea yang turut mengikuti kami.
"Misi-misi!" ucap Friska sedikit berteriak. Dengan rusuhnya gadis itu menerobos pasukan rahim anget. Hebatnya lagi dengan mudah ia bisa menembus mereka hingga pada akhirnya kami telah sampai di dekat meja yang ditempati oleh tiga orang laki-laki yang menjadi pusat perhatian.
Kuakui bahwa ketiganya memang memiliki wajah yang sangat rupawan, meskipun begitu ketampanan mereka mempunyai ciri khas tersendiri. Ada yang terlihat tampan, tapi juga manis secara bersamaan. Ada juga yang terlihat tampan dengan rambut yang dipangkas sampai benar-benar pendek. Serta ada pula yang terlihat tampan dengan mata rubahnya yang menggoda. Jadi, menurutku tidak heran kalau para gadis di sini mudah sekali terpikat pada mereka.
"Kak Brian! Kenal temenku yang satu ini nggak? Namanya Ona, dia tadi ngaku-ngaku pacaran sama Kakak," adu Friska pada salah satu laki-laki itu.
Seketika mataku langsung melotot dengan lebar. Perasaanku mulai gelisah, takut jika kebohonganku akan terbongkar di depan orang banyak. Selain itu aku baru menyadari kalau orang yang diajak Friska berbicara itu adalah laki-laki yang kuakui sebagai pacar tadi.
Akhirnya tidak ada jalan lain lagi. Sekarang aku sudah pasrah dan menerima kenyataan kalau seumpama nanti laki-laki itu mengelak semua ucapan Friska. Atau lebih parahnya lagi ia sampai marah padaku. Aku juga sudah siap bila memang kebohonganku ini harus terbongkar sekarang juga.
"Iya, bener. Dia pacar gue. Jadi, jangan gangguin dia ya! Kasihan tuh, dia jadi ketakutan kayak gitu."
Mataku kembali melotot dengan lebar. Aku benar-benar kaget ketika lelaki tersebut dengan sukarela mau berbohong untukku.
"Sini dulu, By. Duduk samping aku aja ya!" ucapnya dengan lembut seraya menarik tanganku agar mau duduk di sampingnya.
"Kamu mau pesan apa, hm?" tanya laki-laki itu sekali lagi masih dengan nada yang sama. Suaranya beratnya sukses membuat bulu kudukku merinding. Tak hanya itu, tangannya tanpa permisi mengusap lembut puncak kepalaku.
Sekilas kulirik reaksi dari kedua temannya. Saat ini mereka tengah memperhatikan kami dengan tatapan bingung. Sedangkan Friska dan antek-anteknya sudah terlampau kesal dan segera pergi meninggalkan tempat ini.
"E–enggak usah, Kak. Aku udah makan kok," jawabku dengan senyum yang sengaja dipaksakan. Baru setelah itu aku berusaha menjauhkan diri darinya. Secara perlahan aku mencoba kabur dari dia. Lagi pula Friska sudah pergi, jadi posisiku sekarang sudah aman.
"Loh kok gitu sih, By? Padahal kita 'kan udah janji mau makan bareng."
Wah, gila nih cowok! Mendalami banget karakternya, gerutuku dalam hati.
"Maaf, Kak. Aku permisi dulu," pamitku langsung lari begitu saja. Untung dia gak menahanku lagi, tapi tunggu sebentar! Kenapa laki-laki itu malah tertawa? Apa dia sedang menertawaiku? Memang ada yang lucu dari tingkahku?
Oh, bodohnya aku! Kenapa aku baru sadar kalau barusan aku terlihat konyol sekali. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja aku mengaku-ngaku sebagai pacarnya. Untung dia mau berakting untukku.
***
"Dari mana aja lo?"
Pertanyaan dari Rara tersebut menyambutku ketika hendak duduk di sampingnya. Kebetulan kami masih ada satu mata kuliah lagi setelah istirahat makan siang.
"Kantin," jawabku dengan lesu lantaran masih kaget karena kejadian di kantin tadi.
"Gak percaya gue kalo lo dari kantin. Buktinya masih lesu gitu."
"Ck! Udah deh, lo gak usah kepo kayak Dora! Tuh, Pak Antok udah datang."
Akhirnya Rara menyerah dalam mengintrogasiku dan memilih fokus menyimak Pak Antok yang sudah membuka pelajaran pada siang ini.
***
Pada malam hari setelah selesai sholat, aku memilih mengurung diri di kamar. Ditemani dengan semangkuk mie rebus diriku akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menonton drama korea melalui laptop. Hingga tak lama kemudian aku mendengar ada suara gedoran pintu yang cukup keras.
BRAK! BRAK! BRAK!
"ONENG, LO UDAH TIDUR BELOM? BUKAIN DONG PENTING NIH!"
Seketika aku mendengus sebal setelah mengenali suara teriakan tersebut. Lalu dengan malas aku pun beranjak dari tempat duduk. Namun, sebelum itu aku sempat menjeda sejenak tontonanku.
Ceklek
"Apa sih, Ra?! Berisik banget dah!" omelku pada Rara. Ya, dialah pelakunya, sahabat sekaligus tetangga kamar kosku.
"ONENG, INI BENERAN GAWAT BANGET SUMPAH!" teriaknya heboh.
Sepertinya aku belum cerita soal Rara yang punya panggilan sayang khusus untukku. Jadi, dia ini sering memanggilku dengan sebutan "Oneng". Katanya, nama Ona terlalu bagus untukku karena terkadang aku bisa lemot disaat-saat tertentu.
"Santuy napa!"
"SANTUY-SANTUY! LOH PASTI GAK BAKAL BISA SANTUY KALO GUE HABIS NUNJUKIN INI."
"Ya udah, lo mau nunjukin apa ke gue? Jangan ngegas dong!"
"Bentar-bentar tenggorakan gue serak kebanyakan ngegas mulu dari tadi."
Kuputar kedua bola mataku malas. Lagian siapa juga yang nyuruh dia ngegas seperti itu?
"Nih, baca! Lo barusan masuk berita gosip kampus, tuh!"
Aku mengernyit ketika mendengar ucapannya. sebentar, tadi barusan aku habis masuk mana?
"[HOT] PACAR BARU BRIAN ADAM ALVARO, BASSIST FIVETUNE ADALAH SALAH SATU MAHASISWA FKIP KAMPUS HARU. CEK FAKTANYA BERIKUT INI, NOMER EMPAT YANG PALING MENCENGANGKAN!"
Duh, mati aku!
=TBC=
KAMU SEDANG MEMBACA
Space | Youngk DAY6
Fanfic[Book 1] Febyona Azara atau akrab disapa Ona hanyalah seseorang yang berstatus sebagai mahasiswi biasa. Selama ini ia hanya berfokus pada obsesinya untuk mengejar gelar sarjana. Bahkan saking fokusnya, dia tak sadar kalau hidupnya selalu dihabiskan...