Bab 5: Sulitnya Melawan Penindasan

404 39 1
                                    

Peringatan!
Bab cerita ini mengandung kekerasan, mohon lebih bijak dalam membaca dan jangan dicontoh.

Jangan lupa vote dan comment. Terima kasih.

Selamat Membaca

-Special Class-

Segala umpatan kasar terus-menerus terucap dari bibir tipisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segala umpatan kasar terus-menerus terucap dari bibir tipisnya. Paulina tak bisa mengontrol emosinya ketika tahu siapa yang akan diwawancarainya hari ini. Sudah senang-senang tidak berinteraksi dengan anak kelas istimewa, eh sekarang malah dipaksa untuk bertemu. Terlebih lagi, orang yang harus diladeninya ini adalah Duo Petaka. Ya, Arsen Damaresh dan Khalis Mahendra, kedua lelaki pembawa mimpi buruk.

"Duo Penindas Buruk Rupa Sialan!" Ya, nama panggilan yang cukup panjang untuk dua sampah.

Mereka penindas yang begitu terkenal di SMA Larkspur. Setiap harinya tidak ada berhentinya merundung, bahkan menggaruk kepala pun akan menjadi permasalahan untuk mereka. Semua orang yang dilewati mereka seakan-akan dipaksa untuk menahan napas dan berdiri kaku.

Dari anak kelas 10, teman seangkatan, sampai kakak kelas, mereka berdua tak segan untuk menindas. Seperti kata Rasshya, Duo Petaka merundung siapa pun yang mereka inginkan, tidak pandang bulu. Mereka tidak memedulikan anak siapa yang telah mereka usik, karena mereka sendiri pun dari keluarga yang berada dan berpengaruh. Jika targetnya murid kelas 12, tentu saja mereka tetap menjalankan aksi tak terpuji itu, tak ada yang dipedulikannya. Mereka tidak kenal takut.

Paulina mengacak rambutnya frustasi. Bisa-bisanya dua orang ini diberi jadwal wawancara di hari yang sama. Apa yang dipikirkan Pak Micael?

Kini jam menunjukkan pukul 18.45 sore yang berarti sudah 2 jam lewat 45 menit setelah jam pulang sekolah untuk murid kelas biasa. Paulina tidak tahu kapan anak kelas istimewa akan pulang, karena jam pulang mereka selalu berubah-ubah. Pada akhirnya, dia harus mengalah dan menunggu dua curut itu datang dengan sendirinya.

Menyebalkan.

Tetapi jika tidak kunjung datang, ia harus turun tangan dan mencari mereka sendiri. Ini lebih menyebalkan.

"Yuk, semangat yuk jalan sorenya," gumam Paulina menyemangati dirinya sendiri. Ia kemudian keluar dari ruang ekskul jurnalistik dan berjalan menuju gedung khusus kelas istimewa untuk mencari dua orang yang sedari tadi tidak kunjung tiba.

Sayangnya ia tak dapat masuk ke dalam gedung khusus murid kelas istimewa karena terhalang pintu yang hanya dapat diakses dengan finger print. Paulina hanya bisa menunggu di luar gedung selama 5 menit. Beberapa menit yang terasa begitu menyiksakan.

Stuck In: Special ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang