[END]
Kelas istimewa merupakan perwujudan kekuasaan tertinggi di SMA Larkspur. Kelas yang memberikan muridnya pengalaman menjadi raja dan ratu sekolah. Kelas yang hanya pantas disentuh oleh murid yang paling unggul di akademik dan nonakademik.
Bagai...
Halo, apa kabar semuanya? Tunjukkan emoji 👍🏻 kalau baik atau 👎🏻 kalau buruk?
Kalau hari kalian buruk, semoga cerita Stuck In: Special Class ini mampu menghibur kalian, ya🌟.
Selamat Membaca
.
.
.
-Special Class-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paulina kembali lagi di ruangan kepala sekolah. Cahaya pagi masuk ke dalam ruangan melalui jendela besar yang menghadap ke halaman sekolah, namun suasananya tetap suram dan terasa berat. Di setiap sudut dinding, dipajang beberapa potret pejabat sekolah. Di tengah ruangan, dekat dengan jendela, sebuah meja besar penuh dengan tumpukan dokumen. Pak Wardhana yang duduk di kursi besar di belakang meja itu, sedang menelpon seseorang. Dia tidak mengalihkan pandangannya meski tahu beberapa detik yang lalu, pintu ruangannya diketok, dan dua siswi masuk ke dalam ruangannya. Tanpa dipersilakan, Paulina duduk dengan tenang di hadapan Pak Wardhana, sedangkan Reindra memilih untuk berdiri di belakang Paulina.
"Selamat pagi, Pak Wardhana. Saya Paulina Arselia Riche, bersama teman saya, Reindra Vellanie, ingin mengajukan sebuah usulan mengenai permasalahan akhir-akhir ini," kata Paulina, suaranya tegas namun terdengar sedikit gugup. Dia berusaha menahan rasa tidak nyaman yang mengisi ruangan itu, sambil memperhatikan kepala sekolah yang duduk di belakang mejanya dengan ekspresi serius.
Paulina merasakan tepukan keras di bagian belakang kepalanya. Matanya mendelik, melayangkan laser tajam tak kasat mata pada Reindra.
"Basa-basi dulu," bisik Reindra.
"Males," balas Paulina dengan suara yang kecil.
Reindra kembali memukul bagian belakang kelapa temannya, namun lebih keras. Tentu saja sang empu tidak terima yang berakhir mereka berdebat dan beradu umpatan dalam diam sembari menunggu balasan Pak Wardhana yang kini sedang menelepon seseorang.
Setelah tiga menit berlalu, Pak Wardhana selesai menelepon dan kini mengalihkan perhatiannya kepada kedua muridnya. "Ada apa, Paulina?" tanya Pak Wardhana, yang tampak pening. Mungkin memang wajahnya yang selalu melas membuatnya tampak seperti minta dikasihani, atau itu memang bagian dari sifatnya sebagai seorang yang memiliki posisi penting di SMA Larkspur.
"Selamat pagi, Pak Wardhana. Saya Paulina Arselia Riche, bersama teman saya, Reindra Vellanie, ingin mengajukan sebuah usulan mengenai permasalahan di kelas istimewa," ulang Paulina, berusaha tetap tegas meski ada rasa jengkel di suaranya. Dia memandang Pak Wardhana dengan penuh perhatian, berharap penjelasan mereka nantinya bisa diterima dengan baik.