Bab 26: Tumpukan Perkara

181 26 38
                                    

Hello, Kyu yang suka berkelana ini akhirnya menemui tempat yang pas untuk melanjutkan tugasnya yang sudah ditinggalkan selama sebulan.

Alangkah baiknya vote dulu, ya🥰. Kalian tagih update, Kyu juga tagih vote😉. Makasih banyak🙏.

Selamat Membaca

.

.

.

-Special Class-

Kalau saja hari sudah malam, pasti jangkrik akan meledek pertanyaan Paulina yang terlalu absurd untuk dilontarkan saat berbasa-basi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau saja hari sudah malam, pasti jangkrik akan meledek pertanyaan Paulina yang terlalu absurd untuk dilontarkan saat berbasa-basi. Karena ini siang hari, maka hanya semilir angin tanpa suara yang menciptakan suasana canggung tanpa diminta.

Perempuan berambut sebahu itu menggeleng dengan cepat. Ia memukul kepalanya dua kali, berharap muncul sebuah pertanyaan yang lebih tepat untuk berbasa-basi. "Maksudnya, lo mau ke mana?"

Marilah berbasa-basi dengan pertanyaan yang sangat basi. Semakin dibiarkan bicara, ucapan perempuan itu tidak masuk akal. Padahal gagang pintu rooftop sudah disentuh oleh lelaki jangkung itu.

Rasshya tak mengacuhkan pertanyaan Paulina yang sudah jelas jawabannya, melainkan ia melempar balik sebuah pertanyaan. "Kenapa tangan lo diperban gitu? Arsen lagi?"

"Bukan, ini perkara tadi pagi di kelas. Enggak penting," ungkap perempuan itu. Ia menyembunyikan tangan kirinya di balik saku karena tak nyaman diamati terus oleh Rasshya. Jujur saja, menggerakkan tangan kirinya hanya memunculkan rasa perih yang membekas. Pengobatan sebelumnya tak dapat menghilangan rasa nyeri itu.

"Jangan sampe terulang lagi." Rasshya berjalan mendekati Paulina. "Coba gue liat."

Lelaki itu meneliti sebentar telapak tangan milik Paulina yang dibaluti perban lalu mulai meraih sebuah benda pipih dari sakunya. Dari pergerakan jari lelaki itu, Paulina tebak manusia yang berada di hadapannya sekarang ini sedang mengetikkan sesuatu di ponsel.

"Kayaknya lukanya lumayan lebar, lo harus periksa ke rumah sakit," ucap lelaki itu masih mengetik di ponsel canggihnya.

Paulina mengernyitkan dahi. Matanya menyipit, memperhatikan setiap gerak-gerik Rasshya. Lelaki ini sangat mencurigakan.

"Lo mau nyulik gue, ya?" tuding Paulina frontal dengan sorot sanksi. "Sekarang lo lagi laporin luka yang gue terima ke atasan lo yang kerja di black market, kan?! Lo sebenernya mau culik gue terus jual gue, kan?!"

Stuck In: Special ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang