Bab 4: Kantin Bukan Tempat untuk Merundung

451 41 2
                                    

Selamat Membaca

-Special Class-

Hari ini adalah hari yang begitu tenteram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang begitu tenteram. Satu hari yang melelahkan kemarin terbayarkan. Paulina harus bersyukur kerena tidak perlu bertemu dan berurusan lagi dengan anak kelas istimewa. Di satu sisi, ia merasa waswas. Pergesekannya dengan si kembar bisa dibilang tidak baik-baik saja.

"Kemarin makan nasgor, hari ini juga makan nasgor. Apa lo gak jenuh makan makanan yang sama terus?" heran Mei.

Paulina menaikkan sebelah alisnya. "Masalah buat lo?"

Dia begitu tersinggung. Bagaimana bisa Mei menganggap nasi goreng akan membuatnya jenuh. Tidak akan! Cita rasa yang bervariasi dan berbeda-beda di setiap negaranya. Ada yang dicampur dengan kecap manis, ada juga yang dicampur dengan asinan sayur hasil fermentasi. Nasi goreng tak akan membuatnya bosan. Namun, membuatnya rindu akan rasa kaya rempah itu lagi dan lagi.

"Lo harus belajar banyak tentang filosofi nasi goreng sebelum mengkritik makanan favorit gue."

Tak selang beberapa detik, Paulina merasakan sikunya disenggol oleh seseorang, membuat sendok yang dipegangnya terpental ke dasar lantai. Ternyata Duo Petaka, yang setiap harinya menghantui murid-murid biasa, sedang berulah. Salah satu lelaki yang berbadan cebol dan berpakaian berantakan, yang menyenggolnya, menarik seorang siswa culun menuju ke tengah kantin.

"Gapapa, belum 5 menit." Paulina hendak memungut sendok yang terjatuh.

Namun, dengan cepat Mei memukul tangan temannya. "Kotor, Bego!"

Kadang Mei bingung. Kenapa sahabatnya ini semakin bodoh ketika diberi makan nasi goreng? Pasti kebanyakan mecin. Tebaknya.

"Lo–"

"Gue ambilin sendok," potong Mei, lalu memutuskan untuk pergi mengambil sendok.

Bersamaan dengan itu, seorang siswi bertubuh berisi dengan kacamata bulatnya mendatangi Paulina sembari menundukkan kepala, dia adalah Elin.

"Pau–Pauli–Paulina," panggil Elin dengan gagap. "I–itu, makasih kemarin u–udah bantuin a–a–" Ucapan perempuan itu semakin terbata-bata karena Paulina hanya bersikap cuek, seperti tak menanggapi keberadaannya.

Bukan tanpa alasan. Perempuan berambut sebahu itu sedang mengantisipasi kejutan yang akan diberikan oleh Duo Petaka itu. Siswa culun yang dibawa mereka berdua pasti berakhir tidak baik-baik saja.

Di sisi lain, kepala Elin semakin tertunduk, nyalinya kian menciut. Paulina terlihat begitu mengerikan dengan diamnya. Ditambah lagi Mei yang kembali membawa sendok langsung menatapnya sinis.

Stuck In: Special ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang