Bab 14: Perdamaian Kedua Belah Pihak

339 37 0
                                    

Peringatan!
Tolong lebih bijak dalam membaca. Jika ada skenario yang menampilkan keburukan salah satu tokoh, tolong jangan ditiru. Di sini Author tidak membenarkan tindakan buruknya.

Kalian aja pasti seneng VC-an sama orang tersayang, Author juga seneng dong kalo dapat VOTE dan COMMENT😙.

Iya deh beda kepanjangan, tapi keinginan Author tetap sama😝.

Selamat Membaca

-Special Class-

Memilih berangkat pagi sekali, di mana sekolah masih sepi, merupakan keputusan yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memilih berangkat pagi sekali, di mana sekolah masih sepi, merupakan keputusan yang tepat. Paulina dan Natha tidak perlu was-was akan adanya pasang mata yang menyaksikan mereka berdua secara terang-terangan mengunjungi ruang kepala sekolah dengan membawa tas ransel masing-masing.

Paulina sengaja menemani Natha. Minimal dengan begini, jika ada yang melihat mereka berdua, tidak hanya Natha yang dicurigai. Namun, dirinya yang menemani juga ikut dicurigai. Alasan di balik ini untuk mengeco orang-orang mengenai siapa pelaku dari kasus hilangnya barang-barang anak SMA Larkspur yang sebentar lagi akan terkuak.

Paulina mengetuk pintu 2 daun berbahan kayu jati yang lebar dan tinggi milik ruang kepala sekolah. Sebelum masuk, dia meyakini Natha terlebih dahulu. Perempuan tomboi itu mengangguk dan menepuk pundak Paulina sebagai bentuk keyakinan. Mereka berdua pun masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

Di sanalah, di kursi kantor sandaran tinggi, sang kepala sekolah duduk. Susunan piagam penghargaan kepala sekolah mengisi rak kaca di samping meja kerja. Beliau namanya Pak Wardhana, sesingkat itu. Namanya hanya satu kata, tak ada marga. Banyak yang menebak bahwa sang kepala sekolah masih berusia cukup muda. Katanya spekulasi itu diambil dari berapa banyak keriput di wajahnya.

"Ada urusan apa kalian ke sini?" tanya sang kepala sekolah.

Beliau memang terkenal dengan kedisiplinannya. Maka tidak kaget jika pria itu sudah tiba di sekolah di saat matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya.

Natha terlebih dahulu menghampiri meja sang kepala sekolah, disusul oleh Paulina di belakangnya. Ia kemudian mengeluarkan sebuah boks kecil berbahan plastik yang dibaluti dengan pita biru dari tas ranselnya. "Saya ingin mengembalikan barang, Pak."

Pak Wardhana memicingkan mata. Ia langsung paham begitu melihat isi dari kotak tersebut. Jepit, lip tint, penghapus, pena, dan benda kecil lainnya tertumpuk di boks berbahan plastik itu.

Stuck In: Special ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang