[END]
Kelas istimewa merupakan perwujudan kekuasaan tertinggi di SMA Larkspur. Kelas yang memberikan muridnya pengalaman menjadi raja dan ratu sekolah. Kelas yang hanya pantas disentuh oleh murid yang paling unggul di akademik dan nonakademik.
Bagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Batas akhir pengiriman untuk lomba cerpen telah dijadwalkan pada tanggal 5 Desember tahun ini. Paulina memiliki waktu selama satu bulan untuk mempersiapkan semuanya. Dia akan mengirimkan cerpen yang sudah ditulisnya dari Januari yang lalu. Cerpen yang gagal diunggah di laman website sekolah karena Paulina kalah dalam pemungutan suara yang diadakan oleh ekstrakurikuler Jurnalistik. Hanya cerpen ini yang mendapatkan suara paling banyak, yaitu 7 dari 27 suara. Dibanding cerpen yang dikirimkannya tahun ini, hanya cerpen inilah yang mendapatkan suara. Berbanding terbalik dengan tahun lalu, dia selalu mendapatkan suara tertinggi dan dapat mengunggah cerpen buatannya di website sekolah. Entah apa yang terjadi tahun ini, Mei selalu menjadi pemenangnya. Mungkin tahun ini adalah tahun keberuntungan perempuan itu. Biarkan sajalah, semuanya sudah berlalu. Intinya dia sudah melakukan revisi habis-habisan agar cerpennya bisa layak masuk ke dalam perlombaan.
Dia merasa lega karena telah menyelesaikan tulisannya. Namun, ada satu hal yang belum lengkap, yaitu kover cerpen. Kover yang dia idamkan adalah karya yang berasal dari seniman muda terkemuka di negaranya. Meskipun Paulina yakin bahwa kover yang memukau akan menambah daya tarik cerpennya, dia sadar bahwa mengajak Bara untuk bekerja sama dalam proyek ini akan menjadi tugas yang sulit. Meski demikian, Paulina bersikeras bahwa dia akan mencapai tujuannya dalam waktu dua minggu, meskipun itu berarti harus menempuh segala cara yang mungkin.
Sejak seminggu yang lalu, Paulina sudah mengumpulkan catatan tentang kegiatan dan keberadaan Bara. Hal ini akan memudahkan dirinya untuk berkomunikasi dengan Bara, apalagi Paulina tidak memiliki nomor telepon lelaki itu. Lebih tepatnya, dia tidak memiliki daftar kontak anggota di kelas ini, kecuali Natha dan Julia. Dia hanya memiki nomor telepon kedua perempuan itu.
Pagi ini, sinar mentari menyinari ruang kelas dengan hangatnya. Paulina tiba lebih awal dari siapa pun yang ada di kelasnya, bahkan sebelum Zean, siswa terajin di kelas ini. Sebentar lagi Zean akan tiba jika semua sesuai dengan perkiraannya.
Tak lama kemudian, pintu kelas terbuka dan Zean melangkah masuk dengan penuh ketertiban. Seragamnya selalu rapi dan lengkap, bahkan di musim hujan dia tetap mengenakan kardigan SMA Larkspur yang berwarna biru tua. Padahal ada kebebasan dalam berpakaian bagi anak kelas istimewa, tetapi lelaki itu memang kelewat patuh. Mungkin hanya Zean dan Julia, anak sekelasnya, yang memperlihatkan tingkat ketaatan yang sama. Paulina sendiri sudah banyak melanggar peraturan dalam berpakaian. Terkadang dia lupa mengenakan dasi, terkadang lupa memakai ikat pinggang, bahkan pernah satu kali dia lupa membawa name tag. Dulu, di kelas lamanya, name tag bukan suatu hal yang harus diremehkan, benda kecil ini adalah atribut paling penting di SMA Larkspur. Jika name tag lupa dikenakan, maka akan diberi poin pelanggaran yang lebih besar dibanding tidak menggunakan dasi dan ikat pinggang. Mungkin ini merupakan upaya dari sekolah untuk mengajarkan pentingnya memperhatikan detail-detail kecil dan kedisiplinan kepada siswanya, seperti sekadar menggunakan name tag.