[END]
Kelas istimewa merupakan perwujudan kekuasaan tertinggi di SMA Larkspur. Kelas yang memberikan muridnya pengalaman menjadi raja dan ratu sekolah. Kelas yang hanya pantas disentuh oleh murid yang paling unggul di akademik dan nonakademik.
Bagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak kapan buah yang sudah busuk bisa dimakan lagi? Orang-orang tak akan sudi memakan suatu hal yang menjijikan, tetapi ada satu orang yang terus terjebak dalam lingkup itu. Menjadi sosok lemah bak pecundang dan ketakutan untuk melawan, Paulina selalu begitu. Dengan angan-angan yang kuat, cita-cita yang tinggi, hidup dalam fantasi semu, mengharapkan sesuatu dari segumpal kotoran. Harusnya Paulina bangun dari mimpinya, sekarang realitas adalah kesadarannya. Yang kuat akan menang, yang lemah akan kalah. Begitu hukum mutlaknya.
Meski hukumnya jelas, banyak pertanyaan yang masih belum terjawab. Seperti, apa kesalahan orang-orang yang diinjak itu? Orang-orang yang hanya mengharapkan kebaikan dan ketenteraman dalam hidupnya. Rasa inferior apa yang merasuki para penjahat itu hingga merasa dirinya ingin mendominasi?
Paulina tak akan pernah paham dengan segala teka-teki ini. Rasanya tidak ada jawaban yang bisa menjawab alasan di balik pertanyaan itu.
"Pake."
Rasshya menyerahkan bomber jacket abu-abunya kepada Paulina. Perempuan itu tidak mendongakkan kepala, tak menunjukkan keinginan untuk menerima bantuan lelaki jangkung itu. Dia telanjur tenggelam dalam lautan yang gelap, kebingungan mencari arah keluar.
"Lo nangis?"
Perempuan itu merasakan tubuhnya menghangat, beban di punggungnya bertambah karena tertimpa sebuah kain tebal.
"Gue nangis kalau badan gue sakit, gue gak akan nangis karena kecewa," ketus perempuan itu getir. Masih menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangan yang ditumpu dengan kedua lututnya yang ditekukkan.
Seseorang yang kuat juga merasakan sakit dan menangis karenanya. Sakit itu bukan karena perasaan, melainkan fisik. Semua orang akan menjerit jika ditendang bagian vitalnya dan akan cengeng layaknya anak kecil karenanya. Paulina meyakinkan dirinya sendiri tidak akan membuang air mata cuma-cuma hanya untuk sebuah pengkhianatan. Tangisan tadi hanya sebuah bentuk ketakutan akan rasa sakit di tubuhnya.
Memori-memori dengan Mei yang terputar sekelebat, menentang seluruh keyakinan dan pendiriannya. Air matanya tadi adalah sebuah ketakutan. Bukan ketakutan terhadap rasa sakit fisik, tetapi ketakutan akan kehilangan seorang yang dia percayai sepenuh hati.
Rasshya mengembuskan napas, tak paham apalagi yang harus disangkali. "Kapan mereka berdua mulai nindas lo?" tanya Rasshya.
"Kemarin, gara-gara gue coba ngebela korban bully mereka ... atau mungkin lebih tepatnya menginterupsi kenikmatan mereka," balas Paulina.