MELELAHKAN

61 17 8
                                    

WAJIB NINGGALIN JEJAK!!
(๑'ᴗ'๑)

"Pagi Maa...," sapa Angga pada dua orang mama yang tengah sibuk di dapur.

"Jam berapa, kok, sudah mau berangkat?" Tanya mama Mira heran,

"Ananta mana?"

"Iya Ma, emang sengaja berangkat lebih pagi, banyak kerjaan." Padahal, Angga sudah berencana tiba di Kantor lebih awal untuk meminta maaf pada syifa.
Hingga kini, Angga belum berhasil menghubunginya lewat ponsel.

"Ananta mana?" Ulang mama Mira.

"Masih tidur, Ma."

"Ya, ampun, nih, anak bener-bener bikin malu." Mama Mira berkata sambil bergegas ke kamar anaknya. "Lha wong
Suaminya sudah rapi mau berangkat kerja, eh... Kok malah masih molor!"

Dengan cepat, Angga meraih tanganya,
"Aduh, jangan dimarahin, Ma. Biar saja, dia masih kecapekan. Yah, ini salah Angga juga, sih. Semalem keasyikan. Lagian, butiknya, kan, buka pukul sembilan. Biar dia istirahat dulu."

Angga tau alasan yang sangat tepat, yang pasti membuat mama Mira mengedipkan sebelah matanya dengan genit ke arah mama Lita.

"Wis to, Mir, biarin aja dulu." Mama Lita tersenyum penuh arti dengan wajah berbinar-binar, "kamu kayak lupa aja gimana rasanya jadi pengantin baru."

"Eh, lit, masih inget nggk, dulu kamu waktu malam pertama?" Tanya mama Mira.

"Eit, rahasia dong!" Jawab mama Lita dengan mata malu-malu. Kebetulan kita kan langsung nginep di hotel habis resepsi. Jadi lebih asyik. Tenang, romantis, ndak kayak kamu yang nginep di rumah. Nggak enak yah, lit, pasti masih banyak sodara yang nginep! Aku turut prihatin."

"Lagakmu. Kamu nginep di hotel kan karena nggak kebagian kamar di rumah.
Ngaku aja! Biar di rumah, biar masih repot Dan ribut, aku sama mas Soni nggak peduli Sama semuanya. Dia bikin aku lupa kalau masih di atas tempat tidur, soalnya rasanya seperti melayang terus di angkasa!" Mama Mira nggak mau kalah.

"Bagaimana pun rasanya tetap beda! Enakan juga hotel....." Mama lita terus saja berdebat berdebat dengan mama Mira soal malam pertama mereka. Mereka berdua sudah terbawa emosi. Saling berhadapan, saling melotot, saling berdebat, tidak menyadari Angga sudah keluar rumah dan berangkat dengan mobilnya dengan mengelus dada.

Persahabatan yang cukup aneh. Bertengkar hebat di satu waktu, tapi detik berikutnya sudah bercanda seperti dua saudara yang seia sekata. Hebatnya meraka sanggup berdebat dalam waktu yang cukup lama, sampai Ananta keluar karena terbangun oleh Suara mereka berdua yang nadanya semakin meninggi karena emosi.

"Eh....stop...stop....stop!" Ananta segera berdiri di antara mereka berdua dengan mata setengah terpejam Dan tangan tertentang, "ada apa, sih, Ma, kok, pagi-pagi udah ribut?"

"Aduh, maaf ya, sayang. Kita menggangu tidurmu, ya? Kalau masih Capek, tidur lagi sana, biar nanti malem bisa fit Dan kuat lagi," ujar mama Lita lembut.

"Capek? Orang Ananta nggak ngapa-ngapain. Males bangun aja!" jawab Ananta nggak sadar nyaris membuka rahasianya.

"Alaaaah.... Jangan pake acara kura-kura dalam perahu. Pura-pura malu-malu.... Hihi...." Mama kita cekikikan sambil menutup mulutnya.

Ananta melongo dengan mulut terbuka lebar seperti sehabis dipukulinya kepalanya pake palu. Apasih maksudnya!

"Iya. Kita nggak sedang ribut, hanya bercanda, kok. Bener, kan, lit?" Tanya mama Mira seolah lupa pertengkaran mereka berdua begitu saja.

"Sayang, jangan bengong gitu, jelek ah!"

Mulut Ananta langsung tertutup otomatis Dan baru sadar pembicaraan kedua mamanya.

(´・ω・')

Pukul setengah sepuluh Ananta masuk ke butik dengan langkah malas- malasan.

"Lho, mbak, kok, udah kerja? Bukanya kalau masih pengantin baru nggk boleh keluar rumah sebelum tujuh hari?" Tanya Rini heran melihat kedatangannya.

"Siapa bilang?" Ananta menghempaskan
Tubuhnya di kursi di belakang meja kerjanya dengan keras sebagai rasa kesalnya. "Indra nelepon kesini nggak?"

"Mas Indra? Ehm... Ngng... Maksud mbak Ananta pasti mas angga," jawab Lilis pegawai butik bertubuh tinggi sambil meletakkan secangkir teh di meja Ananta.

"Belum mbak. Mas angga belum nelepon kesini. Memang HP nya mbak Ananta nggak aktif, yah?"

Mbak Rina pegawai paling senior di butik
Tersenyum bijaksana. "Naa.... Kalo masih Capek pulang aja, nggk apa-apa.
Kita ngerti dan maklum banget sama kondisimu sebagai pengantin baru."

"Nggak. Nggak Capek! Cuma sebel. Boring di rumah."

Ananta meletakkan kepalanya di meja, tidak begitu peduli Rini sama Lilis bisik-bisik sambil menahan tawa. Dua anak ini memang kompak banget, maklum sama-sama baru dua tahun lukus dari SMK jurusan Tata busana, jadi, usianya sekitar sembilan belas tahunan. Masih ABG Dan yang pasti lugu-lugu.

"Gimana, ta, sukses nggak malam pertama nya?" Bisik mbk Rina pelan sambil berdiri di samping Ananta. Rini San Lilis sudah pergi membubarkan diri Dan sibuk mengatur kebaya-kebaya yang
Di-display.

Ananta mengangkat kepalanya Dan menopangnya dengan kedua tangannya.

"Malam pertama? Ribet banget!"
Mbak Rina mengelus rambut Ananta lembut. Dia sudah menganggap Ananta sebagai adiknya sendiri. Selain mereka sama-sama anak tunggal, dia juga sudah mengenal Ananta cukup lama. Kebetulan, selepas SMP dulu nenek Anantalah yang menyekolahkanya ke SMK jurusan Tata busana Dan begitu lulus langsung bekerja ikut tante miranti.

"Nggak apa-apa, ta. Memang rada-rada ribet Dan bikin takut. Aku dulu juga gitu tapi ntr lama-lama juga biasa. Malah asyik!

Begitu mendengar mbak Rina. Ananta kembali menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan putus asa.

Sepanjang hari itu, Ananta merasa jam berhenti berdetak. Lama Dan sangat membosankan. Kebetulan, butik juga nggk begitu ramai pengunjung. Berunglang Kali  dia mencoba menghubungi Indra, HP nya nggak aktif, ke Kantor proyeknya yang di salatiga di bilang Indra lagi di lapangan, ke kantornya yg di Semarang malah dibentak yang menerima telepon kalau Indra sudah hampir Setahun sedang menangani proyek di salatiga.



Hallo teman spam komen okee
Biar author nya nambah semangat xixi.
Follow
@dindah-may19

Luvyuu-💗💗💗

Mama ComblanG_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang