-Indra kembali💝

37 10 2
                                    

┌─WAJIB NINGGALIN JEJAK!!!─┐
🌟🌟🌟

Happy reading ,-

Indra sontak menarik kepalanya, tetapi tidak melepas pegangan tanganya.

"Kamu pasti belum makan!"

Ananta yang telah membuka matanya langsung mengangguk bahagia.

"Mau makan di sini atau makan di luar?"
Indra menawarkan pilihan yang sama-sama menunjukkan kerinduanya.

"Di luar aja, sekalian jalan-jalan. Kamu kemana aja, kok HP kamu nggak aktif terus. Kangen nih!" Rajuk Ananta manja.

"Ayo, makan di luar!" Ajak Indra tanpa memerdulikan pertanyaan Ananta.

"Kami keluar dulu!" Pamit Indra mewakili yang mewakili Ananta melambaikan tangannya pada tiga orang yang terpana melihat mereka berdua.

Begitu dua orang yang berangkulan mesra melewati pintu butik, mbak Rina menepuk-nepuk pipinya dua Kali.

"Ya ampun, itu tadi Angga, kan? Bukan Indra! Bener, Angga, kan, rin....lis?"

"Bener mbak, itu tadi mas angga, tapi sekarang jadi mirip mas Indra!" Jawab Rini dengan muka linglung.

"Iya. Perasaan kemaren rambut mas angga pendek Dan rapi, kok, sekarang bisa jadi gondrong gitu, yo?" Lilis bergumam dengan tatapan kosong.

"Mungkin karena kita biasa liat Indra yang sama Ananta, jadi sekarang begitu liat Angga.... Kelihatanya jadi mirip Indra!" Tambah mbak Rina.

Mereka bertiga benar-benar shock hebat menyaksikan adegan kemesraan Indra Dan Ananta mereka berusaha sekuat tenaga meyakinkan diri bahwa yang mereka lihat bener-bener Angga bukan indra! Sebuah pemandangan fatamorgana yang cukup mengguncangkan kesadaran mereka.

Kerinduan memang menyiksa tidak saja jiwa, tetapi juga raga. Setelah selama dua minggu bergelut dengan rasa rindu, Ananta Dan Indra seperti ingin menghabiskan seluruh waktu mereka hari itu.

Jika Ananta demikian larut dengan suasana bahagianya, ketiga orang di butik justru dilanda kecemasan, yang menyulitkan posisi mereka. Pukul enam sore, Ananta belum juga balik ke butik.

Mereka ingin menutup butik, tetapi tas Dan hp Ananta masih tergeletak di atas meja. Apa lagi, Anantalah yang selalu membawa kunci butik. Saat mereka bingung harus bagaimana, tiba-tiba tepat pukul enam, teng, Angga muncul di depan pintu, tersenyum Dan menyapa mereka bertiga.

Ketiga perempuan itu langsung pucat melihatnya. Ternyata, sosok yang mereka paksa yakini muncul Siang tadi Dan beradegan mesra dengan Ananta ternyata benar-benar INDRA!

Angga sendiri heran melihat ekspresi ketiga Orang yang terlihat sangat cemas Dan pucat waktu dia menanyakan Ananta. Saat mbak Rina, dengan Suara gemetar, bilang kalo Ananta pergi bersama Indra sejak Siang tadi, Angga menanggapinya dengan senyum ketenangan mencegangkan mereka.

"Oh, ya udah, kalian pulang aja. Saya akan menunggu Ananta di sini," ujar Angga ramah, seraya duduk di kursi Ananta. Dia membereskan beberapa kertas yang masih berantakan di meja, mengambil HP warna biru yang tergeletak Dan memasukanya ke dalam tas depanya.

"Kami pulang dulu, ngga," pamit mbak Rina.

"Kami juga, mas!" Tambah rini Dan Lilis bareng.

Angga menjawabnya dengan senyum Dan anggukan kepalanya.

Sendirian di dalam butik, Angga mengeluarkan laptop dari tas kerjanya Dan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai di Kantor tadi.

Dia buru-buru pulang menjemput Ananta, sebelum gadis itu cabut duluan seperti ancamanya tadi Siang. Dan, kalau Ananta muncul di rumah sendirian,
Dia yang bakal kena marah mamanya. Kalo hal itu sampai terjadi bakal ada kuliah tentang tanggung jawab suami untuk menjaga Dan melindungi istri.

Setelah sekian lama berkutat dengan laptopnya, Angga melirik jam di tangan kirinya, pukul delapan. Ananta belum menunjukkan tanda bakal muncul.

Angga menarik napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil HP. Ragu, dipandangnya HP di tangan kananya. Dia ingin menghubungi HP Indra Dan menanyakan dimana mereka.

Namun, keinginan itu terkalahkan oleh rasa rikuh dalam dirinya jika harus menggangu kebahagiaan Dan kebersamaan mereka. Dia tau pasti, Ananta sangat merindukan Indra. Jadi, biarlah mereka saling melepas rindu. Angga memasukkan hpnya ke saku celana Dan kembali asyik dengan laptopnya.

Pukul sembilan malam, yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga.

Ananta masuk butik dengan rangkulan mesra Indra di bahunya. Terkejut sebentar melihat Angga tengah bekerja di mejanya, tetapi detik berikutnya langsung menyapa dengan ceria,

"Halo... Pak bos!"

Angga mengangkat kepalanya dan tersenyum hangat ke mereka berdua.

"Hei, dari mana aja, nih?" Tanyanya seraya berdiri Dan mengulurkan tanganya pada Indra.

"Apa kabar, ndra?"

"Payah. Selama dua minggu ini, aku terbelenggu rindu!" Jawab Indra sambil tertawa dan menyambut jabat tangan Angga.

"Kita langsung pulang, ya, ta!" Ujar Angga menutup laptop. Dia memasukkan laptop ke dalam tas kerjanya.

"Sori, ya, ndra, aku harus bawa Ananta pulang sekarang. Soalnya, mama udah puluhan kali nelpon, nunggu kami makan malam bersama."

"Oke. Aku ngerti, kok!"

Angga melangkah sambil membawa kunci butik di tangan kirinya. Menyadari Angga sudah melangkah keluar pintu, Indra segera mengurai pelukannya Dan merangkul bahu Ananta dengan tangan kirinya.


Saat Mobil masuk garasi, di teras depan, terlihàt mama Mira Dan mama Lita sudah menunggu mereka dengan muka masam.

"Ke mana aja, sih kalian?"Tegur mama Lita.

"Kami sudah masak sup merah istimewa. Berulangkali udah diangetin sampe dingin lagi."

"Lain Kali, kalo mau pulang telat, nelpon ke rumah! Tadi, HP kalian dihubungi bolak-balik, kok, nggak diangkat!" Protes mama Mira.

"Dari mana?"








Mama ComblanG_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang