6

65 46 1
                                    

Namun, sehebat apa pun Angga dimata teman-temanya, Ananta tidak pernah punya perasaan lain terhadapnya.
Hanya Indra tipe laki² yg begitu diimpikannya untuk menjadi pasangan hidup. Walau tidak setinggi Dan sesempurna Angga, Ananta lebih menyukainya.

Kulit coklàt terbakar matahari, rambut agak gondrong, serta sikapnya yg terbuka Dan penuh canda.
Semua tingkah konyolnya, justru membuat Ananta merasa betah berada di sisinya.
Walaupun mereka berdua sama-sama keras kepala, bahkan Indra cenderung temperamental, semuanya bisa berjalan baik-baik saja selama dua tahun belakangan ini.

"Sori, udah lama nunggu?" Tanya Angga sambil menarikkan kursi untuk syifa.
"Ada urusan Kantor yg nggk bisa ditinggal."

"Belum, Pak bos! Belum nyampe sepuluhan tahun, tapi rasanya kami nyaris berakar duduk kelamaan disini."
"Maaf, ya," ujar syifa lembut menatap Ananta dengan perasaan bersalah.
"Eh, nggk apa-apa," jawab Ananta sambil tersenyum kepadanya.

Sementara, Indra justru memeluk bahu Ananta Dan menariknya dalam pelukan,
"Aku malah berharap kalian Datang lebih lama, biar aku bisa lama melepaskan Kangen." Tanpa peduli tatapan dingin Angga Dan syifa yg tengah memalingkan muka, Indra mencium kening Ananta dengan lembut.

Muka Ananta langsung memerah tersipu, buru-buru dilepaskanya tangan Indra yg mememluknya, saat melihat Angga yg menatap taj kearahnya. Ananta mengambil daftar menu didepannya Dan menyodorkanya pada syifa.
"Silahkan mau pesan apa?"
Sampai pesanan mereka berdua Datang, tidak ada satupun yg diantara mereka yg membuka pembicaraan. Angga Dan syifa hanya mengaduk-ngaduk minumanya,
Sementara Indra dengan sikap cueknya asyik mengusap-usap rambut ananta yg terus-terusan menundukan kepala sambil mengores-goreskan kukunya di meja.
Ananta berusaha mencoba mengatasi debaran jantungnya yg tak beraturan dipacu ketakutanya untuk menjelaskan masalah.

"Ada apa, sayang? Kamu bilang tadi ada masalah yg harus kita bicarakan berempat.
Tapi, dari tadi kita hanya diem-dieman kayak gini. Kalau terus-terusan begini, kita mending pergi nonton aja berdua," kata Indra mulai nggk sabar.

"Ngng...ehm...Anu..." Ananta bingong mau ngomong apa Dan berusaha melihat Angga untuk minta bantuan. Tetapi, yang dilihat masih asyik bermain denfan ujung dasinya.
Sialan! Batin Ananta jengkel. Kenapa dia seperti tidak peduli, ini, kan, masalah berdua.

"Sayang, ayolah....ada apa?" Indra mengusap pipi kanan Ananta dengan punggung kananya.

Yakin Angga tidak membuka mulutnya, Ananta memejamkan matanya Dan menarik napas panjang, mencaribya kekuatan dan keberanian untuk mengatakanya. Namun, sampai dia membuka matanya kembali, tetap saja dia tidak bisa membuka mulut.

"Sayang! Kalau kamu masih diem terus, lebih baik aku pulang aja!" Suara Indra mulai meninggi.

Mendengar Suara Indra yg mulai keras, Ananta menarik napas panjang lagi. Dengan menundukan kepala Dan tangan gemetar, Ananta berhasil juga memebuka mulutnya. "Kami dijodohkan."

"Apa?" Indra menatap Ananta bingong, "kami dijodohkan? Kami siapa?"
"Mamaku Dan mama Lita sudah menjodohkan aku Dan Angga sejak kami belum lahir. Dan, sekarang mereka minta kami segera menikah."
"Hah! Apa? Kamu ngomong apa, sayang?" Tanya Indra kaget, sulit mempercayai pendengaranya.
"Aku Dan Angga harus segera menikah," kata Ananta dengan Suara gemetar.
Indra menoleh pada Angga dengan tatapan yg tak percaya, "Bener, ga?" Angga mengangguk kan kepalanya perlahan.

"Kalian serius?! Jangan bercanda, ah." Indra masih mencoba meyakinkan.
Ananta Dan Angga sama-sama menganggukan kepala. Indra langsung menggebrakkan meja dengan keras, membuat gelas diatasnya bergoyang nyaris terguling.

"Kalian menerima perjodohan Gila ini, begitu saja?"

Ananta segera mengubah posisi duduknya menghadap Indra Dan memegangi tanganya, "bukan begitu, ndra. Kami berdua jelas langsung menolaknya. Tapi begitu kami menentangnya, sakit jantung mama langsung kambuh Dan mama Mira jatuh pingsan. Posisi kami benar-benar sulit. "

Dengan kasar, Indra melepas tangan Ananta, "intinya kalian berdua akan tetap menikah, kan?"
"Ndra, dengerin dulu. Kita bicara ini semua dengan baik². Kami mau menyelesaikan masalah ini dengan kamu Dan syifa."
Ananta menoleh dengan marah pada angga.

"Pak bos ngomong, dong! Jangan diem aja ini, kan, menyangkut kamu juga!" Seru Ananta tak bisa menahan rasa jengkelnya melihat Angga masih saja terdiam.


Kuyy Follow;

dindah_may19

#Sory typo bertebaran

Mama ComblanG_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang