"Jangan meninggalkan seseorang hanya karena ego sesaat. Karena pada suatu hari nanti, kamu akan mengerti bagaimana sakitnya ketika seseorang yang kamu cintai pergi."
.
.
.
Setelah ngirim pesan ke cewek yang baru tadi Ayra tahu namanya Lyna, Ayra nyari kontak Jungkook di hp nya.
Ayra memulai panggilan video sama Jungkook, dia udah ga tahan lagi mendem kesel sama si Lyna Lyna itu. Meskipun dirinya baru mengenal Lyna beberapa menit lalu, sih. Tapi yang jelas Lyna menjadi alasan kenapa Taehyung berubah.
'Click'
"Mukanya kusut amat neng, mau dibeliin setrika?" goda Jungkook.
Wajah Ayra bertambah cemberut. "Enggak mau. Aku mau ngomong penting, Kak."
"Aduh aduh, anak bayi kalo cemberut gini makin gemesin ya," goda Jungkook lagi. Pipi Ayra memerah, bingung mau marah atau malu karena digombalin.
"Kak! Aku serius!" tapi lama-lama kesel juga tuh si Ayra. Jungkook ga kehabisan akal buat jahilin tunangannya.
"Jangan serius-serius ah, nanti baper."
"Kak Jungkook!!"
Jungkook terkekeh pelan. Sumpah, dia seneng banget ngusilin Ayra kayak gini. Mukanya gemes. Akhirnya dia nyoba berhentiin ketawanya. "Iya, iya, kenapa cantik?"
Tuhkan pipi Ayra jadi tomat lagi.
"Semenjak tadi sore, bang Tae sifatnya berubah banget seratus delapan puluh derajat."
Kedua alis Jungkook bertaut. "Maksudnya?"
Menarik napas panjang, Ayra mulai menerangkan pelan-pelan rangkaian kejadian yang terjadi hari ini. Jungkook pelan-pelan mulai mengerti.
Ya, dia paham betul tentang apa yang Ayra rasakan. Memang Ayra dan Taehyung banyak dibilang seperti perangko, kakak adik yang sering nempel terus.
"Ohh gitu.. Menurut aku wajar aja sih," komentar Jungkook.
Mata Ayra melotot, mengapa kesannya seperti Jungkook membela Taehyung dan tidak memikirkan perasaan Ayra sendiri?
Ayra buang muka kearah lain. Terus ga lama ada suara cewek nyamperin Jungkook, Jungkook nya senyum lebar lagi.
Untung aja Jungkook cepet bilang, "Van, sini. Ada yang mau konseling sama lo, gua mau mandi dulu. Dadah bocilku~" katanya sambil kiss bye ke Ayra.
Agak geli sih, tiba tiba Jungkook sifatnya kayak gini. Tapi Ayra seneng, hehe. Setelah Jungkook, hp nya dialihin ke orang lain, yang ternyata adalah Vanya.
"Lo gapapa Ay?" tanya Vanya heran. Ya karna tadi Jungkook nyeret-nyeret kata konseling. Jadi dibenak Vanya nyimpulin kalo Ayra butuh solusi, deh.
"Gua mau cerita sesuatu. Bentar, gua invite Yuna dulu," ucap Ayra. "Yah, ga diangkat. Sok sibuk si upil kudanil. Gua cerita dulu ke lo aja dah,"
Vanya ketawa renyah sehabis mendengar Ayra nyebut Yuna dengan panggilan Upil Kudanil.
Abaikan hal ga penting ini ya.
Sama seperti yang dilakukannya pada Jungkook, yaitu cerita tentang Taehyung yang berubah. Sifatnya udah ga kayak dulu lagi. Beda. Bedaaa banget. Dan Ayra benci.
Berdehem singkat, Vanya lantas berucap. "Jujur aja nih ya, gua pernah ada diposisi lo, kok. Waktu lo deket sama abang gue? Ya, gue ngalamin hal yang sama persis kayak lo, Ra."
Mulut Ayra membungkam. Bukan dia bermaksud akan marah pada Vanya. Toh, Vanya juga berkata jujur, enggak ada yang ditutupin.
"M-maaf sebelumnya, Ra. Gue gak bermaksud nyinggung lo.."
Ayra ngangguk, dia ngerti perasaan Vanya. "Lanjutin."
"Gue juga sempet sebel waktu itu. Gue marah dan kecewa sama abang gue, karena dia gapunya waktu buat adiknya sendiri."
"Tapi makin kesini gue mulai paham apa yang dirasain sama abang gue, juga tentang gimana gue dan abang gue kedepannya. Kita bakal sibuk oleh kehidupan kita masing-masing nanti. Gue berusaha buat ga egois, meskipun diawal rasanya sakit banget."
"Alhasil gue nyoba ngerti sama keadaan, bahwa abang gue butuh lo buat selalu ada disisi dia. Gue ga ngerasa takut kalo abang gue bakal ngejauhin gue atau apalah. Gimanapun keluarga dan pasangan itu punya tempat sendiri-sendiri didalam hati seseorang. Itu prinsip yang sampe saat ini gue pegang."
Seketika Ayra terdiam mematung.
Iya. Dia mulai mengerti kenapa Taehyung bersikap seperti itu. Ayra merasa dirinya terlalu bersikap kekanakan, terlalu memprioritaskan egonya. Dan kali ini dia sadar akan apa yang telah diperbuatnya.
Dibelakang Vanya terdapat Jungkook yang bertepuk tangan saat Vanya selesai bicara.
Vanya menolah, "Eh? Lo sejak kapan berdiri disana, Bang?"
Jungkook tersenyum haru. Sebenarnya biasa saja sih, Ia terlalu mendramatisir keadaan. Tapi dalam hati kecilnya, Jungkook sangat merasa bangga pada adik semata wayangnya itu. "Bolehlah, bolehlah." ucapnya singkat.
Ekspresi sumringah dapat dilihat dari wajah Vanya saat ini. Dengan sedikit nada yang dibangga-banggakan, Ia tersenyum percaya diri dan berkata,
"Gimana, gimana? Mulai sekarang, kalian harus panggil gue Vanya Teguh, ya!"
Terserah kau saja, lah..
TBC
HAI!!!!
Ada yang masih nungguin cerita ini?notes ;
foto hanya pemanis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior, jjk
Fanfic"sebenarnya kamu yang terlalu dingin atau aku yang terlalu ingin?"