15. Apakah kau mencintaiku?

822 104 33
                                    

Semakin hari semakin tidak jelas.

Siang ini Haechan mengajak Sungchan untuk bertemu di Cafe, tempat dimana pertemuan awal keduanya. Tinggal 10 hari lagi Anniversary hubungan mereka. Haechan ingin Sungchan berkata jujur padanya, meksipun itu nanti melukai hatinya, tapi tak apa. Kaki mungilnya melangkah menuju Cafe yang tinggal beberapa meter darinya. Disana, Sungchan berdiri disamping mobilnya, menunggunya datang mungkin ( ? ).

Sungchan menatap kekasihnya, tidak ada yang berubah, masih terlihat cantik dan manis seperti dulu. Sungchan tersenyum melihat Mataharinya yang berjalan menghampirinya. Seketika Sungchan tersentak saat melihat jejak airmata yang membasahi kedua pipi chubby Haechan yang mulai menirus. Dengan cepat, Sungchan menghampiri Haechan. Memegang kedua pundak sempit Haechan dan menatap khawatir sang kekasih.

Haechan tersenyum lembut, menggenggam kedua tangan Sungchan dan menurunkannya perlahan. Sungchan masih menatap lekat wajah sang kekasih yang tersenyum padanya. Senyuman itu sangat indah dan menawan, mampu membuat jantung Sungchan berdegup kencang. Keduanya saling melempar senyum, hingga setetes airmata menetes dari kelopak mata Haechan.

Sungchan mengangkat tangannya, menghapus aliran airmata Haechan dengan lembut agar tidak melukai kulit sehalus bayi milik Haechan. Haechan memejamkan matanya, merasakan sapuan lembut tangan Sungchan pada kulitnya. Liquid bening itu kembali menetes membasahi pipi Haechan, diiringi dengan isak tangis kecil dari bibirnya.

Sungchan segera menarik tubuh mungil Haechan padanya lalu mendekap erat sang kekasih dalam pelukan hangatnya. Haechan membalas pelukan Sungchan, meremat kemeja yang digunakan lelaki tampan itu, menumpahkan rasa sesaknya lewat isak tangis. Sungchan berkali-kali mengecup puncak kepala Haechan, membisikkan kata-kata penenang agar Haechan tak semakin terisak.

Sungchan tau mengapa Haechan menangis. Kekasihnya itu tidak akan pernah menangis, kecuali jika Haechan benar-benar merasa sakit, kecewa, lelah, dan tidak sanggup lagi bertahan. Kekasih manisnya itu pasti sudah tau tentang dirinya dan Hana hingga tidak lagi mengirimi pesan atau menelponnya akhir-akhir ini. Tanpa sadar, Sungchan ikut menangis.

Orang-orang yang berada disekitar sana menatap iba pada Sungchan dan Haechan. Melihat Sungchan dan Haechan saling memeluk dengan keadaan menangis, membuat mereka berspekulasi jika keduanya mungkin ingin mengakhiri hubungan mereka saat ini.

"S-sungchan hiks," Haechan kembali terisak.

Sungchan mempererat pelukannya. "Uljima, hyung. Maafkan aku, sungguh maafkan diriku. Jangan menangis lagi, hyung. Kau tau bukan jika aku tidak sanggup melihatmu menangis seperti ini?" Sungchan mengusap pelan punggung sempit Haechan.

"Siapa wanita itu sebenarnya? Kau memiliki hubungan apa dengannya?" Tanya Haechan menuntut.

[ My Home ]

Haechan menatap Sungchan, "Jelaskan siapa wanita itu? Ada hubungan apa kau dengannya?" Tanya Haechan dengan pertanyaan yang sama.

"Namanya Kim Hana, korban kecelakaan beberapa bulan lalu yang aku tolong. Saat itu kondisinya sangat mengenaskan dengan banyak luka ditubuhnya serta kaki dan tangannya patah akibat kecelakaan itu. Awalnya aku hanya berniat menolongnya, tetapi seiring berjalannya waktu kami akrab dan aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Maafkan aku selalu mengabaikan hyung dan lebih memilih bersama Hana." Ucap Sungchan, menatap Haechan dengan rasa bersalahnya.

"Hanya sebatas adik? Tidak lebih?" Tanya Haechan memastikan.

"Ya, hyung." Jawab Sungchan.

My Home || [ Sunghyuck ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang