17. Antara benci dan cinta

846 104 9
                                    

Judul sm isi gak sesuai.
.
.
.

' Brak '

Haechan membuka paksa pintu rumahnya lalu berlari masuk kedalam kamarnya tanpa memperdulikan panggilan dari Taeyong dan Doyoung yang menatapnya dengan bingung bercampur khawatir. Lelaki manis itu mengunci pintu kamarnya dengan tergesa lalu terduduk pilu dilantai dengan memeluk kedua lututnya dan kepalanya yang bertumpu pada kedua tangannya diatas lutut.

Tangisan pilu menyakitkan mulai terdengar sendu dari bibir ranum Haechan. Perasaannya hancur berantakan, sakit sekali. Hatinya benar-benar terluka dan teriris perih mendengar percakapan antara Sungchan dan Hana di Cafe tadi, ditambah dengan kejadian dirumah sakit tadi, dimana Sungchan hanya diam tanpa menanggapi ucapannya dan malah menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat. Jadi selama ini perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan olehnya hanya berakhir dengan sia-sia tanpa ada kata bahagia didalamnya. Seharusnya dirinya sadar semenjak Sungchan mulai menjauhinya dan mengabaikan semua perhatian darinya.

Haechan merasa seperti orang bodoh yang terus mengejar dan mengemis cinta dari Sungchan, sementara lelaki tampan itu terlihat tidak peduli dan lebih memilih bersama cinta yang baru. Seharusnya jika Sungchan tidak mencintainya lagi, lelaki itu berkata jujur dan berpisah darinya dengan damai, bukan dengan cara bermain api dibelakangnya.

Sekarang Haechan merasa menjadi penghalang antara hubungan Sungchan dan Hana. Haechan mengerti bagaimana perasaan Hana saat ini, tetapi rasanya tidak ikhlas melepaskan Sungchan begitu saja. Haechan merogoh saku celananya, mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang disana.

"H-hyung hiks tolong beritahu hiks nomor ponsel Hana padaku. Aku sangat membutuhkannya." Ucap Haechan dengan nada bergetar.

Diseberang sana, Jungwoo panik mendengar suara Haechan yang bergetar karena menahan tangis. Jungwoo sudah tau apa yang sedang terjadi saat ini pada Haechan saat ini.

"Kau baik-baik saja, Haechan? Kenapa suaramu seperti itu? Apa kau menangis? Cepat katakan pada hyung! Apa ini semua karena Sungchan dan Hana?! Apa yang mereka lakukan?" Tanya Jungwoo panik.

"Aku baik-baik saja, tapi tolong berikan aku nomor ponsel Hana." Pinta Haechan memohon.

"Untuk apa kau meminta nomor wanita tidak tau diri itu?! Apa kau ingin memberinya pelajaran?! Jika iya, maka hyung akan mendukungmu. Tapi jika tidak, maka hyung tidak akan memberikan nomornya padamu." Ucap Jungwoo tegas.

Jungwoo hanya tidak ingin Haechan semakin terluka karena Hana. Semua ini karena Sungchan. Jika saja Sungchan mau mendengarkan ucapannya saat itu, mungkin saat ini hubungannya dengan Haechan akan baik-baik saja dan Hana tidak akan menyimpan rasa cinta pada Sungchan.

"Aku tidak bisa memberitahu hyung. Tapi tolong berikan aku nomor ponselnya."

Dan akhirnya Jungwoo terpaksa memberikan nomor Hana pada Haechan. Sebenarnya Jungwoo ragu untuk memberikan nomor wanita gila itu, tetapi karena Haechan terus memohon padanya, akhirnya ia luluh dan memilih untuk memberikan nomor Hana pada Haechan. Jungwoo juga penasaran kenapa Haechan menginginkan nomor Hana. Apakah Haechan akan melabrak Hana? Jika iya, maka Jungwoo akan menjadi pendukung nomor satunya.

Haechan kini memandang layar ponselnya yang menampakkan nomor Hana disana. Ingin jemarinya menekan nomor itu, tetapi hatinya tidak siap untuk mendengar suara wanita itu. Tangannya bergetar dan akhirnya Haechan memilih untuk menelpon Hana dengan perasaan sakit bercampur kecewa.

"Halo? Nuguya?"

Suara Hana terdengar dari seberang sana. Sepertinya wanita itu habis menangis seperti Haechan. Haechan ingin membuka mulutnya, tetapi tidak bisa. Mulut Haechan mendadak kelu dan hanya isakkan yang terdengar.

My Home || [ Sunghyuck ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang