13. Mulai berpaling

886 121 29
                                    





Haechan terbangun dari tidurnya saat alarm miliknya terdengar menyapa gendang telinganya. Dengan perlahan ia bangkit dari atas tempat tidurnya, membuka gorden kamarnya dan membiarkan cahaya matahari menelusup masuk kedalam kamarnya. Tak ada sapaan pagi yang keluar dari belah bibir Haechan yang ranum. Pagi ini terasa berbeda.

Helaan nafas terdengar, diiringi dengan senyum pedih diwajah cantiknya. Tatapan sendunya terlihat jelas ketika sinar matahari menyentuh tubuh mungilnya. Pikirannya kembali melayang pada kejadian kemarin siang, dimana dirinya melihat Sungchan dan seorang wanita yang diketahui adalah salah satu pasien Sungchan tengah berjalan bersa dengan tangan yang saling bertaut dibawah sana.

Cairan bening itu kembali menetes dengan deras, mengiringi isakkan kecil memilukan. Haechan meremat piyama yang digunakannya dengan erat, menyalurkan rasa sakitnya agar tidak semakin terasa. Sungguh, Haechan tidak mampu berkata-kata lagi. Tubuh mungil Haechan perlahan terjatuh dilantai dengan kedua tangan menutupi wajah cantiknya.

"Sungchan hiks aku mencintaimu. Sangat mencintaimu hiks hiks Sungchan. Ini sakit hiks Sungchan." Haechan semakin terisak, punggung sempitnya bergetar menahan isakkannya.

Pemandangan kemarin seperti ribuan anak panah yang menusuk tepat di jantung Haechan. Rasanya sangat sakit dan perih. Apakah ini definisi sakit tapi tak berdarah?

' Cklek '

Taeyong terkejut saat melihat tubuh sang adik terduduk dilantai dengan isak tangis memilukannya. Dengan tergesa Taeyong meletakkan nampan ditangannya diatas nakas lalu menghampiri Haechan dengan rasa khawatir dan panik yang sangat kentara. Didekapnya tubuh Haechan dengan erat lalu diusapnya punggung sang adik yang bergetar.

Haechan membalas pelukan Taeyong, menangis dengan keras dalam pelukan kakaknya itu, mengeluarkan rasa sesak yang masih tersimpan didalam rongga dadanya. Taeyong membisikkan kata-kata penenang untuk Haechan sembari terus mengusap punggung sempit Haechan dengan pelan.

"Uljima, Haechan. Jangan menangis lagi, hyung mohon. Simpan airmata berhargamu itu. Dimana adik hyung yang selalu tersenyum? Dimana adik hyung yang selalu cerewet dan berisi? Dimana adik hyung yang kuat? Hyung ingin kau yang selalu tersenyum, cerewet, dan kuat, bukan dirimu yang lemah dan tidak berdaya seperti ini. Hyung sangat menyayangimu, Haechan." Ucap Taeyong dengan lembut.

Isakkan Haechan perlahan mereda, "Terima kasih sudah memberiku kekuatan, hyung. Aku menyayangimu." Ucap Haechan dengan suara paraunya, khas orang habis menangis.

"Sekarang kau mandi dan makan sarapanmu. Hari ini hyung harus kekantor karena ada rapat penting, dan kau lebih baik beristirahat dirumah saja, arraseo?" Taeyong menatap wajah Haechan, menunggu jawaban dari sang empu.

Haechan mengangguk kecil, "Arraseo, hyung."

Haechan segera bangkit berdiri, menghapus lelehan airmatanya dan beranjak pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Taeyong menatap sendu pintu kamar mandi dikamar Haechan. Dari awal Taeyong memang tidak suka saat Haechan menjalin hubungan asmara dengan Sungchan, tetapi melihat adik kesayangannya itu bahagia, Taeyong tidak rela jika harus memisahkan keduanya.

Taeyong berharap semoga suatu hari nanti Haechan dapat menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya dengan tulus dan apa adanya.

[ My Home ]

Doyoung menundukkan kepalanya, enggan untuk menatap sang lawan bicara dihadapannya. Lelaki manis itu lebih memilih untuk menatap kedua kakinya dan meremat ujung pakaian miliknya untuk mengusir rasa takut dan khawatirnya. Sementara, seseorang dihadapan Doyoung tersenyum kecut saat Doyoung menghindari kontak mata dengannya.

My Home || [ Sunghyuck ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang