Bertholdt: Instant Boyfie

13.5K 730 293
                                    

Warning! SMUT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning! SMUT

***

Reader POV

Rasanya sesak sekali saat seseorang yang kita cintai dengan baik malah memilih orang lain, seseorang yang memiliki rupa jauh lebih indah— Sial, sakit.

Aku menenggak sebotol Rum yang kubeli dari bar siang tadi, meminumnya sampai tak tersisa, meninggalkan sebuah sensasi aneh di kepalaku. Well, mungkin aku sudah mabuk, tapi aku tak peduli. Aku hanya tak ingin lagi memikirkan pria menjengkelkan itu.

Aku merasakan dahiku menabrak punggung seseorang, tubuhnya jangkung dan kerempeng. Namun aku tak dapat melihat jelas wajahnya karena pencahayaan di lorong ini begitu minim.

"Selamat malam, Senior." Sapa anak itu yang tak lain adalah Bertholdt Hoover, rekan satu timku. Wajahnya merah saat mata kami saling temu.

Bertholdt adalah anak yang sangat lembut dan sopan. Meski usia kita hanya berjarak satu tahun, dia tak segan-segan memanggilku senior. Jauh berbeda dengan kawannya, Reiner, yang tak tahu sopan santun dan doyan menggerutu saat bicara.

"Malam," Aku berusaha tak menampakkan ekspresi atau tingkah aneh dari efek mabukku, namun tetap saja, tubuhku oleng.

"Kau baik-baik saja, Senior?" Anak itu mengulurkan tangannya untuk membantuku bangkit.

"Y-Yeah, aku baik-baik saja." Kataku, sempoyongan. "Kenapa kau tidak latihan? Lihat, mataharinya—"

"Ini sudah tengah malam. Tunggu— Apa kau mabuk?!" Ia mengendusku, menyadari bau alkohol yang menusuk penciumannya.

"Jangan adukan pada Erwin, kumohon." Aku memohon padanya, nyaris menangis.

"Apa kau sedang ada masalah?" Tanyanya, khawatir.

"Bertholdt, apakah Eren dan Mikasa.."

"Ya." Ia mengangguk, seolah langsung mengerti kemana arah pembicaraanku. Memang sih, kabar tentang hubungan Eren dan Mikasa tersebar pesat di kalangan Prajurit. "Jadi karena itu, ya?"

Tanpa sadar aku menghambur maju, memeluk tubuh jangkungnya, terasa hangat, dan menggemaskan. Aku tak dapat berpikir jernih lagi, namun aku merasakan wajahku yang menjorok ke wajah anak itu.

"A-Apa yang anda pikirkan?!" Bertholdt menepis mulutku yang berusaha menciumnya.

"Eren.."

"Senior, aku—"

Anak itu tak menolak. Dia menerima ciumanku, meski sedikit melonjak di awal. Aku benar-benar merasa bodoh saat itu.

"Eren.."

"Senior, sadarlah. Aku Bertholdt." Nafasnya panas, tersenggal.

"Bertholdt?"

"Y-Ya.." Ia melemas.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang