Erwin: Territorial

3.7K 442 95
                                    

Warning! 16+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning! 16+

***

Kapten Mike telah menutup sesi latihan. Jujur saja, tadinya kupikir menjadi anggota Regu Mike cukup sulit. Tapi sekarang, setelah melihat betapa menderitanya para prajurit Regu Levi, aku agak bersyukur karena Komandan Erwin menempatkanku bersama Mike.

Aku dan Kapten Mike berjalan masuk ke dalam bangunan sembari menikmati terpaan angin sore yang hangat.

"Kemampuanmu membaik setiap harinya." Puji Mike, menepuk kepalaku dengan tangannya yang besar.

"Terima kasih, Kapten." Ujarku, tersenyum.

"Hey, bagaimana kalau akhir pekan ini kita beristirahat sejenak dan pergi ke pusat kota?"

Tiba-tiba seseorang berdeham di balik punggung kami. Mike pun mengurai sentuhannya dari kepalaku dan kami menoleh secara spontan.

Itu adalah Komandan Erwin. Kekasihku. Kami telah berkencan selama hampir satu tahun, dan sepakat untuk menyembunyikan hubungan kami karena ia tidak mau ada rumor buruk tentangku.

Canggung, aku memulai duluan. "Apa kabar, Komandan?"

Padahal baru semalam kami bertemu diam-diam di atap bangunan ini.

"Ruanganku. Sekarang."

"Eh? Ya?"

"Sekarang, (Y/N)."

Tunggu dulu. Apa aku yang salah dengar atau memang benar saat ini dia sedang..

Marah?

Aku mengangguk, melambai pada Mike, lalu mengikutinya hingga ke ruangan Komandan yang berada di lantai dua. Begitu pintu menutup, ia menghela napas panjang dan mendesah frustasi.

"Aku," Lirihnya sambil merengkuh tubuhku. Aku yakin seratus persen wajahku sudah semerah tomat saat ini.

"K-Kau?" Tanyaku tak mengerti.

"Aku tak suka Mike."

Mendengar pernyataannya yang kekanakan itu membuatku menyembur tawa. "Kenapa tiba-tiba bicara begitu? Kapten Mike kan baik."

"Aku tidak suka caranya memandangmu, bahkan cara dia bicara pada orang lain sangat berbeda dibandingkan caranya berbicara padamu." Geramnya di kupingku, lalu ia mengecupnya, memberikanku sebuah sensasi panas dan geli. "(Y/N).."

Ia memanggilku dengan nada lembut. Lama-lama bisa gila aku dibuatnya.

"L-Lalu aku harus apa, Komandan? Bukankah kita tidak boleh melibatkan perasaan pribadi dalam pekerjaan?"

Aku tidak pernah minta untuk menyembunyikan hubungan ini sejak awal. Tapi Komandan, dia sangat berhati-hati dalam banyak hal.

Tiba-tiba saja wajahnya turun, dia mengecup leherku dengan penuh gairah, seakan-akan sedang meluapkan segala emosinya.

"Bagaimana kalau dia berhasil mencurimu dariku?" Erangnya sambil melanjutkan. "Ah, (Y/N), aku sangat marah, tapi aku tidak bisa apa-apa."

Meski marah, dia tetap menjaga ucapannya. Benar-benar pria sejati.

"Komandan.."

"Lihat aku, (Y/N)."

"Y-Ya?"

"Akhir pekan ini, ayo kita ke tempat yang sedang ingin kau kunjungi. Tolaklah tawaran Mike, dan jalan denganku."

Deg-deg-deg. Jantungku nyaris meledak. Aku belum pernah mendapati dirinya sampai seperti ini. Dia.. Lucu juga.

"Komandan, kau Iri?"

"Iri? Bukan, (Y/N)." Komandan menyeringai, ia mengecup pucuk hidungku. "Aku teritorial."

Iri adalah menginginkan sesuatu yang bukan punyamu. Teritorial adalah melindungi sesuatu yang memang milikmu-- Dia manis sekali!

"Hm? Aku tidak mengerti gombalan orang pintar, Komandan." Godaku, berusaha bersandiwara sambil mengelus pipinya. "Lagi pula, aku tidak keberatan jika yang lain tahu."

"Aku justru cemas, bagaimana kalau seseorang malah menggunakanmu untuk menghancurkanku? Itu akan sangat buruk, (Y/N)."

"Aku bisa menjaga diriku, lagi pula siapa yang berani melawanku? Aku kan kekasih Komandan."

Komandan tertawa pelan sambil mengacak-acak rambutku. "Aku suka sisi aroganmu itu."

"Ya? Jadi jangan khawatirkan aku, Komandan."

Komandan Erwin kembali merendahkan pandangannya, mengecup, lalu ia mengisap leherku sampai meninggalkan bercak-bercak seperti memar.

"Aku harap kau tidak keberatan jika aku menandaimu." Bisiknya.

"Itu bagaimana kau mengatakannya pada mereka, kan?"

Aku mengecup keningnya, pipinya, dagu, dan hidungnya. Lalu tak lama kemudian, dengan raut gelap, ia menahan aksiku.

"Berhenti menggodaku, (Y/N)." Wajahnya memerah.

"Apa maksudmu?"

Komandan Erwin mengecup bibirku, dia menarik pinggulku, mengangkatnya seakan aku ini sebuah benda yang ringan.

Dia memendaratkan bokongku di atas meja kerjanya tanpa mengurai ciumannya sedikit pun. Lembut, manis, hangat, aku tidak mengerti lagi bahagianya hatiku saat ini.

Apa seseorang bisa mati karena terlalu senang? Jika iya, pasti aku sudah mati sekarang.

"Aku mencintaimu, Komandan." Lirihku, menarik muka sesaat dan memeluknya.

Ia terbelalak saat mendengar pengakuan cinta yang sebenarnya sudah cukup sering ia dengar dari mulutku. Tapi reaksinya sejak saat pertama itu masih saja sama, seakan dia tidak dapat percaya apa yang kukatakan.

Ya ampun, aku sangat mencintainya.

"Tolong.. Katakan itu lagi, (Y/N)." Komandan Erwin mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik.

"K-Komandan, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, (Y/N)."

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang