Reiner: My Bestfriend's Bestfriend

857 66 2
                                    

Highschool AU

***

Halaman sekolah tampak sepi. Aku duduk di salah satu bangku, mengeluarkan ponselku dari saku. Ada satu pesan. Bertholdt. Cuma dia temanku yang paling dekat di sini, meski sebenarnya dia bersahabat dengan orang lain. Aneh kan, kalau sahabatmu ternyata punya sahabat lain yang lebih akrab dengannya?

Aku maklum karena dulu kami tidak pergi ke SMP yang sama, terlalu sibuk dengan kehidupan masing-masing sehingga tak punya waktu buat menjaga kedekatan kami. Tapi begitu SMA, kami sama-sama lolos tes dan masuk ke sekolah yang sama setelah tiga tahun lamanya. Aku pikir kami akan kembali lagi seperti dulu, tapi--

Bertholdt: [Apa boleh kita perginya besok saja? Aku ada recana main arcade dengan Reiner sepulang sekolah. Maaf mendadak! Besok kutraktir, deh! Janji! (⁠ ⁠・ั⁠﹏⁠・ั⁠)] 11:45 AM.

Membaca itu, kututup ponselku dan melanjutkan makan siang yang kubeli dari kantin.

Aku berterima kasih kepada Bertholdt karena menerimaku sebagai temannya dengan begitu mudah ketika baru pindah ke Tokyo delapan tahun yang lalu. Sangat berat bagiku untuk pindah kota, awalnya. Hidupku di kota asalku sungguh sempurna. Aku punya rutinitas, kelompok teman yang sangat menyenangkan, sekolah yang kucintai, bahkan rumah yang kusayangi. Aku sering sekali menangis di minggu-minggu pertama kepindahan kami ke Tokyo.

Yah, kami tak pernah benar-benar bertengkar saat SMP. Semua terjadi begitu saja. Kami punya kehidupan yang berbeda, dan hidup harus terus berlanjut.

Tapi barangkali alasannya bukan itu. Barangkali Reiner sosok teman yang lebih menyenangkan dariku. Barangkali aku bukan teman yang menyenangkan.

"Keberatan kalau kutemani?"

Aku mengangkat wajahku saat Reiner mengambil tempat di sebelahku. Ini sering terjadi sejak hari pertama masuk SMA, jadi aku tak kaget. Saat istirahat Reiner akan mendatangiku, bertingkah sok akrab sampai-sampai semua orang berpikir kalau kami berteman baik. Ah. Tak hanya merebut sahabatku, dia juga gemar mengusikku!

"Memangnya kau bakal pergi kalau aku bilang iya?" Balasku dingin.

Reiner tertawa. "Sudah hafal, ya? Cie."

"Serius, Reiner, kenapa kau menggangguku di antara semua orang yang menyukaimu?"

"Karena kau nggak suka padaku."

"Ya, ya. Pikirmu aku bakal suka padamu cuma karena kau menggangguku terus?"

"Itu nggak harus." Gumam Reiner, sekilas terdengar serius. Dia mengapit hidungku di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu menariknya. "Aku suka saja mengganggumu begini. Nyatanya sifatmu jauh berbeda dari yang Bertholdt ceritakan."

"Bertholdt? Dia pernah cerita tentangku?"

"Dia bilang kau orang yang lembut dan kaku. Nyatanya kau nggak semembosankan itu, sih."

"Oh," Kataku agak kecewa. Aku juga tidak tahu apa yang kuharapkan, tapi aku sempat berkhayal barangkali yang dia bicarakan adalah sesuatu yang manis.

"Boleh pinjam ponselmu?" Tanya Reiner sembari menghalau keringat di keningnya. "Aku mesti minta Bertholdt bawakan air, di luar sini terlalu panas."

Aku merogoh saku dan menyodorkan ponselku. "Jangan telfon. Aku belum isi pulsa."

"Nggak apa-apa. Ku-SMS saja Bertholdt--" Reiner mendadak diam saat baru menyalakan ponselku. Dia menatapku sejenak, lalu merangkulku sambil tercengir usil.

"Hey, kau gila, ya?! Lepas--"

"Cepat senyum!" Reiner mengangkat ponselku, dan bum! Aku baru saja foto berdua dengan Reiner Braun, cowok paling menyebalkan yang pernah kutemui.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang