Reiner: I Need you

1.6K 182 11
                                    

[REQUESTED]

Song for this chapter:
Mr Loverman - Ricky Montgomery

***

Dia adalah (Y/F/N), gadis yang sangat mencintai Reiner dengan tulus. Bermula dari cinta pada pandangan pertama yang kian tumbuh seiring berjalannya waktu.

Karena kondisi mentalnya yang waktu itu belum stabil setelah melalui berbagai hal di Paradis, Reiner memutuskan untuk menolak pernyataan cinta gadis itu, yang sekarang menjadi penyesalan terbesarnya.

"Apa benar-benar tidak ada kesempatan?" Tanya Reiner, pada sosok yang tengah terbaring lemah di atas kasur itu.

(Y/N) mengalami kecelakaan fatal yang melumpuhkan setengah bagian dari tubuhnya saat tragedi rumbling. Para Dokter yang merawatnya berkata kalau kesempatan gadis itu bisa bertahan hidup sangat tipis, bahkan ada kemungkinan dia tidak bisa bertahan lebih dari setengah tahun karena banyak organ dalamnya yang telah rusak.

Merasa tak tega, terlebih karena (Y/N) telah kehilangan orang-orang yang dicintainya pada hari itu, Reiner berinisiatif untuk menampung serta merawatnya. Berawal dari terbiasa, mulai nyaman dengan keberadaannya, sampai timbul rasa cinta di hati Reiner yang kini dirinya bahkan tak bisa jelaskan seberapa besarnya.

"Tuan Braun-- Maksudku, Reiner.." Lirih (Y/N), melayangkan tangannya yang lemah ke pundak pria itu. "Kau tahu, kita tidak bisa bersama. Mungkin selama beberapa waktu akan menjadi hari-hari yang indah, tapi kemudian apa setelah aku pergi?"

"Maka dari itu, jangan pergi."

"Kau tahu itu mustahil."

"Kalau kau pergi, aku akan sendirian, (Y/N)." Desaknya, mencengkeram tangan gadis itu dengan erat.

"Kau tidak akan membutuhkanku, Reiner--"

"Aku membutuhkanmu." Air mata menitik di pipinya, seakan sebagai tanda keseriusan dalam kata-katanya. "Jadi kumohon, berjuanglah sedikit lebih keras lagi, (Y/N). Aku.. mencintaimu."

***

Dua tahun yang lalu.

"Aku mencintaimu, Tuan Braun!" Gadis itu membungkuk seraya menyodorkan sebuah amplop kepadanya, berisikan surat cinta.

Dengan tatapan hampa, Reiner turut membungkuk, berusaha menghadapinya sesopan mungkin meski benaknya sedang kacau balau.

"Maafkan aku, (Y/F/N)." Ujarnya dengan tegas.

Padahal (Y/N) berpikir kalau hubungan mereka sudah cukup dekat, dan tampaknya Reiner juga tertarik kepadanya. Beberapa kali, mereka pernah pergi berwisata bersama, terkadang Reiner juga mengundangnya untuk makan malam dengan keluarganya.

"Kurasa hanya perasaanku saja, ya?" Tanya (Y/N) dengan suara bergetar.

"A-Ah, bukan seperti itu.." Reiner memucat, menggelengkan kepala kepadanya. "Kau tahu kondisiku sekarang tidak memungkinkan untum bisa bersama dengan siapa--"

"Kalau begitu, kenapa malah memberiku harapan?"

"Tapi aku tidak memberimu harapan apa, pun.."

Tatapan mata (Y/N) penuh perenungan, turun ke pergelangan tangannya, kepada sebuah perhiasan yang menggelang di sana, pemberian laki-laki itu.

"Tidak memberiku harapan, bagaimana?" Sindirnya sambil tertawa sinis, berjuang menahan tangis. "Kau telah mempermainkanku, Tuan Braun."

Saat (Y/N) berbalik, Reiner langsung menggapai tangannya, mencegahnya agar tidak pergi. "Tidak. Tidak seperti itu, (L/N)."

"Lalu apa?"

"Aku peduli padamu, sungguh, tapi.." Mendadak, dia jadi tergagap. "Aku masih belum bisa menjalin hubungan serius dengan kondisiku yang seperti ini."

"Kalau tahu begitu, seharusnya dari awal kau tidak perlu bersikap baik padaku. Karena.. Karena itu membuatku salah paham, dan itu menyakitkan."

"Maafkan aku, (Y/F/N)."

***

Setelah kejadian itu, mereka kembali menjadi orang asing pada satu sama lain. Momen-momen indah yang pernah mereka lalui dulu, berakhir menjadi omong kosong saja. Tentu saja, Reiner merasa sangat bersalah kepada (Y/N) atas perlakuannya, tapi setiap dirinya berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, (Y/N) selalu menolak untuk bertemu.

Makanya, mumpung sudah dapat kesempatan, kali ini dia tidak mau sampai kehilangan gadis itu lagi.

"Perasaanmu itu hanya sementara, Reiner." (Y/N) tersenyum. "Kau akan.. lupa."

Kamu akan bertumbuh dewasa, bertemu orang baru, menikah, memilki anak-anak, dan melupakanku. Aku akan pergi perlahan, tercekik oleh luka-luka ini.

"Jangan merasa bersalah begitu, karena.." (Y/N) mengernyit saat rasa nyeri kembali menyerang perutnya. "Aku percaya padamu, Reiner. Kau mencintaiku. Aku percaya itu."

Kenyerian itu semakin menjadi-jadi. Reiner menggenggam tangan (Y/N) yang bergetar semakin tak beraturan. Berapa lama lagi waktu yang kita punya? pikirnya. Jika ada yang bisa Reiner lakukan untuk mengembalikan waktu, bahkan jika itu dengan menjual jiwanya, Reiner bersedia melakukannya. Apa pun asal dia bisa kembali ke hari itu dan memerima cintanya.

"Lupakan aku."

"Tidak, (Y/N). Apa yang kau bicarakan? Kau tidak akan pergi. Tidak ada satu pun di antara kita yang akan saling melupakan, paham? Kau akan baik-baik saja, kumohon. Kau akan.."

"Keras kepala.."

Kesedihan berdesir ke sekujur tubuhnya. Kemudian dengan perasaan itu, sisa kehidupannya terhembus dari mulutnya yang setengah terbuka.

Matanya yang selalu tampak seperti sedang menahan rasa sakit itu, akhirnya, untuk pertama kali, terlihat tentram. Menggelap, terpaku pada hal yang ada di depannya, pria itu.

"(Y/N).."

Tak ada jawaban, tak ada yang bergerak, dan meski dirinya benci untuk mempercayainya, Reiner tahu sebabnya. Pandangan pria itu mengabur, tertutup oleh air matanya yang membendung.

Dia telah pergi.

"Aku tidak bisa," Bisik Reiner, matanya tak pernah meninggalkan wajah perempuan itu.

Aku membutuhkanmu.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang