Zeke: My World

1K 120 9
                                    

Requested

***

"Bahkan jika aku harus mengorbankan segalanya, aku akan selalu melindungimu." Zeke berbisik, mengecup kening perempuan itu sebelum beranjak pergi menuju pintu.

"Zeke, berjanjilah." (Y/N) mencengkeram tangan sang kekasih, menahannya sejenak.

"Aku pasti pulang, aku janji."

Bohong kalau (Y/N) bilang dirinya sanggup melepaskan sosok tercintanya itu pergi berperang ke Pulau Paradis, tetapi (Y/N) berusaha mengerti bahwa mereka tak punya pilihan lain.

"Aku pergi, (Y/N)."

Pintu tertutup, menyisakan keheningan yang tak mengenakan di ruangan itu. Setelah berdetik-detik mematung di tengah ruangan, (Y/N) merasakan pijakannya goyah yang tak lama kemudian membuatnya terhempas ke tanah sambil mulai terisak.

***

Badan semakin kurus, mata cekung, kondisi fisik (Y/N) saat ini benar-benar membuat semua orang khawatir terhadapnya. Biar begitu, jika ditanya, dia hanya akan jawab kalau dirinya baik-baik saja.

"Sekali ini saja," Ujar sang ibunda, membujuknya. "Dia seorang pedangang sukses dari Inggris."

"Dia hanya ingin bertemu denganmu. Temuilah dulu." Ayahhnya ikut membantu.

"T-Tidak mau!"

"Ayolah, nak, takkan ada masa depan yang cerah di tanah Liberio untuk kaum kami." Ibunya duduk di sebelah perempuan itu di tepi ranjang, menyeka rambut putrinya melalui sela-sela jarinya. "Jangan bilang.."

"Aku tak akan pergi ke mana pun, Bu."

"Kau masih menunggu manusia setengah Titan itu, kan?"

"Benar, dan aku takkan ke mana pun tanpa dia. Jika ada pilihan untuk tetap tinggal di tempat bagai neraka ini bersamanya, atau tinggal di suatu tempat nan jauh dan tentram tanpanya, aku lebih memilih yang pertama!"

"Itu manis sekali. Sekarang pergi berdandanlah, dan temui tamu kami." Gertak wanita itu, mengguncang tubuh (Y/N) secara brutal. "Kau akan pergi, atau--"

"Sayang, sudahlah." Potong sang ayah, penuh kesabaran. "Putri kita sudah dewasa, biarkan dia hidup dengan pilihannya."

"Ada apa denganmu?" Wanita paruh baya itu memutar bola mata dan melesat keluar ruangan. "T-Terserah saja. Jangan harap aku akan meladeni kalian untuk satu minggu ke depan."

Mendengar omelannya yang kekanakan, (Y/N) dan ayahanda sama-sama tertawa, lalu berhenti, dan hening dalam kecanggungan yang tiba-tiba menyelimuti ruangan kamar itu.

"Terima kasih, Ayah."

Sang ayah tersenyum, lantas memeluk putrinya. "Kau mirip sekali dengan ibumu."

"Eh?"

"Dulu sekali, dia pernah mengabaikan lamaran seorang insinyur demi menikah dengan Ayah." Jelasnya. "Padahal Ayah hanya seorang tentara kelas kroco. Keluarga Ibu sangat membenci Ayah karena telah melukai kehormatan keluarga mereka."

"Tuh, kan? Ibu sendiri juga seperti itu.."

"Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, (Y/N). Dia ingin kau mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia."

"Tapi aku bahagia, dan aku merasa cukup dengan apa yang kupunya sekarang. Lagipula Zeke adalah pria baik-baik, Ayah. Dia benar-benar mencintaiku, dan aku yakin bisa bahagia bersamanya."

"Ayah tahu. Toh Ayah tidak pernah melarangmu untuk menjalin hubungan dengannya. Ibumu.. juga tahu itu."

"I-Ibu?"

"Zeke sudah banyak bicara dengan kami." Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah cincin dan seamplop surat. "Ayah menemukan ini di kotak surat tadi pagi, dari Zeke. Jangan bilang ibumu. Jangan dulu, paling tidak."

"Ini.. Apa maksudnya?" (Y/N) gugup selagi dia secara perlahan-lahan membuka amplop surat tersebut.

"Bacalah."

***

(Y/N). Kalau kau baca surat ini, mungkin aku sedang bertempur sekarang. Tapi tenang saja, aku ini kuat, loh? Aku akan pulang, kembali kepadamu. Aku janji.

Itu.. Aku tak tahu bagaimana memulainya, tapi, menikahlah denganku, (Y/N). Aku mencintaimu, dan aku ingin bersama denganmu selamanya. Aku ingin tidur dengan kamu di sisiku setiap malam, dan bangun dengan melihat wajahmu setiap pagi. Aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Menikahlah denganku, (Y/N), karena tanpamu, aku bukanlah apa-apa selain pria yang menyedihkan.. Dan karena aku menyayangi keluargamu seperti aku menyayangi keluargaku sendiri.. Karena kamu adalah sahabat sejatiku dan aku ingin.. menua.. bersamamu. Menikahlah denganku, karena meskipun nyawaku akan dipertaruhkan dalam pertarungan ini, satu-satunya hal yang selalu kupikirkan lebih dulu adalah kembali kepadamu dan menjadikanmu istriku.

Maaf kalau caraku melamar kurang jantan, tapi malam ini aku benar-benar sedang sangat emosional. Aku akan kirim seseorang untuk mengantarkan surat ini kepadamu malam ini juga, karena besok pagi aku sudah mesti bergerak ke arah dinding. Maaf kalau cincinnya kebesaran. Sejujurnya itu punyaku, hehe. Tapi aku janji akan belikan yang baru dan jauh lebih bagus begitu pulang nanti. Aku merindukanmu, (Y/N). Aku pasti akan kembali. Pasti.

Dengan cinta,
Zeke

***

(Y/N) memikirkan surat lamaran tersebut selama seharian penuh. Matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis-- bukan dalam artian buruk, itu adalah tangisan bahagia. Dia bahkan sudah mengenakan cincin yang diberikan Zeke, meski sedikit longgar.

Mendadak, beredar kabar bahwa pasukan Zeke akan segera kembali dalam beberapa jam. Entah misinya berhasil atau gagal, yang (Y/N) pikirkan lebih dulu adalah keselamatan Zeke.

Tanpa berlama-lama, perempuan itu segera bersiap dan menuju ke Pelabuhan untuk menyambut para pasukan. Di sana, kebetulan saja kapal mereka baru berlabuh. Yang pertama dilihatnya adalah Reiner, lalu Pieck, tiga rekan Reiner lainnya dikabarkan gugur, lalu pasukan-pasukan bantuan lainnya.

Perasaan (Y/N) membuncah karena matanya tak kunjung menemukan sosok tersayangnya itu, sampai akhirnya dia mendengar seseorang meneriaki namanya.

"(Y/N)!" Jenderal Magath berteriak dari arah gerbang, melambai-lambai.

(Y/N) berlari menghampirinya, mukanya cemas, memikirkan apa yang akan pria itu katakan kepadanya. "Apa Zeke baik-baik saja?"

"Ya. Yeager sedang dalam perawatan, dia ingin bertemu denganmu."

Dengan itu, Shadis membawa (Y/N) ke rumah sakit tempat kekasih dari perempuan itu dirawat. Tak ada yang serius, hanya beberapa luka sedang dan tes kesehatan saja.

Di balik tirai berwarna biru laut, Zeke bersandar ke dinding sembari memijat-mijat lengannya yang pegal, wajahnya tampak letih. Begitu seseorang membuka tirainya, menampilkan (Y/N) yang tengah memandangnya dengan mata berkaca-kaca.

"Zeke!" (Y/N) dengan riang menyambar tubuh pria itu, merengkuhnya kuat-kuat.

"Hey," Zeke terkekeh. "Aku pulang."

"Selamat datang, Zeke."

Zeke diam sejenak, matanya terpaku pada jari manis perempuan itu. "Kau memakainya."

"Tentu saja."

Zeke tersenyum. "Senangnya."

"Aku juga senang," (Y/N) menyodorkan jari manisnya, cincin pemberian Zeke yang berukuran besar menggantung di sana. "Bagaimana menurutmu."

"Cantik." Zeke mengecupnya, memberinya tatapan tajam. "Hey, (Y/N)."

"Ya?"

"Kau adalah segalanya untukku."

Zeke menatap lurus ke matanya dengan tatapan setajam belati satu kali lagi untuk menegaskan kata-katanya.

"Kau juga, Zeke," Lirih (Y/N), berbisik ke bibir pria itu.

Adalah duniaku.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang