Bertholdt: Hopeless Kiddo

3.7K 409 121
                                    

"Bertholdt!" Jerit Armin selagi pria jangkung itu menodongkan pedangnya. "Tidak bisakah kita bicarakan ini secara baik-baik? Kita pasti bisa, ayolah!"

"Aku muak dengan semua ini!" Untuk pertama kali, Bertholdt menampakkan raut mendung- Kemurkaan yang sangat asing. Aku ingin pulang. Aku ingin menemui (Y/N). Aku sudah lelah dengan semua ini. Bocah itu membatin.

Bertholdt mengiris telapak tangannya. Sebuah kilat terpercik dari goresan itu, kemudian membutakan semua- Bum! Separuh Shinganshina diratakan oleh pria yang merupakan Shifter Kolosal itu.

Reiner tak mengatakan apa pun. Dia meninggalkan kawannya mengamuk di sana. Hal itu sedikit membuat dirinya cemas— Adiknya, (Y/N) Braun, yang menanti kepulangan mereka. Kepulangan Bertholdt.

Bertholdt. Kau harus hidup, apa pun caranya. Aku menunggumu pulang.

"Lihat, aku akan pulang, (Y/N)." Ujar Bertholdt sebelum memulai aksinya. "Jadi kuharap kau tidak mengkhianatiku di tempat nan jauh itu."

BUM!

***

"Kalian!" Sapa gadis kecil itu, menghambur pada Reiner dan Bertholdt yang baru saja kembali dari pelatihan.

"Hai, (Y/N)." Sapa Reiner, mengecup pipi adik perempuan kesayangannya.

Melihat itu membuat Bertholdt merasakan sesuatu- Iri. Meski ia telah menganggap (Y/N) sebagai adiknya sendiri, dia tetap tidak bisa melakukan apa yang Reiner biasa lakukan kepadanya. Itu karena Bertholdt selalu merasakan sesuatu yang janggal setiap kali berkontak fisik dengannya.

Sejak kecil, Nyonya Braun selalu mendesak (Y/N) untuk memaksimalkan kemampuan menjahitnya, sehingga ia dapat bekerja dengan damai di Kota dan terhindar dari Penjaringan Perang. Suatu hari, begitu masa magangnya berakhir, (Y/N) bisa membuka tokonya sendiri. Orang-orang Marley akan berdatangan dari segala penjuru untuk membeli sehelai sapu tangan, bendera, dan bahkan pakaian kepadanya.

Dia akan menafkahi kedua orangtuanya, menyelamatkan mereka suatu hati nanti hanya berbekal jarum dan benang. Sedangkan Reiner, sang Abang, sibuk menyelamatkan dunia.

"Bertholdt, coba tebak?" (Y/N) berdansa-dansa kecil di hadapannya, membuat Bertholdt tak kuasa menahan tawa.

"Ya? Ada apa?" Jawabnya memerah.

"Aku belajar memasak bersama Ibu siang ini, loh."

"Oh, sungguh? Masak apa?"

"Membuat semur daging!" Matanya begitu berbinar-binar. "Kau suka, kan? Iya, kan? Ayo makan malam dengan kami, Bertholdt!"

"Anak ini, kenapa seenaknya, sih?" Gerutu Reiner, menarik sang adik dari hadapan kawan baiknya. "Kau membuatnya tidak nyaman, tahu."

"Tapi, kak-"

"Tentu saja, kalau kalian tak keberatan." Menyengir, Bertholdt meraih tangan bocah itu. "Terima kasih, (Y/N)."

Nyonya Braun terkikik. "Dasar anak kecil zaman sekarang, ada-ada saja."

"Bu, lihat dia, usianya baru delapan tahun tapi sudah genit pada laki-laki." Gerutu Reiner seraya menggeleng. "Memalukan sekali."

"Genit? Putriku?" Tuan Braun tersentak, berlarian dari lantai dua. "Siapa yang berani menggoda putriku?!"

Pria paruh baya itu tersengal-sengal sambil memukuli dada dengan kepalan tangannya. Bertholdt gemetar saat melihat segores kemurkaan di sela-sela bibir Tuan Braun.

"Ayah kalau aku mengungkit (Y/N) cepat sekali datangnya." Sang kakak berkeluh, kemudian menepuk bahu Bertholdt. "Nah, ayo ke kamarku."

"Boleh aku ikut?" (Y/N) meraih seragam kedua bocah itu.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang