Erwin: Move In

2.2K 237 37
                                    

Modern AU

***

Cih. Lagi-lagi keluargaku membahas perjodohan. Padahal pernikahan kedua kakakku sudah cukup menguntungkan untuk keluarga kami, apakah itu masih belum cukup juga? Menyebalkan.

"Mau sampai kapan kau mengharapkan cecunguk tak berguna itu? Dia tidak bisa menjamin masa depan yang cerah untukmu." Tegas Ayahku, membanting garpu dan pisau steik dari genggamannya ke meja.

"Lalu apa poinnya jika aku menerima perjodohan ini? Hidup dengan harta berlimpah tidak akan menjamin kalau aku bahagia, kan?" Aku membalas, kali ini memberanikan diri untuk menatap matanya.

"Apa kau lebih memilihnya dibanding orang tua yang selama ini telah membesarkanmu dengan baik?" Ibu menyambar, tatapannya sinis.

Kedua kakakku ikut menatapku, dalam diam memberi dukungan. Aku tahu mereka sangat menyayangiku, tapi mereka tidak bisa membantuku karena mereka terlalu takut pada Ayah yang bisa menggebuk mereka kapan pun dirinya mau.

"Membesarkanku dengan baik, kata Ibu?" Aku terkekeh. "Di mana saja kalian selama ini? Orang tua yang baik, huh?"

Plak!-- telapak tangan ayah yang besar dan kasar menampar pipiku dengan keras. Aku tahu dia hanya kelepasan, tapi aku juga tahu dia tidak menyesali perbuatannya sama sekali. Alih-alih, wajahnya tampak terpuaskan.

"Sinting." Aku melanjutkan, menyeka darah dari sudut bibirku, lalu beranjak ke arah tangga. "Aku sudah putuskan akan keluar dari rumah ini."

"Anak kurang ajar!"

"Hentikan, Ayah!" Kedua kakakku mencegahnya yang nyaris mengejarku.

Pintu di belakangku tertutup, aku langsung menguncinya agar pria itu tidak menerobos masuk. Seberapa keras diriku mencoba menahan kesedihan, air mataku pada akhirnya tertumpah juga. Aku menutup mulutku agar tidak menimbulkan suara, agak menyakitkan tapi lebih baik dibanding tidak menumpahkannya sama sekali.

Aku mengecek ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas ranjangku, terkejut melihat sederetan pesan yang masuk berasal dari pengirim yang sama.

Erwin: [Apa makan malam keluarganya belum selesai?] 8:01 PM

Erwin: [Kau baik-baik saja? Telefon aku kalau terjadi sesuatu.] 08:03 PM

Erwin: [Hey..] 08:59 PM

Erwin: [Aku merindukanmu.] 09:15 PM

Membacanya membuat hatiku terasa semakin sesak. Aku sangat mencintai Erwin, dan aku ingin terus bersamanya. Maka dari itu, aku selalu berusaha agar hubungan ini tetap berlanjut.

Tak lama, ponselku bergetar lagi.

Erwin: [Biar kutebak. Pasti terjadi sesuatu, ya?] 09:30 PM

Aku terkekeh, menyeka air mataku, lalu membalas pesannya.

You: [Seperti biasa..] 09:31 PM

Erwin: [Kali ini mereka menyuruhmu menikah dengan siapa lagi?] 09:32 PM

You: [Putra dari Direktur Perusahaan A.] 09:33 PM

Erwin: [Waduh.. Kalau begitu aku kalah saing, ya? Haha.] 09:34 PM

You: [Gila kau? Aku akan tetap memilihmu!] 09:34 PM

Erwin: [Besok mau jalan, tidak? Aku akan menjemputmu.] 09:35 PM

Bahkan dari ketikannya pun, aku seolah bisa mendengar suaranya. Aku benar-benar merindukannya.

You: [Besok aku tidak bisa. Aku akan keluar dari rumah.] 09:40 PM

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang