The Smith: Dua

4.9K 506 84
                                    

Yo y'all. The Smith adalah Oneshots atau kumpulan cerita-cerita pendek tentang keseharian keluarga kecil Erwin Smith dari Story ff ku yang pertama (I'll Remember You).

Enjoy.

***

Erwin membenamkan kepalanya di bahu (Y/N) sambil menarik nafas dalam-dalam. Aroma wangi dari rambut sang istri terasa seperti obat penenang baginya, membuat pikiran Erwin yang berkecamuk, takut, lelah, menjadi tenang seketika. Tangannya menyusuri perut wanita itu, dan sesaat bermain-main di sana.

Jantung Erwin berdebar kencang terbawa situasi. Masih dengan kelembutan, dia membasuh pipi sang istri dengan telapak jari telunjuknya, berusaha selembut mungkin agar wanita itu tak bangun dan mengamuk.

"Kalau aku tidak buru-buru saat itu, pasti kau sudah dilamar orang lain.." Keluhnya, frustasi. "Lalu kalau kau menikah dengan orang lain, aku tidak tahu harus apa. Itu buruk sekali. Tidak ada perempuan lain sepertimu di dunia ini." Bisikan itu samar-samar, nyaris tak terdengar, bagi (Y/N) itu lebih terasa seperti gelitikan di kupingnya.

Merasa tidur nyenyaknya terusik, (Y/N) mengerang lalu memutar tubuhnya ke arah tembok, Erwin pun seketika terkikik geli. Meskipun gaya tidurnya sedikit absurd, bagi Erwin itu sangat menggemaskan.

(Y/N) perlahan-lahan mengedipkan mata yang masih begitu berat untuk dibuka. Dia bisa merasakan kehangatan tubuh Erwin dari balik punggungnya.

"Kok bangun?" Tanya pria itu, khawatir.

"Perutku mual."

"Ayo, bangunlah,"

Dengan perlahan Erwin melepaskan pelukannya dan keluar dari kasur untuk merangkul wanita yang sedang hamil besar itu ke kamar mandi. Seperti tengah malam biasa, selagi (Y/N) Memuntahkan rasa mualnya, Erwin menggosok punggung (Y/N), sesekali mengecup kepala sang istri yang begitu dicintainya itu.

"Erwin," Matanya terpaku pada bawahan yang dipakai pria itu, celana seragam. "Baru pulang?"

"Ya, pekerjaanku sedikit sibuk hari ini."

Lalu dengan alis berkerut dan kedua tangan yang menyilang, dia mengerang kesal. "Kalau dia sudah lahir, kau tidak boleh seperti ini lagi, loh. Langsung ganti bajumu begitu pulang kerja."

"Iya iya," Dia tertawa. "Kira-kira anak laki-laki atau perempuan, ya?"

"Rasanya laki-laki."

"Kalau laki-laki, aku ingin dia mirip denganku."

"Tentu saja, dia akan tampan seperti Ayahnya."

"Aduh, sudah ibu-ibu masih saja membuatku malu." Erwin memerah, kemudian mengecup wanita itu.

"Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu, (Y/N)."

"Aku ingin seperti ini selamanya."

"Yah, tentu saja, sayang. Kita sudah terikat selamanya."

Kemudian pria itu mengecup pundaknya, dan menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher (Y/N). Merasa syukur akan kehadiran perempuan ini di kehidupannya yang nyaris hilang arah.

"Kau semakin tua, Erwin."

"Kenapa? Kau tidak suka denganku?"

"Bukan begitu.." Rautnya menggelap.

"Kekanak-kanakan sekali, sih." Erwin gemas kemudian menyembur tawa, menggelitik pinggang wanita itu. "Aku tahu aku ini semakin tua akan semakin tampan, jadi mana mungkin kau berhenti menyukaiku."

"Rasa percaya dirimu terlalu tinggi, dasar." (Y/N) memutar bola mata seraya terkikik, lalu menghadapkan wajahnya pada pria itu, mengecup ujung hidungnya sebelum pergi melangkah ke kamar.

"K-Kejam sekali kau sudah bertingkah semanis itu dan meninggalkanku."

"Di ruang tengah terlalu dingin."

"Alasan."

"Serius, kok. Lihat saja tubuhku sampai mengigil, nih."

"Sayang, kalau begitu, mau kupeluk?"

"Kau belum ganti baju."

"Aku kan tidak pakai baju, sayang."

"Maksudku celanamu belum diganti."

"Kalau aku sudah ganti celana, boleh peluk?"

"Akan kupikir-pikir dulu."

"Terlalu lama."

"Erwin, cepat ganti celanamu."

"Ya, aku akan memelukmu meskipun kau tak mengizinkannya."

Erwin mengerjakan perintah dengan gesit, Kemudian ia segera melemparkan tubuh ke atas ranjang dan memeluki tubuh (Y/N) seperti boneka.

Sedikit sedih ketika menyadari tubuh wanita itu bertambah kurus dan pucat semenjak hamil. Tubuhnya berangsur-angsur mulai berubah. Rasa mual tidak ada habisnya. Rasa letih yang tak kunjung berakhir. Sakit kepala seperti ditekan-tekan. (Y/N) hanya bisa berbaring. Bahkan bau kudapan kesukaanya pun terasa memuakkan dan setiap kali ia menciumnya, ia muntah-muntah sampai isi perutnya terkuras habis.

Aku sudah menjadi seorang Ayah, adakah saat yang lebih membahagiakan daripada saat ini? Kisahku sangat sempurna dengannya. Jadi, aku akan melakukan apa pun untuk melindungi mereka, keluarga kecilku.

***

Tiga bulan terlewat dengan cepat, dan sesuai dugaan, anak mereka berkelamin laki-laki. Dia mewarisi wajah Erwin, namun warna rambutnya gelap, seperti sang Ibu. Dan, mereka sudah sepakat untuk menamainya Heimdall Smith.

"Hai, Jagoan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Jagoan. Ayah pulang."

"Sayang, sudah kubilang, ganti baju dulu!"

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang