Connie: Fly, My Butterfly

2K 290 93
                                    

Song for this chap: Arcade - Duncan Laurence(Slowed Version)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Song for this chap:
Arcade - Duncan Laurence
(Slowed Version)

Mood aku sedang jelek untuk membuat something uwu uwu, jadi yowis. Mari badmood bersamaku.

***

Connie POV

Jika dia kupu-kupu, maka aku bunganya. Tanpa satu sama lain, kita takkan bisa bersinar.

"Hey, Gundul, sedang melamunkan apa?" Sapa perempuan itu sambil menyikutku. Aku menoleh ke arahnya dan tertawa.

"Aku sedang membayangkan bagaimana rupa Jenderal Shadis jika seandainya dia tidak botak."

"Wow, pemikiran yang epik. Beberapa hari lalu aku juga kepikiran begitu, loh!" (Y/N) mengacungkan jempolnya sembari tertawa geli. "Kayaknya kita memang jodoh, ya, Connie?!"

Mendengar perkataan yang memalukan seperti itu darinya, entah kenapa, pipiku jadi terasa panas.

"Kalau dia punya rambut, kira-kira akan jadi hitam atau cokelat, ya?" Tanya (Y/N). Seperti biasa, isi otaknya memang tidak pernah rasional. Tapi itu lah yang membuatnya sangat menarik. "Atau jangan-jangan pirang, ya? Bagaimana kalau merah?"

"Menurutku, sih, cokelat tua." Balasku sambil menerawang, membayang-bayangkan bagaimana jika itu semua terwujud. Uhh. Tidak cocok!

"Hee? Kenapa cokelat tua?"

"Alisnya berwarna cokelat, kalau kau perhatikan lebih dekat."

"Ummm, Gundul.. Kau tidak kelainan, kan?" Ia bergedik ngeri padaku. "Ngapain kau sampai perhatikan warna alisnya segala? Menyeramkan!"

"Yah, aku ini orangnya perhatian."

"Jangan cari-cari alasan, dasar anak aneh."

"Kalau aku kelainan, aku nggak akan pacaran denganmu, tahu!" Geramku, agak kesal karena dia terlalu banyak mengoceh.

"Huh? Hahahaha! Aduh, kau ini, manis sekali." Tiba-tiba saja si dungu ini memelukku. Jujur, aku senang. Tapi kata-katanya barusan tetap saja keterlaluan. "Aku kan cuma bercanda, maaf, ya."

Aku memalingkan wajah dan menghela napas panjang. "Kau ini nyebelin banget, sih."

"Kau juga nyebelin, tapi aku sangat menyayangimu, Connie Gundul." Balas (Y/N), tersenyum hangat dengan kedua pipinya yang merona. Yah, sudah lihat, kan? Anak ini memang pandai sekali bicara. "Ayo, mana balasanku?"

"Huh. Aku juga sangat menyayangimu, bodoh."

"Hehehe, senangnya~"

***

Tapi.. Siapa sangka malam yang manis itu akan menjadi malam terakhir untuknya? Untuk kita.

"Syukurlah, kalian semua kembali dalam keadaan selamat!" (Y/N) merangkulku, kemudian beralih pada Sasha dan Jean.

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang