Erwin: I Love You More

2K 230 8
                                    

"David Carter." (Y/N) melafalkan nama lengkap laki-laki yang sepantaran dengannya itu selagi membaca berkas-berkas yang digenggan di kedua tangannya. "Dua puluh lima tahun, asal Distrik Trost. Menguasai kemampuan bermanuver dan berkelahi jarak dekat, juga cukup handal dalam menggunakan senapan jarak jauh.. Menarik."

Sebagai seorang pemimpin regu yang baru saja kehilangan salah satu anggotanya di ekspedisi kemarin, kini (Y/N) mulai kembali merekrut anggota. Sudah ada empat kandidat sebelumnya, tapi yang satu ini benar-benar menarik perhatiannya. Dia butuh orang seperti Carter untuk bertarung bersamanya di barisan paling luar.

"Apa yang akan kau pertaruhkan?" Tanya  (Y/N) dengan raut mengintimidasi.

Pria itu menarik napas sejenak, gugup dengan tatapannya. "Se-Segalanya, Kapten."

"Ulangi. Dengan tegas."

"Segalanya!"

"Meski itu nyawamu?"

"Meski itu nyawaku!"

(Y/N) tersenyum, menjabat tangannya. "Besok. Pukul setengah lima pagi, di Pos Barat."

***

Sudah dua minggu sejak saat itu, dan sekarang hubungan antara sang pendatang baru dengan Kapten (Y/N) semakin dekat. Bahkan sampai ada pula rumor yang tersebar mengatakan kalau mereka diam-diam telah menjalin hubungan. Padahal mereka tidak tahu saja.

Asal kalian tahu saja, dia itu wanitaku-- Dari kejauhan, Erwin memandang tak suka pada Carter yang sedang membantu (Y/N) membawa surat-surat laporannya.

Erwin membuntuti dari belakang mereka yang baru saja memasuki ruangan kerjanya. Entah apa yang dibicarakan, tapi (Y/N) tampak sangat terhibur, dan itu membuat Erwin semakin dongkol.

Setelah melihat sang Komandan telah kembali, (Y/N) dan Carter langsung menahan tawanya dan memberi hormat.

"Selamat siang, Komandan."

"Siang." Balas Erwin dengan tidak bersemangat.

Bagaimana tidak, hubungan mereka belakangan ini juga agak renggang. Selain karena sama-sama semakin sibuk, juga karena datangnya Carter yang selalu mengekori (Y/N) setiap waktu, membuat Erwin tidak punya waktu untuk mendekati kekasihnya itu.

"Kalau begitu kami permisi dulu, Komandan."

"Tunggu."

"Ya?"

"Ada yang ingin kubicarakan dengan Kapten (Y/N)," Erwin menggeser tatapan sinisnya pada sang pendatang baru, di sisi wanita itu. "Berdua saja."

***

Begitu ruangan kembali hening, pintu menutup, dan hanya ada mereka di dalamnya, Erwin langsung melempar tubuhnya ke atas kursi.

"Ya ampun, (Y/N)." Keluhnya seraya menghembuskan napas.

"Kau baik-baik saja?"

"Menurutmu?"

(Y/N) terdiam selama beberapa saat, sedang berpikir seraya memperhatikan raut wajah Erwin yang tampak lelah, bahkan rambut dan kerah kemejanya yang biasa tertata rapih, sekarang jadi berantakan. Melihatnya seperti itu membuat (Y/N) sedih, dia melangkah maju mendekati sang kekasih.

"Ada apa, Erwin?"

"Aku sedang lelah."

(Y/N) merentangkan tangannya pada pria itu. "Istirahatlah sejenak, Erwin."

"Aku tidak butuh istirahat. Aku butuh kau, (Y/N)."

"Aku di sini bersamamu sekarang."

"Aku tahu." Erwin memejamkan mata, membenamkan kepalanya di pelukan orang yang sangat dicintainya itu.

Gemas karena sikapnya yang mendadak jadi manja, (Y/N) mengelus lembut kepala pria itu, kadang-kadang juga punggungnya yang lebar.

"Aku tak suka dengan anak baru yang bernama Carter itu."

"Eh? Kenapa?"

"Dia itu.. terlalu banyak tingkah ketika sedang denganmu. Terlalu mencari perhatian dan tidak dewasa." Erwin menjelaskan dengan nada penuh kebencian. Alisnya yang berkerut cukup menjelaskan kalau dia benar-benar sedang serius sekarang. "Padahal wajahnya juga pas-pasan, tapi terlalu percaya diri mendekatimu sampai begitu."

"Pas-pasan? Ya ampun, Erwin, kamu cemburu?"

"Itu bukan cemburu. Aku hanya tak suka padanya."

"Kamu tidak suka padanya karena dia dekat denganku, kan?"

"Jangan asal berasumsi."

"Tadi kau bilang sendiri kalau Carter terlalu percaya diri mendekatiku sampai begitu!" (Y/N) semakin semangat mengolok-olok saat melihat ujung kuping Erwin memerah.

Erwin kesal, hanya diam, melempar tatapannya ke arah sembarang. Ke pintu, luar jendela, mana pun selain mata (Y/N). Sebagai seseorang yang sudah dibersamainya selama bertahun-tahun, (Y/N) tahu betul apa artinya itu. Erwin sedang berbohong.

"Tapi aku merasa biasa saja." Akhirnya perempuan itu mengalah, tidak mau membuat Erwin semakin cemas. "Mungkin karena orang itu bukan Komandan Erwin Smith."

"Memang kalau itu aku, kenapa?"

(Y/N) ingin menyembur tawa mendengar kata-kata kekanakannya barusan. "Yah~ Aku merasa berdebar setiap denganmu. Melihat matamu saja aku sampai berpikir, mungkin aku sedang bermimpi."

"Itu berlebihan."

"Benar, kok?" Ungkapnya dengan jujur.

"Benar?"

"Benar tidak, ya?"

"Kau ini main-main, ya?"

Erwin menarik pinggul (Y/N) sampai perempuan itu terduduk di pangkuannya, lalu mulai menggelitik lehernya tanpa ampun.

"Baiklah, baiklah! Aku serius!" (Y/N) yang tertawa terbahak-bahak, menyerah.

Setelah itu, suasana di ruangan kerja sang komandan kembali hening. Mata mereka bertemu, dan mendadak jadi tenggelam pada satu sama lain.

Bagi Erwin, perempuan yang ada di hadapannya ini adalah segalanya. Jika harus mengorbankan nyawanya untuk menjamin (Y/N) tetap hidup, dia pasti lakukan. Begitu pula sebaliknya.

"(Y/N)." Panggil pria itu seraya menggenggam tangan sang pemilik nama.

"Ya.."

"Ketika aku cemburu, lalu aku marah dan jadi mencemaskanmu secara berlebihan, itu semua karena aku terlalu mencintaimu." Jelasnya, tiba-tiba. Tidak pernah (Y/N) sangka seorang Erwin akan mengatakannya secara langsung. "Dan aku tidak mau kehilangan dirimu."

(Y/N) tersentuh, secara spontan langsung mengecup pipi pria itu. "Lucunya."

"Karena aku sudah bilang begitu, maka kau tidak diizinkan untuk meninggalkanku." Tegas Erwin dengan wajah memerah.

"Aku juga tidak berniat untuk pergi, Komandan."

"Gadis baik."

"Aku mencintaimu, Erwin."

"Kau tahu kau tidak akan bisa mengalahkanku dalam kompetisi ini, kan, (Y/N)?" Erwin menyeringai.

"Baiklah, aku kalah."

"Kau ini mudah sekali menyerah."

"Jadi kau mau aku kalahkan?"

"Tidak. Tapi aku mau melihatmu berjuang."

"Terserah apa katamu, Erwin. Aku yang paling mencintaimu, pokoknya."

Erwin menyandarkan dagunya di pundak (Y/N), kemudian tersenyum hangat. "Aku juga terserah padamu saja. Rasa cintaku padamu jauh lebih besar, dan kau tidak akan bisa mengalahkannya."

"Aku mencintaimu, Erwin."

"Aku yang lebih mencintaimu, (Y/N)."

"Kau ini!"

"Aku mencintaimu."

SNK x Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang