"Eungg... "
Seojun membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk kedalam matanya. Rasa pusing dikepalanya masih terasa dan kakinya terasa semakin nyeri. Seojun menatap sekitarnya, sebuah gudang tua yang penuh dengan debu, kotoran, sarang laba-laba, dan bau tidak sedap. Seojun menatap kedua kakinya dan tangannya yang diikat dengan kencang pada sebuah tiang besi disana.
Seojun menitikkan airmatanya karena rasa takut memenuhi relung hatinya. Gudang tua ini benar-benar terasa asing baginya dan begitu menakutkan karena hanya cahaya remang-remang dari sebuah lampu tua yang menerangi. Seojun ketakutan karena disini tidak ada siapapun selain dirinya sendiri. Tubuhnya meringkuk disudut gudang.
"E-eomma hiks S-seojun takut disini." Isaknya pelan.
Sore telah berganti menjadi malam. Bintang dan bulan telah menunjukkan wujudnya dilangit sana, seolah tau jika Seojun membutuhkan penerangan agar tidak terlalu takut. Seojun menatap kedua telapak tangannya yang tergores. Tangannya terasa perih, ditambah dengan kakinya yang terasa nyeri. Seojun ingin pergi secepatnya dari gudang tua mengerikan ini.
' Cklek '
Seseorang membuka pintu gudang tersebut dari luar. Seojun menatap seorang pria yang mungkin seumuran dengannya. Pria dengan wajah datarnya itu menghampiri Seojun dengan nampan berisi makanan ditangannya. Seojun menatap pria itu dengan takut dan ragu.
"Makanlah, aku tau dirimu lapar. Setelah makan, kau boleh pergi darisini. Tapi jangan bilang pada siapapun jika aku membantumu pergi darisini." Ucap pria itu.
"Aku dimana? Ini tempat apa? Siapa kau? Kenapa aku bisa disini? Lalu, kenapa tangan dan kakiku diikat? Siapa yang membawaku ketempat ini?" Tanya Seojun beruntun.
Pria itu mendecak malas lalu memilih untuk membuka ikatan ditangan dan kaki Seojun agar memudahkan namja manis itu bergerak. Seojun menatap pergelangan tangannya yang memerah dan berbekas, terasa perih dan sakit. Ditambah dengan pergelangan kakinya yang sedikit terluka. Pria itu hanya menatap Seojun datar lalu meletakkan nampan berisi makanan itu dihadapan Seojun.
Seojun menatap nampan berisi makanan itu dan pria itu secara bergantian lalu tersenyum manis, membuat pria dihadapannya itu merasa aneh pada dirinya sendiri.
"Terima kasih." Ucap Seojun yang mendapat anggukan pelan dari pria itu.
Seojun mulai menyuapkan sesendok makanan kedalam mulutnya dan mengunyahnya pelan. Rasanya tidak terlalu buruk, pikir Seojun. Meskipun makanan itu adalah sebuah makanan sederhana, tetapi rasanya sama seperti makanan dari restorant mahal yang ada di Seoul.
Pria itu masih memandangi Seojun dari samping tanpa berkedip sekalipun. Seojun yang merasa ditatap dengan lekat oleh pria asing itu pun menoleh dan seketika pandangan keduanya saling beradu satu sama lain. Pria asing itu dengan cepat mengalihkan pandangannya dan beranjak menuju sebuah jendela didalam ruangan gelap dan pengap itu.
Seojun menghentikan makannya dan mengikuti langkah pria asing itu. Pria asing itu mengambil sebuah besi panjang yang telah berkarat disana, mengayunkan besi itu hingga terkena kaca jendela dan seketika pecah berserakan dilantai. Suara nyaring saat besi itu menyentuh kaca terdengar sangat nyaring memasuki pendengaran Seojun.
Seojun segera berdiri dan berjalan menghampiri pria asing itu dengan tertatih-tatih.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu memecahkan kaca jendelanya?" Tanya Seojun.
"Pergilah lewat jendela ini. Aku akan memastikan jika tidak ada orang lain yang mengetahui kepergianmu dari sini." Ucap pria asing itu.
Seojun menatap pria asing itu dengan senyuman diwajahnya. "Kamu serius?! Terima kasih sudah membantuku. Aku berhutang budi padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand || Suho x Seojun✔
General FictionHappy Reading. Terkadang cinta selalu disalahkan karena suatu hal, padahal sesungguhnya cinta tidak pernah salah. Senyum bukan berarti bahagia. Tertawa bukan berarti senang. Semua itu dilakukan untuk menutupi luka dan kesedihan yang ada. Sama halny...