Suho memandang Seojun yang hanya diam disampingnya. Pemuda itu hanya diam setelah menangis cukup lama karena perbuatan ayahnya, mengabaikan perihnya lebam ditubuhnya. Mata Seojun sembab karena terlalu banyak menangis, membuat hati Suho teriris perih melihatnya. Keadaan Seojun sangat jauh dari kata baik-baik saja saat ini. Bukan hanya fisiknya yang terluka, tapi hati dan batinnya ikut terluka.
Suho menghentikan mobilnya ditepi jalan. Ditariknya tubuh Seojun dalam dekapannya. Dapat Suho rasakan jika pundak Seojun kembali bergetar dan isak tangis mulai terdengar lirih. Yang dibutuhkan Seojun saat ini hanyalah sebuah pelukan hangat dari seseorang dan kata-kata penyemangat serta penenang untuknya. Suho mengeratkan pelukannya, menyalurkan kehangatan kepada Seojun.
Seojun membalas pelukan Suho tak kalah erat. Inilah yang dibutuhkannya saat ia lelah dengan keadaan, bukan kalimat hinaan serta makian yang selalu didengarnya dari orang tua maupun teman-temannya sendiri. Suho adalah orang kedua setelah Jihyun yang mau mengerti dirinya, menjadi tempat bersandar untuknya, dan menjadi penyemangat disaat dirinya lelah.
"Menangislah sepuasmu, aku tidak akan melarangmu. Keluarkan semuanya hingga tak tersisa malam ini." Ucap Suho lembut.
Seojun kembali menangis dengan keras setelah mendengar ucapan Suho. Suho mengusap punggung Seojun pelan, membiarkan pakaiannya basah karena airmata Seojun. Didalam hati, Seojun bersyukur karena memiliki Suho, lelaki yang dicintainya selama dua tahun lamanya.
Bolehkah Seojun menaruh harapan dan kepercayaan pada Suho? Bisakah Seojun memberikan cintanya lagi pada Suho? Bolehkah Seojun ingin semua janji yang diucapkan Suho benar menjadi kenyataan? Bolehkah Seojun menginginkan Suho bersamanya untuk selamanya?
Di malam yang dingin itu, dihabiskan kedua anak manusia itu dalam keadaan saling berpelukan satu sama lain didalam mobil, saling membagi rasa hangat dan nyaman satu sama lain tanpa ingin melepas pelukan.
•••
Seojun memejamkan matanya, menikmati hembusan angin yang menerbangkan helaan rambutnya. Saat ini Seojun berada di tepi pantai. Udara pagi sangat menyejukkan tubuhnya, mampu membuatnya melupakan sejenak permasalahannya saat ini. Ribuan pesan dan panggilan diabaikan olehnya. Seojun butuh ketenangan saat ini untuk mendinginkan pikirannya dan melupakan sakit hatinya akibat ujaran kebencian yang dilayangkan untuknya.
Seojun lelah dengan semua ini. Ia benci hidupnya. Seojun ingin tersenyum dan tertawa tanpa beban, serta bahagia tanpa harus memikirkan kebahagiaan orang lain. Seojun ingin egois untuk mendapat kebahagiaannya sendiri, tapi rasanya sangat sulit. Hidup ini memang terasa sangat sulit, terlalu banyak rintangan dan cobaan yang harus dihadapi.
"Seojun!"
Seojun membuka matanya, mendapati sosok Suho yang berdiri beberapa langkah disampingnya. Seharian Seojun bersama Suho. Ternyata Suho tidak sejahat yang dibayangkannya selama ini. Laki-laki itu hanya tidak tahu bagaimana memperlakukan seseorang dengan baik. Suho terlahir tanpa seorang ibu, ibunya meninggal saat melahirkannya. Hal itu membuat Suho tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seorang ibu. Suho tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan seseorang, membuatnya tersenyum, dan membuatnya bahagia. Disaat hampir semua orang mendapat kasih sayang seorang ibu, Suho harus menerima jika ibunya telah meninggal. Hal itu membuat Suho tumbuh menjadi seorang laki-laki yang dingin, cuek, tertutup, kasar, dan egois.
Seojun baru mengetahui hal itu semalam, dimana Suho memeluknya dengan erat dan bercerita tentang hidupnya. Semua orang selalu mengira jika sosok Lee Suho adalah laki-laki sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, tapi mereka melupakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Dibalik punggung kokohnya dan sikap dinginnya, ada sebuah luka dan rasa kehilangan serta kesepian yang mendalam. Suho tidak pernah mengatakan hal itu pada orang lain, dan Seojun adalah orang pertama yang mengetahui hal itu. Ayahnya sendiri pun mengabaikannya dan lebih mementingkan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand || Suho x Seojun✔
General FictionHappy Reading. Terkadang cinta selalu disalahkan karena suatu hal, padahal sesungguhnya cinta tidak pernah salah. Senyum bukan berarti bahagia. Tertawa bukan berarti senang. Semua itu dilakukan untuk menutupi luka dan kesedihan yang ada. Sama halny...