3. MEMILIH ORANG LAIN

6.2K 715 143
                                    

Begitu banyak hal yang berada di pikiran Atlantik. Seakan syarafnya tidak pernah berhenti untuk mengingatkannya pada hari-hari kelam yang membuatnya terjerat dalam lingkaran hitam ketakutan.

Atlantik membuka kedua matanya. Menatap perempuan di sampingnya yang sedang asik dengan pensil dan buku gambarnya. Setau Atlantik hari ini tidak ada jadwal seni budaya, kenapa Kiara membawa buku gambar?

Atlantik melirik buku gambar Kiara dengan hati-hati. Jangan sampai kepergok sedang mengintip. Cowok itu mengernyitkan dahinya heran.

"Dih!" Atlantik mencebikkan bibirnya ketika melihat gambaran yang cewek itu buat.

"Ini gue, ini elo." Kiara menyingkirkan tangannya dari buku gambar agar Atlantik bisa melihat gambarannya.

Sempat terkejut karena Kiara bilang yang sedang dia gambar adalah dirinya dan cewek tersebut. Atlantik menormalkan ekspresinya. Cowok itu menatap tajam pada tunangannya yang sedang tersenyum tak berdosa. Apa yang perempuan itu pikirkan sampai menggambar adegan ciuman Atlantik dan Kiara tadi siang.

"Gue nonton drakor beberapa hari lalu. Nah si cowok nglukis kaya gini di guci, terus cintanya abadi. Jadi cinta gue sama lo juga bakal abadi kalau di lukis," ujar Kiara semangat menceritakan pemikirannya.

"Apa wajah gue keliatan perduli?" tanya Atlantik sambil menaikkan sebelah alisnya.

Ganu dan Kido membalikkan badannya lalu tertawa menghadap ke Kiara, seakan menertawakan Kiara bahwa usahanya sia-sia sedangkan Kiara hanya mencebikkan bibirnya kesal, Atlantik selalu begitu. Kedua cowok itu lebih tertarik mendengarkan percakapan antara Kiara dan Atlantik dari pada guru yang menerangkan di depan sana.

"Nanti pulangnya bareng ya?" Kiara mengerjapkan matanya lucu untuk menarik perhatian Atlantik, namun Atlantik malah menghadapkan badannya ke depan.

"Pak, izin ke kamar mandi." Atlantik mengangkat tanganya. Menyela guru yang sedang mengajar tersebut.

"Kenapa?" tanya guru tersebut.

"Perut saya mual," ujar Atlantik sambil melirik Kiara yang menatapnya dengan wajah cengo. Atlantik ingin muntah karena Kiara?

***

Kiara membereskan buku-bukunya agar segera bisa pulang. Dia yakin Atlantik pasti menunggunya meski terlihat kasar, cowok itu tidak akan tega kalau meninggalkannya sendiri di sekolahan, apalagi di hari pertama masuk sekolah.

"Hei, murid baru tunangan Atlantik." Seorang perempuan manis yang duduk di seberan Kiara itu mengulurkan tangannya pada Kiara membuat Kiara tersenyum dan membalas uluran tangan tersebut.

"Gue Nanden," ujarnya memperkenalkan diri.

"Gue Kiara. Temen-temen gue dulu manggil gue Rara," balas Kiara dengan senyum yang mengembang sempurna.

"Itu'kan dulu. Gimana kalau sekarang kita buat panggilan baru buat Kiara?" Adnan tiba-tiba muncul dari belakang langsung menarik perhatian orang-orang di sekitar.

"Gimana kalau Kiki? Biar beda," ujar Adnan menatap harap pada Kiara.

Kiara mengangguk, Nanden juga mengangguk. "Oke, gue suka," ujar Kiara lalu menggendong tas biru muda tersebut di pundaknya.

"Duluan ya. Takut Atlantik nunggu lama." Kiara melambaikan tangannya pada teman-teman barunya. Hari pertama di SMA Kailash cukup menyenangkan walau Atlantik yang menjadi alasannya pindah belum menerima dirinya sepenuhnya.

Cold AtlantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang