[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
⚠️ WARNING! CERITA INI MEMBUAT ANDA INGIN SELALU BERKATA KASAR, JADI HARUS SIAPKAN KESABARAN SEBELUM MEMBACANYA!⚠️
"Sampai saat ini kamu masih jadi alasaku untuk bertahan."_ Kiara Pemovie.
"Gue gak butuh elo. Mendingan lo pe...
Hallo gimana kabarnya? Masih ada yang nungguin buat Up? Spam komen dan bintang yuk biar semangat nulisnya❤ 80 vote 100 komen baru lanjut....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keringat itu menetes melewati dahi turun ke leher Atlantik. Terik matahari tak menyusutkan rasa semangat yang membara di tubuh cowok itu. Atlantik Brianyaksa, mata hitam legam itu menyorot pada lelaki yang sejak tadi berusaha menghalangi jalannya.
Berputar seratus delapan puluh derajat, Atlantik melempar bola basket itu ke arah Ganu.
"Ck." Decakan itu keluar dari mulut Helio yang sedari tadi terus mengincar Atlantik.
Helio Bagaskara. Putra pertama dari keluarga Bagaskara yang artinya ia adalah pewaris utama dari perusahaan saingan milik Samudra, Papa Atlantik.
Merasa dejavu. Atlantik dan Helio pernah berada di posisi ini beberapa tahun lalu. Mereka pernah bertemu sekali. Sekali namun tak akan terlupakan seumur hidup.
Helio tersenyum miring. Cowok itu menatap Atlantik dengan remeh. Keadaanya terasa berbeda dengan beberapa tahun lalu. Dulu ia ada harus melawan dua orang yang sekarang tinggal satu.
"Kembaran lo udah jadi mayat ya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Helio dengan enteng.
Rahang Atlantik mengeras. Cowok itu menatap tajam pada lelaki di depannya. Wajah penuh dosa terpancar dari kedua orang yang saling berhadapan. Kekuasaan, harta, kedudukan, adalah hal-hal yang saat ini mereka perebutkan.
"Bangga lo setelah salah milih orang?" Atlantik berujar tenang. Atlantik paham betul jika ia sedang dipancing emosinya.
Dalam dunia bisnis diperlukan muka dua untuk terbang lebih tinggi. Berlomba-lomba untuk menunjukkan yang terbaik untuk merekut pengikut. Pandangan publik begitu berarti saat mereka berdua berdampingan. Tuan muda Brianyaksa dan Bagaskara.
"Gue sebenernya turut berduka cita, gimana enggak sepupu kesayangan gue membusuk di dalam tanah. Gue, kan jadi kangen." ujar Helio sambil menekan kata 'membusuk'
Atlantik menormalkan napasnya yang memburu. Kalau saja keduanya tidak dalam pertandingan tanpa ragu Atlantik pasti sudah melayangkan bogeman pada wajah anak manja ini.
"Lo belum masuk tanah aja udah membusuk," balas Atlantik lalu berlari ke arah ring basket. Meninggalkan Helio dengan muka masamnya karena rencana yang dia susun tidak berjalan mulus. Tujuannya sampai di sini adalah untuk menjatuhkan nama baik Atlantik.
Helio dan Atlantik. Mereka berdua merupakan sepupu satu kakek. Kakek Atlantik, tuan Brianyaksa terkena skandal perselingkuhan saat muda hingga melahirkan Hari, Papa Helio. Sedangkan Samudra adalah anak sah dari istri sah tuan Brianyaksa.
Hari dan ibunya yang notabeneny selingkuhan Brianyaksa mendapatkan banyak gunjingan dari warga sekitar yang membuatnya memilih pindah keluar kota. Sampai ketika Samudra dan Hari sama-sama berumur 17 tahun, tuan Brianyaksa meninggal karena terbunuh dan mengakibatkan kekacauan akibat harta warisan. Erina, nenek Atlantik mengorbankan diri untuk memberikan jalan lebih terang kepada Samudra, putra tunggalnya.
Erina sengaja bunuh diri setelah menyusun rencananya. Kematiannya di buat janggal seakan ia mati terbunuh seperti suaminya, dan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada Samudra menuduh Trisna, ibu Hari sebagai pelaku di balik pembunuhan Erina. Dikuatkan dengan tipu muslihat yang Erina buat, Samudra berhasil menang dalam sidang mengakibatkan Trisna dipenjara dan Samudra mendapatkan hak atas segala warisan yang ditinggalkan tuan Brianyaksa karena beliau tidak sempat meninggalkan wasiat.
Tanpa diketahui, Trisna telah menyerahkan anaknya kepada pengusaha kaya saingan Brianyaksa yang menjadi musuh sejati Samudra. Sampai saat ini, peperangan itu masih berlanjut. Atlantik dan Helio. Generasi kedua dari peperangan yang kini semakin panas.
"AAA!" Kiara bertepuk tangan semangat ketika Atlantik berhasil memasukkan bola ke ring basket.
Semarah apapun ia pada Atlantik. Kiara tak pernah bisa memalingkan wajahnya dari Atlantik. Sejauh apapun dia berlari, Kiara merasa ada magnet dalam diri Atlantik yang selalu menariknya untuk kembali mendekat.
Skor menunjukkan angka yang sama tapi peluit sudah berbunyi menandakan waktu habis.
Kiara menengok ke kanan dan kiri. Perempuan itu duduk di sebelah Nande. Hari ini Adnan tidak telihat, Kira jadi merasa canggung jika harus bertemu Adnan setelah insiden ia dan Atlantik kemarin.
"Karena hasil pertandingan seri. Pertandingan akan dilanjutkan minggu depan di lapangan SMA Govardana." Seorang wasit memberi intruksi setelah berdiskusi dengan para pelatih dari dua SMA tersebut.
Terdengar banyak pemain yang mengeluh tidak suka dan beberapa penonton yang malah berteriak histeris entah karena apa.
Atlantik berjalan bersama kedua temannya. Cowok itu membuka tutup botol dari minuman kemasan yang ia beli di kantin. Alis Atlantik mengkerut, sedetik kemudian ia melempar botol itu hingga air di dalamnya tumpah membasahi lapangan.
"Lo gila apa? Mentang-mentang kaya buang minuman seenak jidat!" Ganu bersungut melihat kelakuan Atlantik yang selalu arogan.
"Ko gak haus? Mirip robot, apa emang robot?" tanya Kido yang hanya mendapat lirikan tajam dari Atlantik.
Kido berdiri. Cowok dengan rambut ikal dan kulit sawo matang itu mengelap keringatnya dengan handuk lalu melempar handuk itu hingga mengenai wajah Atlantik. Membuat Atlantik berdecak kesal.
"Tit ... tit ... saya Atlantik Brianyaksa. Robot tidak berguna dari masa depan. Robot jelek ini, silahkan di buang ke tong sampah. Nama saya Atlantik si robot jelek mirip babi ngepet." ujar Kido membuat Ganu tetawa. Cowok itu menirukan gaya bergerak robot yang terpatah-patah. Andai perkataan itu terdengar oleh salah satu pengawal Atlantik bisa dipastikan Kido tidak akan melihat langit esok pagi.
Atlantik menghembuskan napasnya. Bahkan Helio yang merupakan musuh saja tidak akan berani menganggap Atlantik tidak berguna, hanya Kido yang mampu mengatakannya.
Bukannya dia tidak haus, Atlantik melempar minuman itu setelah ia rasa tutup dari minuman itu sudah dibuka. Ada Helio, pasti beberapa anak buahnya juga ada di sini. Tanpa berpikir dua kali pun Atlantik sudah tahu jika pasti ada sesuatu di dalam minuman itu. Kewaspadaan dan ketelitian harus semakin Atlantik ketatkan.
Mata Atlantik menajam saat mengikuti arah telunjuk Ganu. Seakan api berkobar dari belakang tubuh Atlantik. Di sana Kiara tengah diseret paksa oleh Helio dan Nande yang berlari menyusul keduanya. Tapi dengan bodohnya Atlantik hanya diam mengamati pemandangan di depannya.