9. KELAKUAN GILA

5.3K 593 155
                                    

Yang paling disayangi berpotensi paling menyakiti_Cold Atlantik.

Apa kabar kalian? Ada yang nungguin cerita ini?

Spam love purple yuk buat update secepat kilat💜

SEBELUM BACA DIHARAPKAN PENCET BINTANG BIAR GAK LUPA.
KARENA SEKARANG KERJAAN UDAH BERES 100 KOMEN 80 VOTE LANJUT.

Happy reading🌼

Perempuan berambut gelombang itu menghela napasnya. Hanya suara detik jam yang terdengar membawa waktu untuk berlalu, sore yang berganti malam, malam yang berganti pagi, dan pagi yang berubah siang. Hanya terus begitu tanpa ada perubahan.

Perempuan itu menghela napasnya. Menatap langit hitam yang gelap seperti hatinya. Dia tidak ingin meninggalkan dunia ini tapi dunia ini juga begitu membosankan. Kiara selalu ditinggal sendirian bahkan di saat-saat yang menyakitkan, dia harus melalui sendirian.

Hanya satu pegangan Kiara untuk melawan rasa sakitnya. tidak ada yang lebih perduli padamu selain dirimu sendiri!

Meraih ponselnya yang berada di atas nakas dekat ranjangnya Kiara membuka salah satu aplikasi sosial media. Perempuan itu asik menggeser layar ponselnya hingga jari-jari lentiknya terhenti karena salah satu postingan yang muncul diberandanya.

Kiara menaruh lagi ponsel itu di atas nakas. Meremas selimut yang ia pakai dengan kuat. Postingan dari Mamanya yang ternyata sedang berlibur Tokyo Disneyland.

Di sini Kiara dan melawan penyakitnya. Berjuang untuk hidup dengan penderitaa, tapi di sana seseorang yang ia sebut sebagai 'ibu' malah berlibur bersama teman-temannya. Kiara memejamkan matanya, tidak ada yang perduli denganya, sama sekali tidak ada. Sekarang Kiara sadar kenapa Atlantik juga tidak perduli dengannya.

Kiara memeluk dirinya sendiri. "Jangan sedih, harus kuat. Kiara kuat!" Perempuan itu menyemangati dirinya sendiri.

Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak karena menangis, Kiara menghapus air matanya. Teringat dengan kehadirannya yang selalu tidak diinginkan Kiara menggelengkan kepalanya.

"Apa, aku gak pantes hidup?" tanya Kiara pada dirinya sendiri.

Muak dengan keadaan Kiara mengambil ponselnya memasukkan benda pipih itu di saku celana. Perempuan itu mencabut selang infus yang terpasang di punggung tangannya, tidak perduli dengan darah yang mengalir, perempuan itu tetap berjalan meninggalkan kamar yang tadi ia tempati. Keluar dari rumah sakit dengan masih menggunakan baju pasien, Kiara tak gentar dalam langkahnya meski dia tidak memiliki arah.

Kiara ingin lihat, adakah orang yang perduli dengan kepergiaanya? Tapi rasanya tidak mungkin. Begi Mentari, Andra ataupun Atlantik, Kiara hanyalah beban.

Drett ... drett.

Langkah perempuan itu terhenti. Matanya terpejam mencoba menebak siapa yang menelfonnya. Dengan gerakan cepat ia mengambil ponsel di saku celananya. Dahi Kiara berkerut, di layar ponselnya hanya terpampang foto Adnan.

"Adnan," sapa Kiara setelah menekan tombol hijau di ponselnya. Tangannya terangkat untuk mengusap sisa air mata di pipinya. Kiara menjauhkan ponsel dari telinga untuk mengambil napas.

Cold AtlantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang