HAIII ... ADA YANG KANGEN SAMA CERITA INI ATAU NGAK?
MAAF UPDATE LAMA, KARENA HARUS NYELESAIIN CERITA SEBELAH DULU.
Kita buat challenge yuk. Aku akan up lagi kalau vote udah mencapai 70 dan komen mencapai 100. Bisak kan? Bisa yuk, pembaca aja mencapai 500 an masak vote dan komen gak bisa. Yuk bisa yuk. Kalau mau cepet up jangan lupa dengan challenge diatas ya.
Happy reading🍂
_
_
_Atlantik menuntun perempuan itu memasuki rumahnya. Rumah dengan tingkat dua berwarna putih itu nampak megah dengan taman yang luas dan bunga warna-warni.
Menatap Kiara yang terlihat pucat di sampingnya Atlantik menghela napas lelah. Kalau saja wajah Kiara tidak sepucat ini, sudah dipastikan Atlantik tidak akan mau membantu Kiara. Apalagi memasuki rumah perempuan yang selalu mengganggunya. Siapa yang tidak benci jika tiba-tiba dijodohkan dengan orang yang tidak disukai. Dikengkang dalam hubungan, dan Atlantik tidak bisa menentukan perempuan yang dia cintai sendiri karena dia sudah terikat dengan Kiara.
"Kamar lo yang mana?" tanya Atlantik sambil mengedarkan pandangannya di setiap sudut rumah.
Kiara menatap Atlantik dengan dahi berkerut. "Lo udah lupa letak kamar gue?" tanya Kiara dengan nada lirih.
"Bukan lupa tapi enggak!" tegas Atlantik, merasa aneh dengan pertanyaan Kiara. Lupa? Bahkan ini pertama kalinya Atlantik menginjakkan kaki di rumah cewek itu, dan Kiara bilang dia lupa.
"Di atas, yang itu." Dengan ragu-ragu Kiara menunjuk sebuah pintu yang ditempeli banyak stiker warna-warni.
Atlantik mengangguk. Kembali menuntun perempuan itu untuk sampai di kamarnya.
Membuka pintu kamar Kiara. Atlantik merebahkan perempuan itu di atas kasur. Kamar Kiara di dominasi warna merah muda dan putih, terlihat elegan dan kalem berbanding terbalik dengan kamar Atlantik yang di dominasi warna hitam bercampur abu-abu.
"Tunggu, jangan pergi." Kiara mencekal tangan Atlantik ketika cowok itu membalikkan badannya.
Atlantik berdecak sebal karena tingkah perempuan ini. Selalu saja ada yang dia minta.
"Serius Atlantik jangan pergi. Gue di rumah sendirian," ujar Kiara lirih. Memang benar Kiara hanya tinggal sendiri, supir pribadinya ikut pergi keluar negara bersama mamanya. Sedangkan pembantu di rumah ini hanya datang setiap akhir pekan.
Melihat mata Kiara yang berkaca-kaca Atlantik akhirnya menyerah. Meski terpaksa Atlantik tetap mendudukan dirinya di sofa samping ranjang Kiara.
Atlantik mengerutkan keningnya. Merasa bingung dengan dirinya sendiri. Memang kalau Kiara menangis apa hubungannya dengan Atlantik. Seharusnya Atlantik tidak semudah itu menuruti permintaan Kiara, tapi dia juga enggan untuk beranjak dari sini. Atlantik tidak mau meninggalkan Kiara sendiri.
"Lo gak mau ganti baju?" tanya Kiara saat Atlantik memejamkan matanya.
Atlantik mengangkat sebelah alisnya membuat Kiara tersenyum manis. Dengan hati-hati Kiara menuju lemarinya. Mengambil satu kaos yang cukup besar.
"Ini, lo ganti baju dulu. Baju lo kotor," ucap Kiara seraya menyerahkan kaos itu pada Atlantik.
Kiara menggeleng. "Kok, masih pake celana sekolah, tapi bajunya enggak?" tanya Kiara pada Atlantik. Tak mengindahkan pertanyaan Kiara, Atlantik berjalan melewati perempuan itu menuju kamar mandi.
Cowok itu berhenti ketika tangannya memegang kenop pintu. "Ganti baju lo juga. Di sini aja, kalau udah bilang," ujar Atlantik. Cowok itu memasuki kamar mandi dengan kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Atlantik
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️ WARNING! CERITA INI MEMBUAT ANDA INGIN SELALU BERKATA KASAR, JADI HARUS SIAPKAN KESABARAN SEBELUM MEMBACANYA!⚠️ "Sampai saat ini kamu masih jadi alasaku untuk bertahan."_ Kiara Pemovie. "Gue gak butuh elo. Mendingan lo pe...