10. BERANI TERBUKA

5.5K 565 225
                                    

Ada tipikal manusia di dunia, yang terlihat tak perduli tapi begitu mencintai.
_
_
_

Berapa banyak orang yang masih pengen lanjut nih? Spam love yellow yuk untuk update berikutnya 💛

Jam yang berada di atas nakas itu sudah menunjukkan 23.00 kamar yang dihuni dua orang ini terasa sepi seakan tidak ada yang menempati.

Kiara membalikkan badannya ke kanan. Dahinya mengeryit, ia membalikkan bantal yang tengah ia gunakan, kakinya bergeser tak tentu arah mencari tempat terdingin. Belum ada semenit Kiara kembali membalikkan badannya ke kiri, menendang-nendang selimut yang menghangatkan tubuhnya.

Atlantik menghela napasnya. Cowok itu mematikan ponsel yang sebelumnya ia gunakan untuk bermain game online. Mendekati Kiara, Atlantik duduk tepat di samping Kiara yang sedang merebahkan tubuhnya.

"Tidur," suruh Atlantik sambil membenarkan selimut untuk Kiara pakai. Punggung tangan perempuan itu juga sudah diobati oleh Atlantik padahal Atlantik sendiri tidak mengobati luka di wajahnya.

Kiara membuka matanya. Menatap Atlantik dengan melas. "Gak bisa tidur," rengeknya manja.

"Cih!"

"Ih Atlantik." Kiara menggapai lengan Atlantik. Menggoyang-goyangkan lengan itu dengan memajukan bibirnya.

"Inikan tempat baru jadi gue gak bisa tidur," jelas Kiara pada Atlantik, namun yang dijelaskan hanya memasang wajah datar seakan tak tertarik dengan obrolan mereka.

"Semalem?" tanya Atlantik membuat Kiara mengernyitkan dahinya tidak paham. "Semalem di rumah sakit," ujar Atlantik seakan mengerti Kiara tidak paham.

"Iya, semalem juga gak bisa tidur. Lihat nih lihat." Kiara menunjukkan kelopak mata bagian bawahnya. "Item kan. Gue punya mata panda," ujar Kiara masih dengan memeluk lengan Atlantik, anehnya cowok itu tidak mengelak.

"Terus?" Atlantik menaikkan satu alisnya.

"Mau makan, kalau perut gue kenyang pasti cepet tidurnya," ucap Kiara, sedangkan Atlantik malah memalingkan wajahnya.

"Gak ada makanan," jawab Atlantik membuat Kiara menekuk wajahnya.

"Beliin," rengek Kiara sambil menggoyang-goyangkan lengan Atlantik yang ia peluk.

"Udah malem." Atlantik mengusap rambutnya sendiri gusar. Ia terlalu malas untuk keluar jam segini.

"Beliin Atlantik." Mata perempuan itu berkaca-kaca untuk meluluhkan hati Atlantik.

Lagi pula Atlantik ini aneh, dia membawa perempuan ke apartemen tanpa diberi makan.

Atlantik menghela napasnya berat. "Iya iya," ujarnya pasrah membuat Kiara tersenyum lebar.

"Gue mau pop mie, oreo, es krim, susu stroberi, roti keju, coklat, makanan yang bentuknya kaya cincin pedes itu, coklat kecil-kecil yang dikemasin itu, nyam-nyam, sama ... sama apalagi ya?" Kiara mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu seakan ia sedang berpikir. Perempuan itu tidak tahu kalau Atlantik sedang menatapnya tajam.

"Ah! Sama kalau bisa lo mampir ditukang somay dulu ya," ujar Kiara semangat.

"Udah dikasih hati masih minta usu dua belas jari," gumam Atlantik yang tak didengar oleh Kiara.

Cold AtlantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang