12. LULUH?

6.6K 623 237
                                        

Hayo ada gak yang masih nungguin cerita ini? Maaf ya bikin kalian nunggu lama, ada masalah dengan cerita sebelah jadi aku gak bisa fokus buat lanjut cerita ini. Makasih yang udah nunggu, aku harap kalian gak bosen dengan cerita ini. Alhamdulillah masalahnya udah kelar jadi mungkin bisa rutin dan fokus ke cerita ini lagi❤

Spam love ijo bagi yang masih mau lanjut💚

Jadi begini... kemarin ada yang tanya masalah alur. Ini baru permulaan jadi belum kalian temuin konflik atau apapun di sini. Bingung ya? Ceritanya gak nyambung ya? Im so sorry

Oke tunggu 80 vote 100 komen baru lanjut ya, jadi tap bintang dulu sebelum membaca biar gak lupa.

Dunia berputar mengikuti porosnya. Hidup berjalan mengikuti takdirnya, tapi hati berulah tanpa izin tuannya.
_
_
_
_

"Lo dimana? Gue butuh lo sekarang." Kiara menundukkan kepalanya. Perempuan itu menatap jendela luar dari ruangannya saat ini.

Menghembuskan napasnya. Kiara menempelkan ponsel yang ia genggam ke telinganya lagi. "Lo dateng cuma karena ada butuh doang?" tanya Kiara dengan nada lirih.

"Mau ketemu gak?" Pertanyaan dari sebrang itu membuat pertahanan Kiara hampir runtuh. Berkali-kali acara marah yang perempuan itu buat untuk Atlantik selalu gagal tapi kali ini tidak lagi. Dia mau Atlantik yang menghampirinya.

"Temui gue di taman kota jam empat sore," ujar Atlantik lagi.

"Gak, gue capek," ujar Kiara ketus.

Tit.

"Woah, wong edan!" Kiara menggelengkan kepalanya heran. Manusia terbuat dari apa Atlantik itu. Egois, Apatis.

Perempuan dengan wajah pucat itu memasukkan ponselnya ke dalam tas. Meneguhkan hatinya Kiara mencoba mengambil napasnya berkali-kali. Paling tidak sekali, Atlantik harus diberi pelajaran, dia tidak bisa memperlakukan Kiara seenaknya.

Kali ini, kali ini saja Kiara benar-benar ingin Atlantik mencarinya dengan tulus, setelah penolakan tadi sore hati perempuan itu benar-benar terluka. Apalagi saat Atlantik mengambil minuman dari Shena. Perempuan itu memejamkan matanya, keputusannya sudah bulat. Dia tidak akan datang.

****

Melepas jaket yang ia kenakan, cowok bermata hitam legam itu memasuki sebuah cafe. Ia sudah mengirim alamat ini pada Kiara, seharusnya perempuan itu sudah datang. Atlantik juga sengaja datang terlambat, dia tidak suka menunggu. Atlantik lebih suka ditunggu.

Merasa sudah cukup lama menunggu Atlantik mengeluarkan ponselnya. Mengecek room chat-nya bersama Kiara namun tidak ada pesan masuk dari sana.

"Ck." Entah sudah berapa kali decakan keluar dari mulut Atlantik.

"Cari mati," ujar Atlantik sambil memainkan ponselnya. Cowok itu menatap lama layar ponsel yang ia genggam. Ingin menelfon tapi ragu, dia tidak ingin Kiara merasa kalau perempuan itu berarti untuk Atlantik meski kenyataannya begitu.

Atlantik mengurut dahinya. Sekelabat pikiran muncul dalam benaknya, hal-hal yang tidak ingin Atlantik pikirkan tentang Kiara. Cowok itu khawatir tapi tidak ingin Kiara mengetahuinya.

Atlantik menegakkan pungunggnya saat teringat sesuatu. Ada satu kemungkinan yang sangat Atlantik benci. Kiara ... sedang bersama Adnan. Tanpa pikir panjang akhirnya Atlantik memencet tombol panggil di ponselnya.

Cold AtlantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang