𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 ━━ painting

2.8K 577 93
                                    

—dan Ana pun menyesal telah memberikan karya nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dan Ana pun menyesal telah memberikan karya nya

***
S

aat ini Ana dan Athy sedang berada di Istana Garnet dimana Claude tinggal. Mereka datang dikarenakan Felix dan Lily yang terus-terusan menyuruh dua kembar ini memberikan gambaran yang telah mereka gambar.

Ana dengan jelas menolak keras karena ia takut Claude akan menolak lalu dengan seenak jidatnya membakar gambaran yang sudah sudah payah ia buat.

Tapi...

Disinilah ia berada saat ini.

Duduk di sofa empuk di kamar Claude yang sedang melamun sambil menyesap teh lippe nya.

Dikarenakan cuaca mendung hari ini, Claude dan dua putri kembar itu pun memilih untuk minum teh bersama di ruangan -lebih tepatnya kamar Claude.

Athy tentu saja sejak tadi sedang menebar pesona imutnya sementara Ana sedang berpikir bagaimana caranya menyembunyikan gambaran nya supaya tidak bisa dilihat Claude.

Sayang sekali, di ruangan itu ada kesatria berambut merah bernama Felix Robane yang siap untuk membanggakan Ana.

"Yang mulia, beberapa hari yang lalu putri Anastasia menggambar anda dengan sangat indah! Hamba bahkan sampai percaya kalau yang digambar putri memang anda!"

Mendengar ini, Athy pun mangut-mangut dan menyahut dengan mata berbinar. "Benar papa! Gambaran Ana sangat WAH!"
Ana tersenyum kaku. Ia pun menatap kearah Claude yang sudah menatapnya.

"Berikan padaku."

Perkataan dingin itu membuat Ana berkeringat, tapi tanpa banyak bicara Ana pun memberikan satu kertas berisi gambaran Claude yang nampak kesepian diantara bunga-bunga mawar yang sudah diberikan warna dengan cantik oleh Ana.

Ana telah memberikan warna dengan hati-hati pada setiap pemandangan di lukisan nya terlebih pada bagian bunga-bunga mawar, kecuali pada figur Claude yang masih sama tanpa warna.

Seolah-olah menandakan bahwa orang ini bukan orang di dunia yang digambar oleh Ana dan orang yang benar-benar kesepian.

Claude menatap lukisan ini cukup lama yang membuat Felix, Athy, dan Ana jadi cemas.

Felix yang melihat Claude nampak diam pun angkat bicara. "Yang mulia.. apa anda tidak menyukai gambar tuan putri Anastasia?"

Tidak ada jawaban.

Tapi tak lama Claude menatap kearah Ana dengan tatapan yang tak bisa Ana pahami, lalu ia menatap kearah Felix yang berdiri disamping.

"Felix.. berikan ini pada administrasi untuk dicatat sebagai harta kekaisaran."

JDAR!

Seolah-olah petir imajiner menyambar Ana, ia merasa Claude dan Felix —serta Athy— terlalu berlebihan dalam memuji karya yang menururt Ana biasa saja.

Dibandingkan lukisan yang ia buat, Ana berani bertaruh lukisan nya tidak sebanding dengan lukisan pelukis Kekaisaran dan juga lukisan milik kakak laki-laki dikehidupan lama nya.

"Papa.. apa itu tidak ber-berlebihan?" tany Ana dengan senyuman kaku dan tawa hambar. "Ma-maksudku, karya ini bisa dibuat oleh siapa saja.. em Athy pun juga bisa."

Sebelum Claude menjawab, Athy lebih dulu dengan senang hati menggenggam kedua tangan Ana lalu tersenyum lebar.

"Itu tidak benar! Karya milik Ana sangat pantas untuk dijadikan sebagai harta karun. Iya kan papa?"

Claude hanya mengangguk kecil dengan wajahnya yang acuh tak acuh itu.

Felix tentu saja sumringah dengan aura bahagia disekitarnya. "Kalau begitu saya pamit undur diri Yang mulia! Segala keagungan dan berkat bagi Kekaisaran Obelia."

Setelah itu Felix pun pergi sambil membawa lukisan milik Ana dengan hati-hati untuk dicatat sebagai harta yang berharga milik Kekaisaran.

Sungguh..

Sejujurnya Ana sangat menyesali telah memberikan karya nya pada Claude. Ah tidak, lebih tepatnya ia menyesali sudah membuatnya lalu menunjukkan karya nya pada Felix si tukang gosip satu itu.

***

"Haaa, Ana aku tidak tahu apa karena kau memang jenius atau apa tapi kau benar-benar bisa semua hal ya?" gerutu perempuan kecil dengan rambut emas keperakan dengan mata permata biru yang gemerlap. "Apa yang tidak bisa kau lakukan?"

Saat ini Athy dan Ana sedang duduk diatas kain berwarna putih disekitar taman Istana Ruby tanpa Felix dan Lily karena kedua putri kecil ini ingin menghabiskan waktu berdua.

Setelah tahu Ana bisa melukis dan menggambar —dan sangat mahir dalam kedua hal itu— Claude segera memberikan nya berbagai macam perlatan melukis dan menggambar yang sangat lengkap.

Dengan alasan alat-alat ini sudah sangat berdebu di gudang kesenian yang membuat Athy mencibir sementara Ana hanya bisa menghela nafas.

Karena itulah saat ini Ana sedang melukis di kanvas pemandangan disekitar Istana Ruby sementara Athy sedang menutup mata menikmati angin sepoi-sepoi.

Ana yang mendengar gerutuan Athy pun terkekeh pelan diikuti dengan suara deru angin yang membawa tanpa bekas suara kekehan pelan itu.

"Aku tidak pandai memasak."

"Yah itukan wajar, maksudku.. tidak semua orang pandai memasak!"

Ana menggeleng. "Tidak, aku benar-benar buruk dalam hal memasak makanan."

Athy membuka matanya dan menatap kearah Ana yang serius dalam melukis.

"Memangnya seburuk apa?"

"Ah waktu itu aku mencoba untuk memasak mie dan pada akhirnya... aku membuat mie itu gosong."

Athy melotot dengan horor. "H-HAH?!"

"Iya, lalu aku pernah mencoba untuk menggoreng sosis tapi kemudian... seluruh dapur terbakar."

"ASTAGA ANA! KALAU BEGITU KAU TIDAK BOLEH MASUK KE DAPUR SEUMUR HIDUPMU!"

***

Hay,

Sudah lama tak berjumpa.

Kangen?

Aku memang ngangenin 😌

Anyway! Di intermission kali ini, kalian bisa melihat bahwa sesungguhnya se-sempurna apapun Ana..

Ana tetap manusia yang penuh dosa dan kesalahan :v

Maap untuk typo dan kesalah yang beredar disana sini, maklum ya gaissun i'm not robot but human😌

Makasih buat support nya, hope ya like it , vote, n comment!

Thank u💕

the twins | 𝐰𝐦𝐦𝐚𝐩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang