twenty : enam serangkai pt. 2

1K 227 9
                                    

—dan Athy pun semakin khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dan Athy pun semakin khawatir

▃▃▃▃▃▃▃

"Wah wah.. ini seperti reuni ya?"

Suara ini dingin, datar, namun memiliki sedikit kejenakaan.

Ana, Iftaris, dan Ashiro pun menoleh kearah sumber suara.

Dan pada saat itulah untuk pertama kalinya Ana melihat Iftaris gemetar, entah itu karena ia ketakutan atau terlalu bersemangat. Mungkin keduanya.

Ashiro juga memiliki reaksi yang sama tapi ia lebih tenang dan masih menunjukkan senyuman nya, walau Ana tahu bahwa senyuman itu kaku dan juga terpaksa.

"Kakak.." panggil Ashiro.

Orang yang baru datang ini adalah seorang pria tinggi dengan rambut panjang hitam sepinggang dan manik mata emas yang menyala seperti kobaran api, ia memakai pakaian serba hitam dan wajah tampan nya itu dihiasi seringaian yang membuat bulu kuduk Ana berdiri.

Apa orang ini adalah 'kakak pertama' Iftaris? pikir Ana sambil mengerutkan dahinya.

Tanpa banyak bicara pria berambut hitam yang Ana duga sebagai 'Kakak Pertama Iftaris' pun mengeluarkan asap berwarna hitam pekat yang kemudian mengelilingi dan membuat mereka tidak dapat melihat situasi di luar.

Ana dapat merasakan sensifitasnya terhadap mana berkurang ketika asap itu keluar dan terlebih ia merasa koneksinya dengan Athy terganggu.

"Iftaris.. itu—"

"Medan gaya.. singkatnya asap yang bisa memantulkan mana apapun dan membuat orang tidak dapat pergi dari medan tersebut." Jawab Iftaris sambil menyipitkan matanya kearah pria dihadapan mereka.

"Jadi kita terjebak, bukan begitu?"

Kali ini Iftaris tidak menjawab tapi hanya menoleh sedikit kearah Ana.

"Kakak pertama.. bukankah ini berlebihan?" tanya Ashiro dengan tenang. Ia pada dasarnya tahu bahwa konflik ini terjadi juga karena dia.

"Tidak ada yang berlebihan," jawab pria berambut hitam panjang ini enteng. "Lagipula bukankah semua naga menyukai sesuatu yang ekstravagan?" ia pun menyeringai. "Jangan khawatir.. aku tidak akan membunuh bocah kecil satu ini, setidaknya belum."

Ini tentunya tidak membuat Iftaris tenang, ia malah semakin ekstra hati-hati, perlahan ia juga mulai mengeluarkan asap berwarna biru keputihan kearah Ana.

Melihat asap itu membuat sang Kakak Pertama mendengus. "Jangan konyol Iftaris! Kau pikir dengan keadaan mu yang menyedihkan begitu kau bisa melawan ku?"

the twins | 𝐰𝐦𝐦𝐚𝐩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang