Bagian Dua Puluh Sembilan | Pelajaran

283 41 2
                                    

"Ih! Kakak ngapain sih ngikutin aku!?"

Athira menatap tajam pria yang sejak tadi mengikuti langkahnya. Ini memang sudah jam pulang sekolah dan awalnya Athira tidak mau berburuk sangka dulu. Tapi semakin dibiarkan, laki-laki itu terus mengikuti setiap pergerakan Athira. Athira ke kanan ia ke kanan, Athira ke kiri ia ke kiri.

Kan jadi ketara sekali kalau laki-laki itu mengikutinya.

"Mau nganterin lo," jawab Raya santai dengan satu tangan memegang tali tas nya.

Athira mendengus kesal, "nggak usah deh, nanti ada gosip yang nggak-nggak di sekolah."

"Emang siapa yang mau gosipin kita?"

Athira menjengitkan kedua bahu nya kemudian berbalik badan lalu berjalan lagi.

Sejujurnya dia tidak mau berurusan dengan Raya sebab Raya adalah mantan pacar sahabatnya, Libra. Ya, meskipun tidak ada yang tahu kedua nya pernah berpacaran. Hanya saja Athira tidak mau Libra sakit hati.

Toh, perempuan mana sih yang rela orang yang dia sayang jalan dengan perempuan lain? Sepertinya tidak ada ya?

"Gue nganggep lo udah kayak adek gue sendiri, lho."

"Makasih, Kak." Athira masih saja berjalan tanpa memperdulikan Raya yang berusaha mensejajarkan langkahnya.

"Lo seneng nggak, sih?"

Athira melirik begitu Raya sudah sejajar dengannya, "nggak tau, biasa aja kayaknya."

"Lo tau nggak?"

"Nggak."

"Fajar suka sama lo."

Athira sontak menghentikan langkahnya, "sembarangan!" kemudian melangkah lagi, berjalan semakin cepat berusaha menghindar dari Raya namun tetap saja gagal.

Raya terkekeh melihat respon Athira yang dingin seperti itu, "masa lo nggak peka, sih?"

Athira tak menjawabnya. Pokoknya tidak mau berurusan dengan Raya. Toh, Athira tahu bahwa Raya hanya asal bicara saja.

"Coba lo inget-inget perlakuan Fajar yang gak pernah dia lakuin untuk orang lain. Masa nggak peka-peka, gue yang cowok aja langsung peka."

Athira terus berjalan tanpa memperdulikan Raya yang terus berceloteh tidak jelas. Bahkan ketika Athira sudah melewati jembatan penyebrangan, Raya belum juga enyah keberadaannya.

"Eh, Alen?"

Athira sontak menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badan nya, menghadap Raya.

"Tadi kakak bilang apa?"

Raya menunduk, melihat Athira tengah menatapnya penasaran. "Orang itu," Raya menunjuk seseorang yang tengah duduk di atas bola-bola yang ada di trotoar, "mirip temennya Libra."

Mata Athira melebar, bukan mirip, melainkan itu memang benar Alen alias Anka.

"Tapi Alen kan bukan tunanetra, tapi kok bisa mirip banget ya?" Raya bertanya dengan nada pelan kepada diri nya sendiri.

Athira menoleh ke arah Anka lagi, pria itu membawa tongkat tunanetra nya sehingga orang-orang bisa tahu termasuk Raya.

"Emang gitu, Kak. Kata nya di dunia ini kita punya tujuh kembaran. Kakak udah ketemu berapa? Aku udah ketemu tujuh tujuhnya," bohong Athira dengan hebohnya. Berusaha mengalihkan perhatian Raya.

"Masa sih? Gue belom nemu."

"Yaudah sana! Kalo gitu kakak cari kembaran kakak dulu!" Athira mendorong-dorong badan Raya supaya pria itu segera pergi.

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang