Now Playing: Anneth-Mungkin Hari Ini Atau Esok Nanti
"Apakah sejati nya kebahagiaan yang kita dapat, harus mengorbankan kebahagiaan orang lain?"
***
"Nggak apa-apa, An?"
Athira menghentikan kegiatan tulis-menulisnya karena harus memastikan apakah Anka jenuh atau tidak sebab ia masih sibuk mengerjakan pr nya.
"Gak apa-apa, masih banyak 'kan?"
"Nggak kok. Bentar ya ...." Athira mempercepat keterampilan jemarinya dalam menulis. Dia bahkan sudah tidak perduli tulisannya sekarang berbentuk apa.
Anka kini berada di rumah Athira, mengisi kejenuhan dengan menemui gadis itu. Sebab ketika mendengar Athira bercerita membuat perasaannya senang. Ya, Athira pasti punya cerita baru yang tidak mungkin tidak diceritakan padanya.
Nada dan Cahya pun seperti nya mengerti dengan dua anak muda itu. Mereka memilih membiarkan Anka dan Athira menghabiskan waktu berdua dengan pergi entah kemana.
"Udah! Yeay!" Athira bersorak dengan mengangkat kedua tangannya. Terdengar suara tawa dari Anka membuat Athira semakin bersemangat untuk cepat-cepat menyusun buku nya ke dalam tas.
"Besok hari selasa, An. Guru nya rajin-rajin, jadi banyak pr." Athira mulai dengan ceritanya.
Ini juga menjadi alasan kenapa Anka tidak pernah jenuh berada di dekat Athira. Dunia nya gelap. Dia tidak tahu harus membahas apa ketika bersama dengan orang lain. Tapi dengan Athira, dunia gelap itu berubah menjadi imajinasi yang berwarna baginya.
Anka bahkan bisa membayangkan lagi dunia yang ia kenal dulu.
"Pr apa tadi?"
"Matematika."
"Bu Eva, bukan?"
"Iya!" Athira bersorak lagi, "ih sumpah ya, An. Tugas minggu kemaren aja belum dikoreksi, ini udah ada lagi. Beh ... parah!" Athira mengomel sambil menyusun pena nya ke dalam kotak pensil.
Anka tertawa, kemudian terasa bahwa Athira kini sudah duduk di sebelahnya. Pria itu menoleh, "dari dulu emang gitu, Tir. Aku dulu malah nggak pernah ngerjain."
"Terus? Ketahuan nggak?"
Anka menggeleng, "aku kan hebat."
Athira berdesis sambil menyenggol lengan Anka membuat pria itu terkekeh.
"Aku fikir kamu itu rajin belajar. Ya ... tipikal cowok-cowok ganteng pada umumnya."
"Aku ganteng?"
Wajah Athira bersemu merah, "ganteng."
Gantian Anka yang merasakan hawa panas pada leher dan pipinya. Ia menunduk dengan jari telunjuk yang menopang dahi nya sambil menahan senyumnya.
Manis sekali batin Athira.
"Aku nggak suka pelajaran sekolah. Oh, ada, sih, cuma pelajaran TIK sama kesenian aja," ucap Anka diselingi dengan tawa.
Ia ingat ketika jam pelajaran TIK, dia pasti jadi orang pertama yang berjalan lebih dulu untuk ke ruang komputer. Begitupula dengan pelajaran kesenian, dia akan jadi orang yang paling banyak bertanya. Ah, mengingat itu membuatnya kembali membayangkan masa-masa indah di sekolah.
"Aku malah benci pelajaran kesenian," cibir Athira mengerucutkan bibirnya.
Mengingat setiap kali ia membuat hasil karya selalu saja dicibir oleh teman-teman sekelasnya. Terlebih orang yang duduk di belakang bangku nya, Bino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immaculate [SELESAI]
Dla nastolatkówIni menceritakan tentang seorang laki-laki yang kehilangan penglihatannya karena sebuah kecelakaan, tentang seorang gadis yang masih saja berusaha mencari kakaknya yang hilang sepuluh tahun yang lalu, juga tentang seorang pria yang telah dibenci kek...