Now Playing: Chen-Hello
"Gak usah minta maaf. Lo ilangin aja tuh sifat kepo-an lo, yang bisa ngerugiin diri lo sendiri juga orang lain."
***
"Mau ikut kita ke kantin nggak?"
"Iy—"
"Nggak!" Libra menahan tangan Athira ketika gadis itu akan berdiri dari duduknya setelah memasukkan semua buku yang ada di meja ke dalam tas. "Kalian duluan aja, aku mau belajar lagi materi tadi sama Athira, belum ngerti soalnya."
Athira menoleh kepada Libra kemudian melihat ke papan tulis, ah ya, sebelum istirahat tadi adalah pelajaran matematika. Jadi seperti nya wajar kalau Libra belum mengerti materi yang di ajarkan tadi.
"Yaudah deh, kita duluan ya," ucap Silvi lalu mengajak Jeni untuk pergi ke kantin.
"Mana yang belum ngerti, Li?" tanya Athira selepas Silvi dan Jeni keluar dari kelas.
Teman sebangku nya itu kemudian menghadapkan tubuhnya untuk menghadap Athira. Dengan senyum yang mengembang lebar, Libra menepuk kedua bahu Athira dengan bersemangat. "Selamat ya, Tir!"
Jelas saja Athira kebingungan, ia mengeryitkan dahi nya sambil mengerjap beberapa kali.
"Selamat kenapa?"
"Raya kemaren bilang ke aku, kalo dia udah nganggep kamu kayak adik nya sendiri."
Athira semakin bingung, tetapi perhatiannya sedikit teralih saat sudut mata nya menangkap bahwa Fajar ternyata sedikit menoleh ke mereka berdua. Itu artinya pria itu sedang menguping.
"Aku nggak ngerti," ucap Athira kemudian sambil menggaruk-garuk pelipisnya.
Libra menghela nafas, "udah deh, kamu jangan pura-pura nggak tau. Kamu seneng kan denger ini?"
"Tapi kenapa Kak Raya nganggep aku adik nya, gitu?"
"Aku udah pernah cerita kan soal adik nya Raya yang gak pernah ketemu sama dia dari kecil? Nah aku nyeritain tentang kamu ke dia. Sumpah, aku masih nggak nyangka kalau dia udah nganggep kamu adik nya sendiri."
Jangan tanya mengapa Libra terlihat begitu bebas menceritakan ini, suasana kelas yang sepi –hanya menyisakan Athira, Libra, Fajar yang menurut Libra tidak akan perduli dengan hal ini, juga beberapa cowok di pojok kelas yang sedang asik bermain game. Hal itu membuat Libra jadi sedikit leluasa untuk menceritakan hal ini kepada Athira.
"Kok kamu seneng?" Athira semakin tak mengerti.
Teman sebangku nya semakin sulit dimengerti, mengapa untuk hal seperti ini Libra malah kelihatan senang? Padahal cewek-cewek kebanyakan pasti berusaha membuat pria nya itu jadi satu-satu nya miliknya.
"Ya seneng dong, Tir! Aku sedih waktu baca buku kamu itu. Kamu bener-bener pingin ngerasain yang nama nya punya kakak dan tiba-tiba Raya bilang kayak gitu kemarin. Aku seneng banget sampe lupa kalo hari itu aku barusan diputusin sama dia."
Mata Athira mendelik tajam, "Kamu diputusin sama Kak Raya? Kenapa? Kamu salah apa?"
Libra menatap langit-langit kelasnya, "ng ... banyak kayak nya," kemudian tersenyum lagi.
"Tapi Kak Raya emang nyebelin banget sih! Berani-beraninya dia mutusin sahabat baik ku!"
Libra tertawa kecil dengan tangan kanan yang ditumpukkan di atas tangan Athira, "jangan anggep aku terlalu baik, Tir. Nanti kalo kamu tau kenyataan sebenernya, kamu kecewa sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Immaculate [SELESAI]
Teen FictionIni menceritakan tentang seorang laki-laki yang kehilangan penglihatannya karena sebuah kecelakaan, tentang seorang gadis yang masih saja berusaha mencari kakaknya yang hilang sepuluh tahun yang lalu, juga tentang seorang pria yang telah dibenci kek...