Now Playing : Coldplay & Big Sean - Miracles (Someone Special)
Lima hari terlewati, dan hari ini sudah hari senin lagi. Tapi Fajar belum juga masuk sekolah. Entah pria itu benar sakit atau bagaimana, Athira tidak tahu. Juga, tidak ada anggota kelas yang membahas perihal ketidakhadiran Fajar selama beberapa hari.
Kondisi kelas yang biasanya kondusif karena ketegasan Fajar, kini tidak seperti itu lagi. Apapun keadaanya, mau ada guru atau tidak. Kelas selalu ramai dan berisik. Entahlah, Athira bahkan tidak tahu harus senang atau tidak sekarang.
Kini Athira berada di kelas, menunggu bel masuk berbunyi sembari membaca cerita bergambar yang ada di meja nya. Sudah berulang kali Athira mencoba menyimpulkan isi cerita ini namun selalu saja tidak bisa. Pasalnya cerita bergambar ini tidak ada narasi bahkan dialog sama sekali. Athira bahkan cuma bisa menerka-nerka saja.
Namun, satu hal yang Athira yakini dari cerita bergambar ini bahwa ... Anka dan Libra adalah tokoh utama dalam cerita yang Anka buat.
"Tir, gue akhirnya tau kenapa Fajar nggak masuk sekolah," mulai Silvi setelah meletakkan tas nya di tempat duduk yang berada di depan Athira. Gadis itu kini membalik kursi nya supaya berhadapan dengan Athira.
Kepala Athira mendongak, "kenapa? Dia beneran sakit 'kan?"
Silvi mengangguk mengiakan, kemudian terlihat ia mengotak-atik ponsel yang sejak tadi ia pegang lalu menunjukkan ruang chatan nya dengan Fajar. Wajar saja Silvi dikirimi Fajar pesan, karena Silvi menjabat sebagai sekertaris kelas 10 IPA 3 sejak semester 1 kemarin.
"Semalem dia bilang sama gue kalo ternyata dia sakit usus buntu. Tiga hari yang lalu masuk rumah sakit dan kemarin operasi nya," ucap Silvi sambil menunjuk beberapa chat yang dikirim oleh Fajar. "Ini kalo kita sekelas jenguk Fajar, dia marah nggak, ya?"
"Dia lagi sakit, kalaupun mau marah pasti dipending dulu," kekeh Libra yang tiba-tiba datang lalu melemparkan tas nya di meja. "Emang mau kapan jenguk nya?" tanyanya kemudian duduk di sebelah Athira.
Sejak obrolannya dengan Anka waktu itu tentang siapa di balik gambar yang Anka buat, Athira kini banyak menaruh rasa penasaran pada teman sebangku nya. Libra yang biasanya terlihat biasa saja di mata Athira kini seakan menjadi gudang informasi baginya. Terlebih lagi kini Athira tahu bahwa cerita bergambar yang Anka buat di meja ini adalah kisah mereka berdua.
Jadi, sebenarnya Libra tahu tidak tentang cerita bergambar itu? Ah, Athira tidak mau menanyakannya.
"Besok aja gimana?"
"Iya mending besok aja, kalo nanti kita belum ada persiapan. Pasti banyak yang nggak setuju," ucap Libra menyetujui saran dari Silvi.
"Emang dia di rawat rumah sakit mana?" tanya Athira akhirnya.
"Andalas katanya, yang deket."
Athira mangut-mangut mengerti, kini juga ia tersenyum samar. Entah bagaimana, Athira sedikit merasa lega. Fajar sakit usus buntu tidak ada kaitannya dengan obrolannya sepulang sekolah.
***
Seorang gadis bertubuh mungil terlihat berjalan melewati lorong rumah sakit dengan sinar lampu yang temaram. Gadis yang katanya tidak suka dengan rumah sakit untuk pertama kalinya mengajak mama nya kembali ke rumah sakit. Ia bahkan dengan semangatnya sudah lebih dulu turun dari mobil dan langsung mencari kamar rawat inap Fajar. Beruntungnya dia sempat bertanya pada Silvi tadi pagi.
Fajar di rawat di ruang VIP 1 Anggrek putih, lantai 3 Rumah Sakit Andalas. Athira hanya perlu naik lift sampai lantai tiga lalu berjalan sedikit ke arah kanan. Di situlah ruangan Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immaculate [SELESAI]
Dla nastolatkówIni menceritakan tentang seorang laki-laki yang kehilangan penglihatannya karena sebuah kecelakaan, tentang seorang gadis yang masih saja berusaha mencari kakaknya yang hilang sepuluh tahun yang lalu, juga tentang seorang pria yang telah dibenci kek...