Bagian Dua Belas | Layaknya Seorang Kakak

335 37 0
                                    

Semakin malam, rumah sakit semakin terasa sepi. Athira sudah mengantar Fajar kembali ke kamarnya. Kemudian meninggalkan pria itu bersama ibu nya –yang sejak mereka kembali ke kamar, sudah bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka sehingga Fajar datang wajah pucat dan basah karena keringat.

Athira sengaja tidak naik lift, dia masih ingin berlama-lama di rumah sakit meskipun 10 menit lagi jam besuk sudah habis. Sejak tadi ponselnya juga berdering. Sepertinya Cahya sudah ingin mengajak putrinya pulang ke rumah. Tapi Athira tidak mau mengangkat panggilan itu.

Entahlah, Athira hanya merasa ada beban seukuran batu besar yang kini seakan menghantam dadanya.

"Jangan bengong aja dong, Mbak!"

Athira menghentikan langkahnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum menoleh ke belakang. Nampak seorang pria yang tengah tersenyum memamerkan gigi nya dengan tangan kanan yang di angkat ke udara membentuk huruf V dengan jari nya.

Bibir Athira berkedut menahan senyum. Pria itu langsung mendekat kemudian mengusap puncak kepala Athira seperti biasa. Pria yang selalu berpenampilan acak-acakan setiap kali mereka bertemu. Kali ini masih sama, tidak ada bau rokok dari tubuhnya. Mungkin ia sudah memutuskan untuk berhenti merokok.

"Mama kamu lembur lagi?"

Gadis itu menggeleng pelan, "aku habis jenguk temen."

"Sakit apa?"

"Abis operasi usus buntu, Kak."

"Bengong karena sedih nggak bisa main bareng dia, gitu?" tebak Eros seraya mengerling jahil.

Athira menggeleng cepat seraya mengernyitkan dahi nya, "aku bahkan nggak terlalu akrab sama dia."

"Terus kenapa bengong?"

Athira diam. Memilih untuk tidak menjawab. Gadis itu lagi-lagi menggelengkan kepalanya, membuat Eros mengusap puncak kepala Athira dengan lembutnya. Entah kenapa selalu ada kenyamanan dari cara pria itu mengusap puncak kepalanya.

"Mau pulang bareng?" tawar Eros tiba-tiba, memecah keheningan sementara diantara mereka.

Athira terkesiap kemudian menggeleng lagi, "nggak kak, makasih. Aku bareng mama, kok."

"Tapi turun bareng ke lantai dasar, boleh bareng 'kan?" kerlingnya seraya tersenyum.

Gadis itu tertawa pelan lalu mengiakan pertanyaan yang sebenarnya sebuah ajakan dari Eros. Mereka kemudian berjalan secara beriringan menyusuri lorong rumah sakit, menuruni anak tangga, kemudian menyusuri lorong lagi, begitu seterusnya sampai akhirnya mereka sampai di lantai dasar.

Tak banyak yang mereka bicarakan. Athira hanya tahu kalau Eros lagi-lagi ke rumah sakit karena menjenguk kekasihnya. Kabar baiknya, Tiara sudah dipindahkan ke ruang rawat inap biasa karena kondisi nya membaik. Entah bagaimana, mendengar itu rasanya Athira juga ikut senang.

Athira juga semakin bersemangat saat Eros menceritakan kondisi pacarnya yang semakin membaik itu dengan senyum merekah di pipinya. Athira jadi berharap semoga saja ada Eros lain di dunia ini untuknya.

"Gantian dong ...."

Gadis itu tersendat kemudian mata nya mengerjap bingung, "gantian apa 'kan?"

Eros tersenyum penuh arti, "gantian cerita dong."

Senyum canggung terbit di wajah Athira. Mungkinkah dia harus menceritakan hal ini pada orang yang baru saja di kenal nya? Tapi, tunggu-tunggu! Baru di kenal nya? Tidak! Mereka sudah beberapa kali bertemu dan rasanya tak apa-apa kalau Athira sedikit menceritakannya pada Eros. Toh, Eros juga banyak bercerita tentang kekasihnya sejak awal mereka bertemu.

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang