Bagian Enam | Ingin Bicara

422 46 0
                                    

"Sekian presentasi dari kelompok kami, kami akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Seluruh murid 10 IPA 3 dengan kompak menjawab salam yang diucapkan oleh kelompok kedua presentasi biologi. Kemudian kelima anggota kelompok itu kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Pak Jean selaku guru biologi yang mengajar kelas mereka kini mulai menjelaskan ulang materi yang tadi dipresentasikan oleh kelompok dua. Ia bahkan dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh murid-muridnya. Beliau memang dikenal sebagai guru paling sabar yang ada di SMA Mahadaya.

"Baiklah, kelompok tiga mohon mempersiapkan materi untuk presentasi minggu depan ya?"

"IYA PAAK...," jawab seluruh murid 10 IPA 3.

Kemudian Pak Jean menyudahi pertemuan pada hari ini dan langsung meninggalkan ruangan kelas setelah mengucapkan salam.

Sementara murid-murid yang lain langsung berhambur menuju kantin, ada yang mengeluarkan ponsel untuk bermain game, ada juga yang langsung bergerombol demi mendapatkan obrolan hangat. Termasuk Athira, kini dia sedang ada di rombongan gosip yang dipimpin oleh Jeni.

"Jadi sebenernya Kak Mahda itu yang duluan suka sama Kak Sandra?" mulai Jeni dengan hebohnya. Dia bahkan mengeratkan kedua tangannya yang berpegang pada sandaran bangkunya. Dia memang sudah menghadap ke belakang sejak Pak Jean melangkahkan kaki nya keluar kelas.

Silvi yang menjadi awal mula pengosipan pada jam istirahat ini mengangguk dengan semangat, "iya, gue kan kosannya sebelahan sama Kak Rena. Nah, kemaren gue ngobrol-ngobrol sama dia. Penasaran soalnya."

"Iyalah, siapa coba yang nggak penasaran?" tambah Libra seraya mengeluarkan cokelat stik dari lacinya kemudian membagikan pada teman-teman nya yang ikut rombongan rumpi ini.

Ada Athira, Libra, Jeni, dan Silvi. Empat orang yang duduknya depan belakang. Mereka bertiga bahkan dengan kompak ikut ekskul yang sama, yaitu jurnalistik. Wajar kalau ada berita apa-apa mereka yang tahu lebih dulu.

"So sweet banget gila, gue pikir yang ngejer-ngejer itu Kak Sandra. Eh, nggak tau nya Kak Mahda. Mana Kak Mahda bucin banget lagi sama Kak Sandra," Libra kini menopang kepalanya dengan satu tangan nya sementara satu tangan yang lain mengarahkan stik cokelat itu ke mulutnya untuk membuka bungkus plastik tersebut.

"Eh, lo nggak tau kan? Kemaren gue ngeliat Kak Sandra lagi di kantin sama temen-temennya. Kak Sandra emang cuma beli es teh doang, eh tiba-tiba Kak Mahda dateng bawain lontong sayur. Mana satu mangkok berdua pula. Gila, gue ngeliatin dari jauhan rasanya pengen nangis," rengek Jeni seraya berlagak seperti menghapus air mata nya.

"Mereka berdua itu kompak tau, sama-sama jarang ke kantin. Iya nggak sih? Apa perasaan gue doang?"

Libra yang baru saja menggigit cokelat stiknya langsung mengangguk heboh sambil mengacungkan jempolnya, "bener banget! Padahal moment ke so sweet-an mereka tuh bagus banget kalo di jadiin berita. Tapi dapetinnya behh ... susah banget!"

Mereka bertiga kompak tertawa keras. Sementara Athira, dia bahkan tidak tahu siapa orang yang sejak tadi dibicarakan oleh teman-temannya. Dia hanya ikut menoleh ke sana kemari, memperhatikan cara mereka menggosip orang yang bahkan tidak Athira tahu.

"Eh Tir, kok lo diem aja sih? Sakit gigi?" tanya Silvi memastikan.

Athira menggeleng pelan, "aku cuma bingung, nih kalian dari tadi ngomongin siapa sih?"

Ketiga orang itu dengan kompak langsung menepuk dahi mereka, salah juga menggosip di depan orang baru seperti Athira.

Libra tiba-tiba terkekeh kemudian mengotak-atik ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto pria yang tengah berdiri dengan memakai kaus kuning. "Ini, namanya Kak Mahda. Mahda Bintang Langit. Dia ini bintang nya SMA Mahadaya. Karena kamu sekolah di sini, jadi kamu harus tau bintang nya sekolah ini."

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang