Bagian Dua | Dua Orang yang Berbeda

741 50 0
                                    

Suara riuh para murid saling berdesakan merebutkan siapa dulu yang mendapatkan antrean yang ada di kantin. Ada yang sudah duduk sambil menyantap menu yang dibeli, ada juga yang baru saja berjalan ke salah satu tempat duduk sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman, dan ada pula yang baru sampai di kantin lalu ikut menimbrung antrean yang cukup panjang.

Untungnya Athira dan kedua teman baru nya –Libra dan Jeni, sudah lebih dulu istirahat sehingga tidak perlu berdesakan di antrean tersebut. Soto beserta es teh manis juga sudah terhidang di meja dan sedang disantap bersama mereka. Istirahat pertama memang selalu ramai seperti ini.

"Kemarin pulang sekolah kamu diseret sama Fajar, kenapa?" mulai Jeni kemudian menyendokkan kuah soto ke dalam mulutnya.

Athira yang tadi nya hendak menikmati soto nya langsung meletakkan sendok nya perlahan, "disuruh nemuin Pak Boman, aku disuruh milih ekskul."

"Eh, ikut ekskul kita aja!"

"Emang kalian berdua ekskul nya samaan?"

Jeni dan Libra mengangguk bersamaan, "kita ikut ekskul jurnalistik. Jadi kalo ada gossip terbaru di sekolah, kita berdua yang pertama kali tau!" jelas Jeni kemudian melakukan tos dengan Libra.

Athira terkekeh seraya menggelengkan kepala nya, "nggak deh, aku pingin masuk ekskul band aja deh."

"HAH?" mulut Jeni dan Libra menganga lebar karena tak percaya dengan yang baru saja Athira ucapkan.

Jeni yang duduk nya tepat di sebelah Athira sontak langsung menyentuh dahi gadis itu kemudian pindah ke kedua pipi nya, suhu nya normal. Tapi kenapa anak yang kelihatannya sepolos Athira punya fikiran untuk gabung ekskul band yang isi nya sudah jelas anak-anak yang begitu.

Bahkan saking kelihatan polos nya, Jeni dan Libra sampai mengikuti gaya bicara Athira. Takut kalau Athira tidak nyaman kalau mereka tetap menggunakan 'gue-lo' dalam percakapan sehari-hari mereka.

"Tir, dengerin aku baik-baik," ucap Jeni serius lalu menengokkan kepala Athira secara paksa ke samping kiri nya. "Lihat? Cowok-cowok yang lagi pada berdiri di sana?" lanjutnya sambil menunjuk para cowok yang berdiri di sebelah pohon sawo yang memang tak jauh dari kantin. Wajah mereka semua terlihat jelas di mata Athira.

"Mereka semua anak band, tir. Anggota nya nggak ada yang cewek," tambah Libra kemudian menyeruput es teh nya.

Athira menelan saliva nya, netra nya menangkap seseorang yang kemarin membuatnya kesal. Cowok terjudes yang baru saja di kenal nya kemarin, "Fajar juga anak band?"

Libra yang tadi nya santai, secara tiba-tiba langsung mengacungkan jempol nya pada Athira. "Vokalis nya malahan!"

"Wow ...."

"Kalo yang itu, nama nya Kak Raya," tunjuk Jeni pada cowok jakung yang ada di sebelah Fajar. "Dia kelas sebelas. Terus posisi nya di ekskul band, dia drummer nya. Ganteng kan?" lanjut Jeni sambil mengedipkan kedua mata nya sambil tersenyum penuh arti.

"Kenapa ya kakak kelas pasti kelihatan lebih ganteng dan keren?" Jeni mulai bermonolog pada diri nya sendiri seraya mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang berbinar menatap langit-langit kantin.

Kepala Libra menyembul dari belakang badan Jeni, kemudian tangannya mengibas-kibas di udara. Dia memberitahu Athira supaya mengabaikan saja ucapan tidak jelas dari Jeni.

Beruntungnya Jeni cepat tersadar kembali dari monolognya kemudian melanjutkan tugas nya kembali, "terus itu, yang di sebelahnya Kak Raya nama nya Kak Bigas. Dia kakak kelas juga. Namanya aja yang Big, tapi badannya gak ada big-big nya sama sekali."

Athira dan Libra sama-sama tertawa karena penjelasan Jeni, bahkan Libra tak tanggung-tanggung sampai memukul bahu Jeni. Tapi benar, cowok yang bernama Bigas itu jauh dari kata big, pasalnya dia memiliki badan kurus kering seperti orang yang kekurangan gizi.

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang