Bagian Empat Puluh Dua | Menerima

263 39 0
                                    

Now Playing: Armada-Apa Kabar Sayang

"Ya mau gimana lagi."

-Athira Widiastri

***

"Iya, Athira di rumah, Ma. Nggak kemana-mana hari ini."

Athira mengiyakan ucapan mama nya yang sedang melakukan panggilan telpon dengannya kemudian menyudahi panggilan itu. Ini hari minggu dan mama nya lagi-lagi piket di rumah sakit. Jadilah ia sendiri di rumah seperti minggu sebelumnya.

Sebelumnya ia sudah memandikan kucing nya. Hewan berbulu yang waktu itu ia temukan di pinggir jalan dengan kondisi yang memprihatinkan. Kini kucing yang ia beri nama Emeng sudah cantik dan sedikit berisi. Athira benar-benar menyayangi nya.

Kemudian gadis itu beralih mengambil sapu lalu menyapu seluruh ruangan, disusul dengan mengepel lantai. Lalu membuang sampah. Sudah. Seperti itu saja sebenarnya, sebab pekerjaan lainnya sudah diselesaikan oleh Nara kemarin.

Kini, ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Kaki nya enggan melangkah ke kamarnya, jadi ia memutuskan untuk merebahkannya di sofa ruang tamu saja. Ia melirik jam di dinding, jam sudah menunjukkan pukul 10 siang. Hah. Pantas saja dia sudah merasa lelah.

"Mama ngapa nelpon lagi, sih?" gerutu nya sambil merogoh saku celana trainingnya untuk mengambil ponselnya yang bergetar lagi.

"O, bukan." Athira membaca nama yang tertera di layar, "Fajar?"

Athira kemudian mengangkat panggilan dari cowok itu.

"Hallo? Tir? Lo di rumah?" tanya Fajar to the point.

Athira sedikit heran, tadi mama nya yang menanyakan diri nya ada di rumah atau tidak. Sekarang Fajar.

"Iya, di rumah. Kenapa, Jar?"

"Ada yang mau ketemu sama lo."

"Siapa?"

"Athala."

"Nggak percaya, tuh."

"Gue beneran. Emang lo pernah gue bohongin?"

Athira berfikir sejenak, "ya, nggak, sih. Tapi ... aku tetep nggak percaya."

"Terserah. Tapi kalo beneran yang ketemu lo itu Athala. Lo harus tepatin janji lo."

"Oke, siapa takut?"

"Lo beneran nggak percaya?"

"Kalo itu Kak Athala beneran, harus nya dia nemuin mama ku dulu. Kasih buktinya ke mama. Bukan malah aku."

"Udah."

Barulah Athira terdiam. Gadis itu menelan saliva nya perlahan, "kamu nggak bercanda 'kan?"

"Gue gampang ngajak bercanda, gitu?"

Tidak. Athira berfikir tidak. Fajar memang sedang tidak bercanda.

Tiba-tiba Athira teringat dengan percakapannya semalam dengan Anka. Pada saat mereka berdua berjalan menuju ke rumah Athira.

"Kamu nggak ada gitu naluri bahwa Fajar itu Athala?"

Waktu itu Athira menoleh sambil tertawa, "ya nggak lah! Eh, atau mungkin pernah ya?" Athira meralat ucapannya. Dia mengingat-ingat kapan ia merasa bahwa naluri nya mengatakan bahwa Fajar seperti Athala, "waktu dia peluk aku tiba-tiba di depan rumah kamu."

"Pernah?"

Athira mengangguk lalu tertawa sambil menunjuk pria itu, "kamu cemburu, ya?"

"Athira?"

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang