Bagian Tujuh| Ingin Bantu

390 41 0
                                    

"Nanti pulang sekolah mama jemput ya," ucap Cahya yang sedang menata roti isi di piring milik Athira.

Meskipun dia bekerja sebagai dokter dan terbilang sibuk, tapi Cahya selalu menyempatkan diri untuk membuatkan sarapan kemudian sarapan bersama dengan Athira. Lalu yang pekerjaan rumah yang lainnya ia serahkan kepada Mbak yang setiap pagi datang untuk bersih-bersih dan pulang pada sore hari setelah membuatkan makanan untuk Athira.

"Aku jalan kaki juga gak apa-apa kok ma," jawab Athira kemudian menuangkan air putih ke dalam gelasnya lalu meminumnya.

"Ih, soalnya pulang sekolah kamu mau mama ajak ke rumah sakit."

"Hah? Ngapain? Nggak mau ah!" tolak Athira cepat-cepat. Gadis itu langsung memakan roti isi nya dengan bergitu lahap. Supaya cepat habis dan percakapan diatara mereka selesai karena Athira harus berangkat sekolah.

"Malam ini mama itu lembur loh dek, emang kamu mau di rumah sendirian sampe jam 12 malem?"

Athira terdiam kemudian mengerucutkan bibirnya, "nggak mau."

"Ya makanya ikut mama ke rumah sakit, nanti bawa earphone biar nggak denger suara ambulan kan bisa."

Gadis itu tersenyum paksa kemudian mengangguk lemas. Sementara Ibu nya langsung mengusap lembut puncak kepala anaknya. Dia sebenarnya mengerti akan ketakutan Athira, namun dia tak mau Athira terus takut dan menghindar seperti ini.

Semuanya sudah berlalu, sudah 10 tahun berlalu dan ketakutan Athira harus berlalu juga.

***

Bel istirahat baru saja berbunyi. Seperti biasanya, anggota kelas 10 IPA 3 langsung sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitu pula Libra dan rekan per-gosipannya, sebelumnya mereka bahkan sudah menyiapkan bahan gossip yang dicatat secara rinci oleh Jeni.

Namun kali ini Athira tidak ikut bergosip bersama mereka, Athira sudah berjanji untuk mengobrol dengan Fajar di taman belakang sekolah. Gadis itu bahkan sudah di kode Fajar sejak masuk kelas dengan tatapannya yang tajam.

Kini Athira mengekori setiap langkah Fajar, pasalnya dia juga belum tahu di mana keberadaan taman belakang sekolah yang dimaksud oleh Fajar.

"Duduk di sini," ucap Fajar setelah duduk dan mendapati Athira masih berdiri menatap pria itu.

Wajar saja, dia canggung karena biasanya Fajar selalu bersikap temperamental kepadanya. Tapi sejak tadi pagi, pria itu belum sama sekali membentaknya. Hanya mimik wajahnya yang kelihatan garang seperti biasanya.

Athira kemudian duduk di sebelah Fajar sambil menatap lurus ke depan, ke kolam ikan koi yang dipagari oleh tanaman merambat yang indah. Juga ada air mancur di tengah-tengah kolam tersebut. Ini pasti taman belakang sekolah yang di maksud Fajar.

Tempat ini ramai tapi tidak terlalu ramai, orang-orang yang ada di sini pun semuanya sedang asik dengan dunia nya masing-masing. Ada yang sedang membaca buku, pacaran, bahkan ada yang dengan baik hatinya menyirami tanaman yang ada di taman tersebut.

"Di sini rencananya mau dibuat jadi taman bacaan," ucap Fajar tiba-tiba. Namun mata nya sedang menyisir ke segala arah.

Merasa bahwa pria itu sedang berbicara kepadanya, dia pun mengangguk sambil ber-oh panjang.

"Gimana?"

Athira menoleh seraya mengernyitkan dahi nya, "gimana apa nya?"

"Bagusan sekolah ini apa sekolah lo dulu?"

"Ng ... sama aja sih, cuma di sini belum ada rooftop nya. Kalo di sekolah ku dulu ada, soalnya sekolah asrama gitu."

"Lo pindahan dari UBS 'kan?" tanya Fajar memastikan.

Immaculate [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang